JAEMIN YANGYANG
Idol life.——————————————
Happy Reading.Konser SM Town baru saja usai diselenggarakan. Para artis masuk ke dalam bilik ruang tunggu masing-masing; ada yang sibuk bercengkrama, melakukan dance challenge bersama, menunggu giliran foto bersama atau ada juga yang sedang melihat-lihat ponsel mendamba kabar dari seseorang.
Seperti salah satu contoh nyatanya adalah pemuda bersurai pirang yang memutar ponsel menunggu balasan dari seseorang di ruangan sebelah.
"Kalau nggak sabar ya samperin aja, ruangannya ada di seberang tuh, Jaem," sebut Jeno di tengah keheningan ruangan memirsa keadaan sahabatnya yang sedang gelisah menunggu kabar seseorang.
Kalimat yang diucap Jeno tak ayal membuat anggota lain—terkecuali Renjun ikut menoleh, ikut-ikutan menelisik wajah Jaemin.
"Mau dianter nggak, Hyung?" candaan dari si maknae Jisung membuat Jaemin berdecak.
"Nggak usah!" ketusnya menimbulkan tawa teredam dari para sahabatnya. Netra Jaemin memirsa ke arah pemuda yang menjadi juru kunci kisah percintaannya, "Hyung," sebut Jaemin pada Mark yang tahu akan sinyal dari tatapan matanya.
Merasa perlu membantu adiknya, Mark mengusap surai pemuda yang sedang berbaring di pahanya. Tubuhnya menyondong ke bawah mendekati telinga kekasihnya yang sedang memejamkan mata—berpura-pura tidur meski sebenarnya ia merekam semua decakan dan obrolan kawannya tadi.
Netra Renjun terbuka, si pemuda mulanya memejamkan mata di pangkuan kekasihnya itu menghunuskan pandangan ke arah Jaemin.
"Junnie~"
"Kalau ada butuhnya saja."
"Ya kalau tidak bertanya pada kamu lalu tanya pada siapa padahal bertanya itu jalan untuk terhindar dari kesesat—"
"Ya tanyakan pada dia!" Renjun memotong ucapan Jaemin yang baru saja memberikan kalimat pembelaan. Pemuda itu bangun dari posisi sebelumnya. "Lagipula kan kalian hanya berteman, tidak usah berlebihan," ucap Renjun mengulangi kalimat tidak bermoral Jaemin malam itu di depan kawan sekaligus crush si pemuda bodoh itu.
Mengesalkan memang.
Jaemin dengan terang-terangan bahwa ia dan sahabatnya hanya berkawan setelah apa yang mereka lalui; segala cerita si sahabatnya yang membuat Renjun menarik kesimpulan bahwa keduanya lebih dari sekadar teman. Namun pengakuan Jaemin di depan semua member NCT yang jelas-jelas mengetahui hubungan dekat keduanya membuat Renjun menggelengkan kepala, tak habis pikir agaknya.
"Tidak dibalas."
"Ya sudah," jawab Renjun seadanya.
"Kamu kan temannya, memang tidak bisa membujuk dia untuk membalas pesanku?"
Tatapan Renjun menjadi makin tajam. Pemuda itu melipatkan tangan menghunus Jaemin dengan tatapannya, "Kenapa harus sepanik itu sih? Dia kan temanmu, aku juga sering nggak membalas pesanmu tapi kamu cuek-cuek aja nggak sepanik ini."
Jaemin membuang napas. Ia memirsa sekitar merasa bahwa hanya ada anggota grupnya dan manager yang jelas lebih dulu mengetahui fakta bahwa,
"Yangyang bukan temanku," aku Jaemin kemudian membuat member yang lain terkecuali Renjun menganga ketika mendengar lanjutan kalimat, "...dia kekasihku."
"Hah?"
Nahkan! Mengaku juga akhirnya, batin Renjun seusai tersenyum sinis.
Jeno yang mulanya bermain game itu membiarkan karakter terbunuh karena menganga mendengar pengakuan Jaemin di sebelahnya. Lelaki bersurai hitam itu melempar bantal di paha pada Jaemin dengan kencang.