-🍂-
"Kamu gak bisa ngomong ya?"
Gadis berumur sepuluh tahun itu bergeming. Matanya berkelana karena ketakutan.
"Pantesan gak punya temen, sombong sih!" ucap Farah semakin mengompori anak-anak lain.
"Ih beneran tahu! Masak aku kemarin dicuekin, mentang-mentang anak orang kaya gak mau bergaul sama kita," sahut Sinta menambahkan.
"Dih! Jangan ditemenin guys biar tahu rasa!"
Anak yang dibicarakan hanya bisa meremas tangannya di bawah meja.
"Anak-anak! Ada apa ini?"
Seorang guru memasuki kelas membuat anak-anak yang mengerumuni salah satu siswi tampak saling melirik satu sama lain.
"Itu Bu ... Aiora abis ngatain Sandi jelek sama miskin!"
Aiora menatap Farah kaget. Dia sama sekali tidak pernah mengatakan itu.
"Benar Aiora?" tanya Ibu guru.
"Ng-A-aiora .. nggg ..."
"Aduh, Bu ... beneran deh gak bohong, Aiora udah ngatain Sandy. Bener kan temen-temen?" sela Farah.
"BENEEEER BUUU!"
Air mata Aiora mengalir ke pipinya tanpa bisa dicegah. Tidak. Dia tidak pernah melakukan itu. Teman-temannya berbohong.
Tanpa mengatakan apapun, Aiora segera bangkit lalu mendorong Farah membuat temannya itu terjungkal ke belakang dan kepalanya terhantam meja.
"Ng-gak a-da temen di dunia ini. S-semuanya adalah musuh ..."
.........................................................................
Air mata Aiora kembali merembes keluar. Gadis itu mulai terisak, membuat Meysa semakin dibuat kesal.
"Memangnya salah Mama kalo kamu dibully di sekolah? Salah Mama kalo kamu gak punya temen? Semua aja salahin Mama! Padahal kamu yang gak bisa bergaul! Gara-gara kamu yang dorong temen kamu sampai masuk rumah sakit, Mama yang harus menanggung malu sampek rendahin diri Mama buat minta maaf ke mereka!"
Aiora menggelengkan kepala. Tangisnya semakin menjadi.
"Setelah ini pasti Oma kamu juga bakal salahin Mama karena gak becus didik kamu!!!"
"M-maaf, Ma ... A-aiora----Aiora nggak---"
"Ssstttt Aiora ... Mama gak butuh penjelasan apa-apa lagi. Bagaimana kalo kita melarikan diri?" tanya Meysa lebih pada dirinya sendiri.
Di detik berikutnya, Meysa tersenyum tipis. Wanita itu membelokkan setir membuat mobil yang ia kemudikan menerobos trotoar. Kakinya menginjas gas semakin dalam.
Aiora menutup matanya erat saat melihat mobil mereka sebentar lagi menghantam tembok sebuah gedung.
Dan ....
BRAAAKKK!!!
........................................................................
Aiora terengah dengan peluh memenuhi dahinya. Cewek itu segera beringsut dari kasur dan meminun segelas air putih di atas nakas.
Shit! Mimpi itu lagi.
Suara alarm terdengar nyaring di detik berikutnya. Setelah mematikan benda berisik itu, Aiora bangkit dan melangkah menuju meja belajar. Tatapan matanya tertuju pada kalender. Angka 30 dilingkari dengan spidol berwarna merah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Just Between Friends
Novela JuvenilKetika Aiora memutuskan masuk di SMA Kalingga, cewek itu sudah merancang segala kehidupan SMA-nya dengan sempurna. Aiora akan memastikan seluruh penghuni sekolah hanya memandang ke arahnya. Benar saja, semua berjalan lancar sesuai dengan rencana Aio...