"Girigiri, makan malam udah kumasak sampai gosong, turun sebelum digondol kucing." (Name) melengos masuk ke kamar sang kembaran, dan keduanya menghentikan aktivitas satu sama lain ketika mata mereka saling mengunci ala-ala sinetron India (?).
"Ah," ucap Chigiri dengan tangan yang masih menekankan bubuk bedak pada powder sponge ke pipinya, ponsel lelaki itu berdiri tegak di depan wajahnya dengan tripod dan merekam setiap gerak-geriknya, terhubung langsung pada laptop yang ia gunakan untuk memonitor tayangan live-nya. "Aku lagi streaming. Jangan berisik, jadi obat nyamuk di pojokan bentar."
Beneran menjadikan sang kembaran tidak lebih dari obat nyamuk di pojokan, Chigiri lanjut untuk bicara pada kamera ponsel, menjelaskan dengan ngoceh panjang lebar soal produk-produk yang ia kenakan. Dengan sabar sang kembaran pun sungguhan jongkok di pojokan dan perlahan bersemedi hingga mengeluarkan asap yang dapat membunuh laron (?), sampai akhirnya Chigiri mulai hendak menutup tayangan langsungnya.
"Nah, itu tadi review produk *piip*, tapi hanya menurutku. Bukan berarti akan cocok dengan kalian semua, tapi yang satu ini kusarankan untuk yang kulitnya tidak terlalu lembab. Gak tau bentukannya kayak apa di muka lembab, jadi mirip barongsai kali?" Chigiri terdiam secara mendadak saat matanya menangkap satu dari sekian komentar yang berlalu-lalang di tayangan langsungnya. "... gak ada."
(Name) mengangkat muka ketika denger penolakan sang kembaran, yang kelihatannya kayak ngomong sendiri sampe (Name) pikir lelaki itu stres karena lapar. "Girigiri?"
"Yang di belakang itu bukan sodaraku, dia... tukang listrik random yang lewat di belakangku dan kulitnya tidak cocok jadi contoh kulit lembab. Kulitnya jelek, kering, rusak, dadah jumpa lagi di stream selanjutnya."
"Woi-_-"
Chigiri menolehkan muka sambil mengibas rambut syantiknya pada muka (Name), lalu menghela nafas coba bersabar demi adsense, "Cilok 25ribu, kesini dan jangan banyak tanya."
"OKE, GEGE!" (Name) yang kalau ada hadiahnya langsung excited pun duduk tepat di depan Chigiri dengan muka sumringah. Sang kembaran yang cwk itu pun menatap wajah (Name) selama beberapa waktu dalam diamnya.
"Kulitmu cantik, mirip Lucintaluna soalnya," ucap Chigiri yang kulitnya sendiri tidak kering-kering banget dan masih bisa terasa lembut, namun saat ujung jari Chigiri menyentuh sisi wajahnya ia makin terdiam dan berhenti bergerak selama beberapa detik. ... terlalu cantik?
(Name) duduk-duduk santai mukanya bingung gatau dirinya musti apa, untung Chigiri menenangkannya dengan memberikan tusuk cilok untuk digigit-gigitin selagi Chigiri menggunakan alat-alat baru seperti powder sponge bersih untuk mengaplikasikan produk serupa yang tadi ia gunakan.
"Walau produknya sama, tapi terlihat beda pada kulitmu. Haah~ kurasa jika kau lebih sering keluar akan makin banyak yang suka padamu dengan kulit begini, baguslah kau anak rumahan kalau enggak aku akan repot," sembari mengaplikasikan produknya pada wajah halus dari (Name), bukannya mereview produk ia justu mengomentari kehidupan dan wajah (Name) sepanjang jalannya streaming. "Enak, ya? Wajahmu sedikit lebih lembab dari yang kusuka, tapi aku tetap suka milikmu. Make-up bagaimana? Pasti cantik sekali kalau aku yang memakaikannya."
Chigiri nyaris tidak menahan diri untuk mencium sedikit aroma ikan asin yang tertinggal di sepanjang jarak pendek di antara dirinya dan tubuh (Name) saat ia mendekatkan wajah dan menggapaikan tangannya pada wajah (Name). Lelaki yang lebih tidak laki itu hanya bisa terdiam bingung saat Chigiri memegangi pipi, lalu turun hingga menyentuhi lembut dagunya. Terlebih, sang kembaran secara perlahan mendorong wajahnya sendiri untuk menemui wajah (Name) di tengah.
"Dasarnya di sini, karena pada awalnya kau memang sudah sangat manis."
"Eh, eng... Girigiri?" panggil lelaki itu dengan senyum yang masih sumringah tapi sedikit bingung. "Harusnya yang dikomentarin produknya, kan?"
Saat diingatkan itu, Chigiri terhenti di tengah-tengah mengaplikasikan krim dan bubuk beberapa lapis pada muka (Name) sambil mencari kesempatan menyentuh wajah sang kembaran. "Iyajuga ya," ujar lelaki itu baru sadar. "Aku lupa."
"Gimana ceritanya-_-?"
"Gapapa, gak mirip barongsai ternyata lebih ke arah reog." Chigiri hanya angkat bahu, untung aja (Name) anaknya sabar dan tidak menuntut lebih banyak penjelasan dari Chigiri. Lelaki yang wajahnya sedang dipasangkan make-up itu diam dengan menurut sementara mukanya dipegang-pegang dengan aji mumpung oleh sang kembaran.
Komentar dari pengikut setia sang beauty streamer, Chigiri, langsung menggila dengan bombardir komen yang menanyakan "ini real kah?" "real cuy no fek fek?" akan ke-gimmick kan hubungan yang di mata mereka sedikit terlalu mesra antar dua kembaran beda muka itu. Untung (Name) orang sabar yang tidak bereaksi apa-apa saat mukanya dipegangin dan kegiatanya dikomentarin entah berapa ratus atau ribu orang yang tengah menontoni Chigiri. Sayangnya, sang kembaran yang kurang cwk adalah orang yang sangat mudah emosi, jadi jangan salahkan dia saat sudut matanya menangkap satu komentar yang melintas dengan cepat hingga tenggelam di dalam seruan lain dari penontonnya, namun membuatnya sangat ke-trigger hingga langsung membanting laptopnya hingga menutup, mengakhiri sesi live sekaligus masa hidup laptop gaming yang Chigiri pinjem dari Nagi.
"Udahan? Kok dadakan kek tempe?" (Name) bingung dengan muka Chigiri yang mendadak jadi serem ketika mematahkan tulang si laptop sampai ada bunyi BRAK-nya. "Kenapa sih, Girigiri?"
"Terasa tidak pas saja." Chigiri melompat bangun dari atas lantai dengan roll belakang, terus mengulurkan tangannya ke arah muka berlapis make-up (Name) sambil menunjukan senyum, yang sengaja diberikan untuk pengalihan isu dari pembantingan laptop adek mereka. "Ayo, turun, aku mau menghabiskan cilok ikan asin gosongnya Cece."
"Gak gosong, woy—ah, kok tau aku masak ikan asin, Di?"
"... firasat."
"Wah, indra kesepuluh ya?"
***
"Kau bodoh ya? Memangnya itu sesuatu untuk dibagikan?" gumam Chigiri dengan dingin, jarinya menekan tombol terakhir dari mouse yang menggiring kursor pada pengebomban ekspos dari salah satu akun palsu pengikutnya yang juga mengikuti akun (Name) yang padahal sudah susah payah dirinya shadowban. "... berani sekali kau."
Dalam hitungan detik, ribuan peringatan merah melalui layar Chigiri, sebelum hilang dengan satu jentikan jari di saat akun yang tengah ia retas dihapuskan dari eksitansi. Tidak, Chigiri sendiri merasa akan lebih baik jika pemilik akun itu yang menghapus dirinya sendiri dari dunia ini setelah seluruh kehidupan digitalnya bocor ke kehidupan nyata, bertabrakan dan saling menghancurkan satu sama lain hingga pelarian terakhirnya adalah tali yang menggantung dari langit-langit.
Namun pemikiran tersebut terpotong pendek oleh layar laptop bukan gaming bukan punya Nagi milik lelaki itu yang secara tiba-tiba menggelap, tidak diduga waktu yang dihabiskan Chigiri itu untuk sekadar mematikan satu akun yang berkomentar "WOY GUE KETEMU AKUN ADEKNYA!" membutuhkan segitu banyak waktu. Sudah terlalu lama sejak lelaki itu terakhir melakukan hal ini.
Menguap dan mengulet pelan, Chigiri turun dari kamarnya dan mendapati seisi rumah tengah terlibat pertempuran satu sama lain di tengah jam tiga pagi. Tidak mengindahkan Sae yang mengomel soal (Name) yang harus diet maupun Bachira yang habis kena KDRT tusukan cilok. lelaki itu berjalan lurus pada (Name) yang duduk lesehan di lantai.
Cece itu... Chigiri menguap pelan, menempelkan kepala ke punggung (Name) dan memeluk erat tubuhnya, namun disamarkan dengan mendusel dan menyundul-nyundul punggungnya seolah ngigo headshot bola dan menjadikan punggung saudaranya sebagai pelampiasan. Namun di balik wajah yang diangkat oleh sang kembaran hingga berpindah pada bahunya saja, mata Chigiri yang dingin membuka dengan tatapan yang kosong. ... hanya milikku seorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry my "Sister"
Fanfiction"Kalian semua... sebenarnya bukan sodara kandung." Kayak drama-drama Indo*iar, seluruh ruangan berubah menjadi sunyi. Seluruh dunia (Name) serasa ambruk di detik itu juga, hancur dengan suara pecah yang menusuk kayak sound effect figura foto jatoh...