"MAH, CILOKKU DIGIGIT BACHIRA!" seru (Name) sembari menusuk-nusuk adik keduanya dengan tusukan cilok. Ketika (Name) sedang asik-asik mengunyah aci, mendadak Bachira yang gelantungan di langit-langit plafon rumah mereka mencolok cilok terakhir miliknya. "Balikin! Beli lagi! Itu cilok limited edition yang pakai garem yang pernah dipake ngeruqyah orang!"
"Aduh, aduh! Haha, bagi dikit doang, Cece kan udah makan lima belas tusuk tadi." Bachira hanya bisa tertawa menyedihkan di bawah tusukan cilok sang kakak kelima di keluarganya, mana main jambak-jambakan itu orang. "Cece jangan teriak-teriak, masih subuh lho."
"(Name), sudah, kasihan dia jangan dianiaya terus," ucap Kunigami menengahi, memisahkan adiknya dari tusukan cilok tersayangnya supaya tidak lanjut melakukan KDRT pada adik yang lebih kecil. "Bachira juga benar, ini masih jam tiga pagi, makan cilok sebanyak itu nanti kena lambung, lho."
"Tau tuh, mana kamu juga gemukan lagi." Sae asal menimpali, hanya memberikan lirikan sekilas pada ketiga adeknya sebelum fokus pada berita olahraga yang diputar di TV 1,000 inci di ruang tamu mereka. "Diet cilok kek, biar cakep kek cewek-cewek di luar sana. Malu kalau bawa kamu keluar."
(Name) cengo saja diomeli oleh sang kakak, "Lah kan aku bukan—"
"Meimei, kalau diomelin itu dengar," omel Rin menimpali kakak keduanya, anak keempat itu saking suportif akan kritik dan makian kakaknya sudah bisa dianggap kembaran dari Sae kalau tidak disalip Kunigami sebagai anak ketiga. "Diet supaya bisa cakep kayak cewek di luar sana."
"Siapa yang punya cewek? Cece?" mendadak muncul makhluk yang baru menggeloyor keluar dari kamarnya. Isagi mengelus dada sembari menggeleng-gelengkan kepalanya, bukan hanya typo di lidah telinga anak ketujuh itu juga kadang suka eror. "Nyebut, Ce, kata ustadz Oki gay itu dosa."
"Kita kan bukan—" protesan (Name) terganggu saat kembarannya menempelkan kepala ke punggung (Name), mendusel dan mulai menyundul-nyundul seolah ngigo headshot bola dan menjadikan punggung saudaranya sebagai pelampiasan. Cwk berambut panjang di belakang (Name) itu pun bergumam-gumam tidak jelas.
"Ngantuk... tapi udah tidur lama... nanti mukaku kerut bonyok-bonyok kalau tidur kelamaan... ukh..."
"Shh, shh, tidur saja Girigiri, nanti kuoleskan daycream-mu di lubang idung supaya tidak berkerut," ucap (Name) pelan sembari mengusap-usap kepala kembaran tidak miripnya hati-hati, meyakinkan Chigiri untuk bersandar sepenuhnya dengan terantuk-antuk di bahunya saja. (Name) menatap sekitarnya, heran dengan kenapa delapan saudaranya yang lain ngumpul di ruang tamu sepagi itu. "Masih jam tiga pagi lho, kalian kenapa udah pada bangun dah?"
"Gak tuh, Nagi masih ngorok," ucap Reo sembari menunjuk sosok yang saking malasnya bernafas tengah membentuk bola dan berguling di lantai. Sosok rambut putih itu ngorok putus-putus seolah sudah tidak sabar menghentikan suplai oksigen paru-paru karena malas dan ingin melanjutkan tidur abadi. Namun Reo sebagai kakak beda setengah tahun yang baik bagi Nagi sang anak terakhir pun dengan peduli mengguncang-guncang bahunya dengan sangat santai, saking santainya sampai-sampai Nagi jadi bermimpi seolah seluruh dunia gempa dan tsunami. "Nagi, bangun, sholat shubuh dulu nak... ayo sahur, udah maghrib."
"Wah, tumben penghuni kebun binatang sudah bersiap di subuh hari," senyuman ceria Kaiser mengiringinya saat ia melangkah keluar dari kamarnya di lantai dua dan melihat ke bawah melalui tangga. "Apa pawangnya sudah mau membuka sirkus di pagi bolong? Ayo, ayo, kuperhatikan dengan senang hati kalian hewan-hewan bermain satu sama lain."
Sebelum sang kakak pertama dapat turun dari tangga, senjata terdekat yaitu sarung, bantal, remot tv, baling-baling kipas angin, dan tusukan cilok telah dilemparkan pada senyuman mencemoohnya. Kegabutan kesepuluh ekor manusia itu pun kembali pada kesibukan awal, (Name) yang marah ciloknya dicolong Bachira hingga mengajak ke ring terdekat, Isagi dan Sae yang rebutan remote karena Isagi gak percaya poweranger belum tayang jam tiga pagi, Chigiri yang marah skincarenya gak sengaja keinjek kakak-kakaknya, dan Nagi yang gak bisa tidur lagi karena mukanya (gak) sengaja keinjek Reo.
