"Ko-no-sa-si-on." Bachira mencoret-coret bukunya sambil mengeja ulang kata-kata yang tertulis di bukunya. "Min-ing... em, apa ce?"
"Ya gak tahu, kok tanya saya-_-" (Name) lanjut mengunyah es air sumur yang didapat sebagai bonus dari esteh yang dia beli di deket toko cilok nanti. "Ngapain nanya aku?"
Bachira diam selama beberapa saat, dalam hati bertanya-tanya kenapa kakaknya berbentuk seperti (Name). Untung sayang. "Papah bilang suruh minta tolong ke cece," jawab sang adik, menunjuk cilok dua belas bungkus di tangan kakak lelaki kurang lakinya. "Itu juga uang suapan dari papah kan, makanya bisa beli cilok selusin begitu."
(Name) hanya bisa hah-huh-hah-huh karena dirinya juga gabisa bahasa enggres, sementara kakak-adiknya yang lain sudah menyerah mengajari Bachira karena endingnya pasti salah satu dari guru ataupun muridnya akan bergelantungan di plafon rumah sampai roboh akibat frustrasi.
"Gini, di, dengarin baik-baik," ucap sang kakak mendadak serius, lelaki itu menepuk-nepuk bahu adeknya dengan khidmat. "Nanti kalau udah di depan kertas ujian, cap-cip-cup aja."
"Kan dari kemaren udah." Bachira lanjut corat-coret kertas yang dipakenya manggil carli carli tadi. "Kata papah kalo Inggris di bawah kkm mau dipindahin ke border school akunya."
"Boarding, elah-_-"
"Bukannya boarden?"
"Baur."
"Hoh."
Akhirnya kakak-adek itu diem-dieman selagi Bachira berusaha fokus mengerjakan tugas remed aksara Thailand-nya dan (Name) fokus nyemilin cilok sampai panci dan bungkus plastiknya. Akibat udah tertular hobi nyemil (Name), sesekali sang adik yang lebih muda pun nyomotin pisang untuk dimakan sembari bolak-balik buku tugas yang selama 3 jam masih kosong itu, sampai akhirnya dia berhenti.
"Yah, pisangnya abis," ucap Bachira tersadar dari genjutsu betapa nikmatnya pisang yang Mamah beli di pasar Senen hari Minggu kemarin. "Duh, mana besok Senin, tugasnya belum dikumpulin. Cecee, aku gak bisa fokus kalo gak nyemiil!"
Sebagai pengalihan isu dari rasa laparnya Bachira pun nemplok pada sang kakak lelaki yang gak laki sampai (Name) keselek tusuk ciloknya. Akibat kecekek dari dalam dia pun guling-guling sebelum jatuh lemas di lantai, memberi Bachira kesempatan untuk dengan agresif dan ambigunya menahan tubuh (Name) ke lantai.
Dengan sang kakak yang sudah gak lagi bergerak dan mungkin gak bernyawa terbaring, adiknya dengan penuh kasing sayang mengulas seringaian khasnya. Kedua tangan Bachira terdampar pada sisi kanan dan kiri wajah si kakak di lantai, menjebak wajah (Name) di bawah kekangannya. Dengan tubuh yang menjulang di atas keterbaringan (Name), helaian rambut Bachira jatuh pada wajah lembut lelaki yang kurang laki saat adik lelakinya menundukan wajah perlahan.
"Kalau aku gak bisa makan pisang yang itu, aku mau makan pisang gege." gigi-gigi kelewat putih dari wajah sadis penuh kejahilan Bachira terlihat mencolok bagi wajah (Name) yang sepenuhnya tertutup bayangan dari sosok yang menimpa tubuhnya dan makin dan makin menempel lagi, hingga bahkan nafas dari lelaki itu bisa terasa menimpa wajah (Name). "... setelah aku mencobanya di hari itu, rasanya jadi seperti ketagihan. Aku mau lagi..."
Nafas menderu dari tubuh hangat Bachira yang dikuasai nafsu laparnya itu menyentuh telinga (Name) saat adiknya yang lebih laki berbisik dengan kelewat pelan di sisi wajah lelaki itu.
"Ya, Ce?"
(Name) hanya bisa cak-cek-cak-cek sebelum mensleding muka Bachira dari wajahnya. "Iya, iya! Kuambilin pisang gege—GAUSAH NAFAS DI MUKA GUEH, BAU BALADO!"
***
Karena tuntutan alam, satu dari kakak kembar Bachira pun memberanikan dirinya untuk menelinap ke kamar kakak tertua mereka yang memiliki AC ditenagai es impor dari kutub tenggara, kamar milik Kaiser yang jarang dihuni penunggunya.
Walau yang menghuni udah suka tinggal di tempat lain, di kamarnya selalu disediakan sesajen khusus buatan Mamah yaitu pisang goreng yang digoreng bukan dengan minyak biasa melainkan minyak bumi langsung dari mars, arang premium al amir, dan pisang su*pride premium disertai bahan-bahan premium lain yang ditambang mandiri oleh Papah ketika dirinya masih muda. Sekarang sih sudah dibantu anak buahnya.
"Misi, ge..." (Name) gumam-gumam di ruang yang sekarang kosong itu, langkahnya ringan dan nyaris gak kedengeran. "Saya gak nyari masalah, saya cuman mau minta pisangnya..."
Selagi merangsek mendekat pada meja dimana sesajen diletakan, sang lelaki yang gak lelaki dapat merasakan aura-aura gak sedap yang membuat lehernya merinding dan hidungnya pengap, tapi dia berusaha mengabaikan dan berpikir itu efek bom bau balado dari nafas Bachira.
Semakin dekat pada meja itu, seluruh ruangan seakan makin membeku, membuat langkah (Name) ragu-ragu. Namun dia menguatkan diri, dan tepat sebelum tangannya bisa mencapai pisgor di atas meja, sosok astral yang begitu horor tiba-tiba muncul di sebelahnya mencengkram tangan (Name).
"$%#^&**($%#(!" otomatis keyboard ter-hack sehingga ia tidak bisa berbahasa manusia ketika wajah sumringah Kaiser muncul di sebelahnya.
"Mei..." Kaiser masih mengulas senyuman manisnya saat berucap sembari memasangkan karung goni ke muka (Name) ala penculikan anak di akhir tahun 90-an. "Coba mencuri dariku? Kau harus dihukum~"
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry my "Sister"
Fanfiction"Kalian semua... sebenarnya bukan sodara kandung." Kayak drama-drama Indo*iar, seluruh ruangan berubah menjadi sunyi. Seluruh dunia (Name) serasa ambruk di detik itu juga, hancur dengan suara pecah yang menusuk kayak sound effect figura foto jatoh...