Happy Reading
"Baby baru bangun, hm?" Suara berat kekasihnya di seberang sana lewat telepon genggam rupanya menembus sampai di hati si pemuda.
Yangyang, pemuda yang tersipu malu di balik boneka kesayangan dipelukan itu mengintip wajah kekasihnya. Makin malu sebab Jaeminnya kali ini berkali-kali lipat tampan dengan kaos putih dan rambut separuh basah—hasil cipratan air sebab kekasihnya itu baru saja membasuh wajah. Ah, tapi tak masalah. Na Jaeminnya malah bertambah rupawan sekarang.
"Iya aku baru bangun pas kamu telepon tadi."
"Kemarin latihan sampai pagi?"
Anggukan kepala ditunjukkan kencang, "Iya aku latihan sampai pagi banget terus akhirnya dikasih libur hari ini," adunya pada Jaemin yang menganggukkan kepala mendengar ceritanya.
Teringat sesuatu, Yangyang pun bangun dari posisi tidurannya. Tak lagi ingat bahwa beberapa menit lalu ia sengaja meng-cover wajah baru bangun tidurnya dari si kekasih demi terlihat paripurna di depan Jaemin. Padahal, Jaemin berkali-kali mengatakan padanya bahwa Yangyang selalu sempurna apa pun pakaian atau kondisinya. Memang dasarnya kekasih Jaemin ini sedikit kurang percaya diri sih.
Tapi, siapa yang tak was-was jika kekasihmu itu Na Jaemin?
Si tampan yang tak akan diragukan lagi visualnya oleh khalayak umum, terlebih Jaemin bersih dari segala skandal, memiliki karir cemerlang, dan kepribadian baik—begitu sempurna untuk dijadikan pendamping hidup masa depan.
"Hari ini jadi, kan?"
"Kamu nggak istirahat aja?" Sosok Jaemin sedang duduk di kursi depan komputernya, terlihat lagak si kekasih yang menghidupkan monitor.
"Kamu udah janji loh."
"Iya baby, tapi pet shop nggak akan tutup walaupun kita batal ke sana hari ini."
Yangyang merengut. Pemuda itu menatap kesal pada Jaemin yang sudah mengetik sesuatu di keyboardnya.
"Agency ngasih kamu libur supaya bisa istirahat, udah capek kan sebulan ini ngurusin persiapan comeback."
Jika Jaemin sudah memberikan wejangan padanya maka dipastikan dia hanya akan diam mendengarkan. Memang, kadangkala sifat kekanak-kanakan Yangyang ini perlu Jaemin disiplinkan meski usia mereka sebenarnya tidak terlalu jauh. Akan tetapi menjalin hubungan bersama Jaemin bertahun-tahun, ya setidaknya terhitung sudah tujuh tahun ini. Jaemin lebih sering mengajarkan sesuatu pada Yangyang. Banyak sekali hal yang ia pelajari dari kekasihnya sampai si sahabat, Renjun kerap mengaku iri padahal ia sudah memiliki kekasih sekeren Mark Lee.
"Kamu masih punya jadwal sampai akhir pekan ini kan? Belum tentu kamu bisa dapat off selama sepekan."
Walaupun niatan Jaemin baik; ingin menyuruh Yangyang untuk istirahat. Tetap saja rasanya ia sudah tidak tahan pada rasa rindu ditinggal kekasihnya berhari-hari—nyaris dua pekan mereka tak bertemu karena perbedaan jadwal. Katanya, kunci hubungan langgeng itu adalah sering bertemu. Yangyang tak mau jika saja—ya jangan sampai kalau hubungannya kandas di tengah jalan dengan alasan sibuk dengan jadwal.
"Kamu nggak bisa?"
"Aku nggak bilang kalau aku nggak bisa, By."
"Buktinya kamu bilang nggak bisa," kata si pemuda terlanjur kesal karena dua kali ditolak oleh kekasihnya yang dua pekan ini tidak ditemui. "Yaudah aku bawa Coco sendiri aja kalau gitu."
Yangyang sudah beranjak dari ranjangnya membuat Jaemin mengembuskan karbon di seberang sana melihat gerak-gerik kekasihnya yang berjalan menuju lemari memilih pakaian. Jaemin hanya diam menyaksikan kekasih manisnya di balik layar telepon genggam, abai akan seruan Jeno di grup chat dalam monitor yang sudah memanggilnya untuk bergabung bermain games.