"Kaiser, Sae, Kuni, Rin, (Name), Chigiri, Isagi, Bachira, Reo, Nagi," panggil mamah yang muncul mendadak dengan papah di tengah pertengkaran yang dihiasi dengan tusuk cilok yang berterbangan. Mendengar nada serius dan khidmat dari sang mamah, sepuluh biji orok yang telah berevolusi menjadi makhluk yang berbeda-beda rupa itu terdiam serentak, ada apa gerangan? "Duduk sini dulu, ayo nak."
Kesepuluh orang itu mengikuti mamah dan papah yang duduk di atas meja makan, sayangnya karena keluarga itu terlalu mager membeli kursi baru setelah Isagi lahir, tiga biji manusia pun terpaksa untuk lesehan di lantai sembari dangak-dangak mendengarkan mamah yang tersedu-sedu kayak abis kena KDRT. Setelah situasi tenang tanpa gangguan, sang papah pun membuka mulutnya untuk batuk-batuk.
"Pelan-pelan, pah, ingat umur," ucap Kunigami mengingatkan papahnya, menepuk-nepuk punggung sang papah santai supaya batuknya batuk darah.
"Uhuk! Iya. Um, jadi gini, nak..." papah memulai dengan nada pelan. "Kalian sebenarnya—"
"Pah, cukup, pah! Mamah gak tega!" isak mamah memotong perkataan papah, wanita itu langsung menutup wajah dengan telapak tangan dan menangis sejadi-jadi. "Anak-anak kita kasihan, belum kuat menerima fakta ini! Jangan dilanjutkan, mamah mohon berhenti!"
"Belum elah-_- ehem hem, gini, Kaiser, Sae, Kuni, Rin, (Name), Chigiri, Isagi, Bachira, Reo, Nagi. Kalian semua... sebenarnya bukan sodara kandung," ucap papah sembari menundukan wajahnya dalam-dalam, mukanya nahan sedih sementara mamah mengusap-usap matanya yang sudah berair. "Masing-masing dari kalian kami pungut di pinggir kali karena kami gak bisa punya anak, dan karena mamah kalian kasihan nanti kalinya tercemar sama kehadiran kalian."
Kayak drama-drama Indo*iar, seluruh ruangan berubah menjadi sunyi. Seluruh dunia (Name) serasa ambruk di detik itu juga, hancur dengan suara pecah yang menusuk kayak sound effect figura foto jatoh di film Az*b. Tubuh (Name) sedikit gemetar, ia membuka mulutnya untuk menyanggah fakta bahwa sembilan kakak dan adik yang begitu ia sayang, yang telah menghabiskan sepanjang hidup dengannya bukanlah darah dagingnya sendiri, namun—
"ALHAMDULILLAH!" teriak Bachira mendadak sambil menggebrak meja.
"Yes! Yes! Bisa nikahin Cece! Hamdalah!" seruan Yoichi yang OOC diiringi dengan teriakan selebrasinya.
"Heh, kalian kan nonmus -_-" ucap Kunigami mengingat adik-adiknya yang memang suka lupa diri, namun dalam hatinya ia sedikit senang dan lega.
"Mah, pah," ucap Chigiri serius sambil mendekat dan menyalimi tangan kedua orangtuanya. "Minta restu."
Mengambil kesempatan, dengan riang Reo menjambret tangan (Name) untuk dia pegangi, diiringi dengan senyuman creepy dan nada manjah-nya. "Cece, tanggal 8 Agustus bisa kan?!"
"Nih, mahar 1miliar. Tunai." ucap Sae sambil menyilangkan lengan dan melempar gepok demi gepok uang ke depan muka (Name) dengan kakinya. "Meimei punyaku."
"Mau beli wedding dress yang merah, item, atau ijo?" tanya Kaiser sambil senyum miring menggumam-gumam tidak jelas, kelihatannya eror dengan pemikirannya liarnya sendiri yang seolah diberikan lampu hijau untuk menjadi lebih liar. "Mau warna pelangi juga boleh. Pokoknya nanti nikahannya harus megah, gak boleh kalah sama pemakaman pak haji kemaren. Gak pantes aku nikah terus tamunya rakyat jelata, jadi nanti kita nikahnya di White House, akadnya di istana presiden."
"Ce, pinjam paha, ngantuk..." gumam Nagi seolah tidak terpengaruh pada keadaan di sekitarnya, lebih fokus untuk menggapai paha (Name) yang sedang lesehan dan menjadikannya sebagai bantal. Baru nemplok dia pun langsung molor.
Tangan lain (Name) yang bebas langsung direbut oleh Rin, membuat lelaki itu sekarang sepenuhnya tidak dapat bergerak ataupun menghindar dari saudara-saudaranya yang lain. "Hayuk nyari gedung," ucap Rin dengan tatapan seriusnya, mencengkram tangan (Name) kelewat kuat sembari memikirkan nama anak kesatu sampai keempat mereka nanti (?).
(Name) menggemertakan gigi, namun tidak bisa berkata-kata apapun di saat kedua orangtuanya kena serangan jantung melihat reaksi liar bak kera pasar dari anak-anak angkat mereka yang sibuk selebrasi, "WOY! PURA-PURA SEDIH DULU, NAPA!? COWOK AKU INI, MANA MAU NIKAHIN KALIAN?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry my "Sister"
Fanfiction"Kalian semua... sebenarnya bukan sodara kandung." Kayak drama-drama Indo*iar, seluruh ruangan berubah menjadi sunyi. Seluruh dunia (Name) serasa ambruk di detik itu juga, hancur dengan suara pecah yang menusuk kayak sound effect figura foto jatoh...