Pengungsian

266 34 0
                                    

"BLAZEE!"

Happy reading!

Ice terbangun dari pingsannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ice terbangun dari pingsannya. Dengan perasaan gusar dan gelisah, ia menoleh kearah sekitar. Memandangi pemandangan yang sangat asing Dimata biru laut nya. Banyak orang yang tak dikenal berlindung di suatu gedung yang ia tempati saat ini. Ia melihat kearah ponsel pintar yg ia letakkan di kantong Hoodie biru miliknya. Hari sudah berganti, melihat dari jam ponselnya ia sudah menduga jika ini masih pagi hari.

Ingatannya masih mengingat saat saat terakhir dimana ia mulai tak sadarkan diri. Sial, ini nyata pikirnya. Ia berharap ini hanyalah salah satu mimpi buruknya dan kemudian terbangun di kamar biru laut miliknya dan ditemani boneka paus kesayangan.

Ice merindukan suasana rumah saat ini. Gempa yang mengoceh membangunkannya, halilintar dan solar yang berdebat atau Taufan, blaze dan thorn yang membuat kekacauan. Entah kenapa keributan yang ia pikir menyebalkan itu membuatnya serindu ini dengan rumah.

Ice kemudian teringat dengan saudara kembarnya, blaze. Jantungnya berhenti sedetik saat mengingat blaze yang menolong dirinya disaat terjangan tsunami yang lumayan besar itu. Tanpa basa basi lagi, ice langsung bangun dari posisi tidurnya mengabaikan orang orang yang mengungsi bersama denganya.

Tujuanya hanya satu, yaitu menemukan saudara kembarnya. Pikiran negatif selalu menghantui kepala yang sudah mulai muak dengan semua situasi ini. Blaze harus selamat, batinya.

Tangan dinginnya langsung membuka pintu gedung yang kokoh itu. Hawa dingin tiba tiba langsung menusuk kulitnya. Ice tersentak saat melihat seisi kota yang berantakan. Sisa puing bangunan yang berserakan, mobil terbalik bahkan beberapa mayat manusia yang tak sempat menyelamatkan diri.

Ice mundur beberapa langkah dari tempat ia berdiri. Ia menggigit bibir bawahnya yang bergetar sembari menunduk tidak ingin melihat pemandangan dihadapan nya.

Apakah semengerikan ini pasca bencana yang biasanya ia lihat di tv bersama saudaranya jika dilihat secara langsung? Suara nyaring ambulan hingga polisi dan kantung mayat sibuk dengan urusan mereka masing masing.

Matanya kemudian beralih kesalahan satu mayat yang sudah dibungkus dengan kain orange. Entah kenapa postur yang tertutup itu mirip dengan postur badannya. Melihat itu, ice hanya bernafas gusar memikirkan betapa malangnya orang orang yang tak selamat dari bencana ini.

Pikirannya sangat kacau saat ini, ia masih yakin dengan keselamatan saudaranya.

"Blaze pasti masih hidup." Gumamnya seorang diri. Ice sedikit mengusap rambutnya yang berantakan dan tertutupi topi berwarna biru itu. Kepala hodienya ia lepaskan karena suasana yang panas, walaupun langit terlihat berawan hampir di seluruh kota.

Ice berlari tak menentu arah. Mencari saudara kembarnya dimanapun itu. Ia tak peduli jika harus melewati bangunan yang rubuh atau beberapa mayat yang belum dievakuasi oleh petugas.

Pulang | Blaze & Ice |  (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang