EPS 12 : Kalo Nggak Tau, Jawab B Aja

56 8 0
                                    

Direvisi pada 25 Februari 2024
Dipublikasikan pada 10 Maret 2024

"Don't worry about anything, I'll do everything. This exact moment , could be something we can get back to. Could be a page for us"
-Time of Our Life, DAY6

『✎﹏

MURID-MURID kelas 10 IPS 5 masih berada di dalam kelas, padahal lima belas menit lagi acara akan dimulai. Semua peserta sudah berkumpul di Student Center, empat kursi yang ada di barisan nomor tiga masih belum terisi, sisanya sebagai penonton olimpiade antar kelas akselerasi hari ini.

"Van, lo mending jangan ikut. Kita cari pengganti lo yang lain," saran Jovan seraya memijat kedua bahu Devan.

"Lo aja, Jov. Lo yang nawarin, berarti lo yang gantiin Devan," balas Naren.

Jovan menunjuk Naren seraya berkacak pinggang. "Gue pentung pala lo!"

Devan menggeleng dengan keadaan menengok ke atas. "Enggak, gue harus tetap ikut. Sejarah masih lama, gue di kelas dulu."

"Beneran nggak papa, Van?" tanya Dhara khawatir.

Devan mengangguk. "Kalian cepetan ke SC, udah ditungguin yang lain."

Dua puluh menit yang lalu, semua orang masih berada di dalam kelas. Anak-anak yang mengikuti olimpiade masih meluangkan waktu untuk belajar, sedangkan sisanya berusaha memberi semangat teman-temannya yang menjadi perwakilan kelas supaya tidak gugup saat acara dimulai nanti. Devan yang sedang fokus me-review materi langsung mendongakkan kepala saat darah mulai menetes membasahi buku tulis.

Tentu semua orang panik, karena darah yang keluar dari hidung Ketua Kelas itu tak kunjung berhenti. Anak-anak yang lain memang mengakui jika sehari sebelum acara dimulai, Devan tampak pucat seperti mayat. Acara sebentar lagi akan dimulai, sedangkan Devan masih belum selesai dengan masalahnya. Gita sempat ditawari untuk menggantikan Devan, namun si Ketua Kelas terus mengatakan jika dirinya akan tetap ikut.

Pintu kelas terbuka, Devan menengok ke arah pintu dan mendapati Dhara kembali masuk ke dalam kelas. Devan menaikkan kedua alis meminta penjelasan, sedangkan si Bendahara malah memberikannya dua pil Paracetamol yang dia dapatkan dari UKS.

"Kenapa balik lagi ke sini? Bentar lagi acaranya dimulai," ucap Devan seraya menarik selembar tisu untuk membersihkan darah yang membekas di sekitar bibir.

"Lo beneran nggak papa? Kalo lo pingsan nanti gimana?" tanya Dhara khawatir.

"Nggak akan, lagian udah terbiasa." Mengambil pil Paracetamol dan meminumnya, "Lo balik lagi sana, nanti gue nyusul. Makasih buat obatnya."

"Semoga lo cepet sembuh, terus sehat lagi!" ucap Dhara seraya mengepalkan tangan berniat memberi semangat kepada Pak Ketua.

Devan tersenyum, lesung pipinya kelihatan jelas. Saat tersenyum seperti ini, wajahnya tampak seperti Devano Jayendra--kakak kelasnya yang ada di program yang sama. Itu yang ada di pikiran Lavanya Dhara Lalika sekarang. Tak tahu apakah laki-laki di depannya itu menyadari hal itu atau tidak.

Dhara tersenyum. "Baru kali ini gue liat lo senyum kayak gini ...." lirihnya.

"Apa?"

Sekertaris itu menggelengkan kepala. "Pokoknya kalo ada apa-apa kasih tau yang lain ya? Semoga menang Van, demi IPS 5!"

Excellent '05 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang