03

175 18 7
                                    

Gita dan Chika sudah tiba di rumah yang mereka yakini adalah rumah dari istri korban pembunuhan yang sedang mereka tangani. Chika pun menekan bel pintu rumah tersebut. Sembari menunggu pintu terbuka, Gita iseng-iseng melihat ke sekitar. Matanya tak sengaja menangkap dua mobil mahal terparkir di dekat rumah tersebut.

"Ada orang lain." Gumaman samar dari Gita terdengar oleh Chika.

"Lo ngomong sesuatu?" Gita hanya membalas dengan gelengan saja.

Ceklek

Pintu pun terbuka menampakkan seorang wanita paruh baya berpakaian rapi hanya saja wajahnya yang sedikit memprihatinkan seperti sehabis menangis.

"Mau cari siapa?" Tanya wanita itu dengan suara serak.

Chika tersenyum ramah "Maaf sudah menganggu waktunya, kami detektif yang diutus dari pihak kepolisian untuk menangani kasus Arman Mahendra. Apakah anda istri korban?"

Wanita paruh baya itu pun mengangguk pelan "Yaa. Saya Anita istri Arman," balas Anita.

"Perkenalkan nama saya Chika dan ini rekan saya Gita. Kami ingin menanyakan beberapa hal mengenai korban, apa anda punya waktu sebentar ?" Pertanyaan Chika kembali dibalas dengan anggukan oleh Anita.

"Silahkan masuk. Lebih enak kalo ngobrolnya di dalam," kata Anita mempersilahkan.

Gita dan Chika pun mengikuti Anita dari belakang, setibanya di ruang tamu mereka disambut dengan seorang pria paruh baya yang sepertinya usianya tidak jauh dari Anita. Pria yang belum diketahui namanya itu menatap mereka penuh selidik.

"Mereka siapa mbak?"

"Mereka berdua ini detektif yang ditugaskan menangani kasus Arman," balas Anita memperkenalkan mereka berdua.

"Detektif?" Pria itu menatap remeh mereka berdua, "Apa kepolisian kekurangan anggota sehingga mengutus kedua perempuan ini untuk menangani kasus mas Arman. Mereka lupa mas Arman itu siapa, ha?"

"Gio!? Tolong hormati tamu mbak!!" Hardik Anita, pria bernama Gio itu pun bungkam. Anita kembali menatap kedua perempuan itu dengan senyum ramahnya "Maafkan atas kesalahan adik saya, detektif. Dia juga merasa kehilangan seorang teman baginya," ucapnya tak enak.

"Tidak apa-apa bu Anita. Kami mengerti." Meskipun Chika membalas ucapan wanita itu dengan senyum ramahnya tapi sejujurnya saat ini dalam hatinya ia tengah mengutuk pria yang jauh lebih tua darinya. Seumur-umur baru kali ini mereka diremehkan seperti ini. Benar-benar menyebalkan.

Chika melirik Gita, tampaknya perempuan itu tidak ada niat untuk mengeluarkan sepatah katapun. Ia bahkan tampak menikmati teh yang sudah disajikan. Jika begini Chika sudah tau maksudnya.

"Kami tidak akan lama bu, jadi langsung saja ke intinya," kata Chika memulai sesi tanya jawab. "Sebelum kematian pak Arman, apa anda melihat keanehan yang terjadi pada beliau?"

"Tidak ada yang aneh. Sikap suami saya sama seperti sebelumnya, tidak ada yang berubah," balas Anita seadanya. Chika pun mengangguk, ia sempat melirik Gita yang sepertinya sedang mengetik di ponselnya. Mungkin ia sedang mengetik pernyataan dari istri korban.

"Bagaimana dengan musuh, apa suami anda memiliki musuh. Seperti rival bisnis atau sejenisnya?"

"Dari yang saya tau Arman adalah pria yang baik dan disukai banyak orang, dia bahkan tidak memiliki satupun musuh. Dia juga suka berbagi dengan orang-orang yang membutuhkan." Chika mengangguk paham. Nampaknya apa yang dikatakan Gracia memang benar. Pria itu benar-benar bersih dari tindakan kriminal. Sepertinya kasus kali ini akan jadi lebih sulit.

Duo Detective : Red Spider Lily Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang