01

239 25 3
                                    

"Pagi ini telah di temukan jasad seorang pria dengan wajahnya yang hancur. Menurut kesaksian dari polisi, pria berwajah hancur itu adalah seorang pengusaha sukses berinisial AM. Tidak ada satupun bawaan yang hilang dari AM, sehingga pihak polisi menyakini ini adalah pembunuhan berencana. Pihak polisi akan melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk kasus ini"

"Huft hari-hari kasus. Hari-hari kasus. Lama-lama gue capek meladeni kasus beginian. Baru aja selesai kasus lama udah ada yang baru aja," keluh perempuan berambut blonde.

"Udah jadi konsekuensi nya sebagai detektif kali Chik. Kaya gak biasa aja lo," sahut temannya.

"Gue juga tau kali Git tapi gak gini juga, masa iya baru kemaren ada kasus dan sekarang dapat kasus lagi," ucap Chika cemberut. Bahkan mulutnya sudah di majukan sesenti. Gita hanya menggelengkan kepalanya menanggapi ucapan Chika, terkadang ia heran dengan sikap Chika yang suka mengeluh.

Drrrt

Drrrtt

Ponsel Gita bergetar. Ia pun mengambil ponselnya dari saku celananya dan melihat siapa yang menghubunginya. Tak butuh waktu lama perempuan irit bicara itu menerima panggilan telepon tersebut.

Chika mengaduk minumannya dengan perasaan kesal. Ia tahu kalau panggilan itu pasti dari pihak kepolisian. Pasti mereka disuruh untuk ke kantor.

Gita mengakhiri panggilan teleponnya. Perempuan itu tampak menghela nafas panjangnya dan menatap Chika datar.

"Komandan nyuruh kita ke kantor. Ada kasus yang harus di kerjakan," jelas Gita. Kan apa kata Chika. Sudah pasti itu dari pihak polisi. Memang sudah tidak heran lagi sih, soalnya mereka berdua merupakan detektif kepercayaan polisi. Sudah banyak kasus yang mereka pecahkan.

"Pagi kak Chika."

Sapaan dari gadis SMA itu membuat Chika menegakkan badannya. Ekspresi Chika yang suram jadi sumringah setelah di sapa oleh gadis SMA itu.

"Eh dedek Kitty. Pagi juga dedek Kitty," sapa Chika dengan senyum manisnya. Gita yang duduk di samping Chika menatap aneh perempuan tersebut. "Dedek Kitty ngapain disini, gak sekolah?" Lihat tutur katanya seketika berubah menjadi lembut dari yang tadinya jutek.

Pertanyaan Chika di balas gelengan oleh gadis SMA yang bernama Kitty atau Christy "Enggak kak Chika, hari ini libur. Aku lagi ngumpul sama teman-teman aku sekalian sarapan," balas Christy. "Tuh mereka disana," sambung Christy sembari menunjuk kearah temannya berada. Chika pun manggut-manggut paham.

"Yaudah kak Chika. Aku kesana dulu ya. Dadah kak Chika," pamit Christy sambil melambaikan tangannya.

Senyum Chika masih terhias di wajahnya "Dadah juga dedek," balas Chika dengan lambaian juga. Perempuan itu terus menatap Christy hingga gadis itu duduk disalah satu kursi dekat temannya.

Chika mengalihkan pandangannya dari Christy dan menatap Gita yang sedang menatapnya horor.

"Ngapain lo ngeliatin gue gitu amat. Ada yang salah sama gue," ketus Chika. Ia menyeruput kopi hitamnya.

"Lo kayak om-om pedofil"

Tak

Chika langsung menyentil dahi Gita sehingga membuat perempuan itu meringis "Sembarangan lo kalo ngomong. Mau gue jahit mulut lemes lo," ancam Chika dengan tatapan tajamnya.

"Padahal kan emang kenyataannya," gumam Gita pelan.

"Lo ngomong apa?"

Gita menggelengkan kepalanya "Gak ada" sahutnya datar. Chika memicingkan matanya menatap Gita curiga, detik kemudian ia pun mengangkat bahunya acuh dan kembali menyeruput kopinya.

Duo Detective : Red Spider Lily Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang