Happy Reading
Seantero Neo High School juga tahu siapa Liu Yangyang itu. Ya memang siapa sih yang tidak tahu pemilik suara menggelegar yang sekarang melambaikan tangan menenteng makanan di tangan kanan dan kirinya berlari menghampiri pemuda di lapangan sekolah.
"Jaemin!!!!!!!" teriakannya menggelegar begitu kencang membuat Renjun, yang tadi dipaksa untuk mengikuti sampai tutup wajah karena tindakan kawannya.
Duh, mana si crush lagi duduk di ujung lapangan. Renjun was-was ketika melihat keberadaan Mark Lee—pujaan hatinya yang sedang melakukan breafing dengan anggota OSIS. Berbeda raut wajah, si kawan sudah berjalan dengan langkah riang memasang senyum manis di depan Jaemin.
"Kamu lagi?"
"Hehehe..."
Pemuda itu menyengir lebar. Alih-alih meminta maaf dan bertindak canggung, ia mengulurkan bungkusan pada Jaemin yang menerimanya.
"Dimakan ya, Kak," kata si pemuda menggoyangkan kaki, malu-malu.
Tcih! Renjun nyaris mendecih andai saja tidak ada sosok Mark Lee yang sekarang ada di ujung lapangan. Meski sebenarnya kakak kelas itu tidak akan melihat Renjun karena dasarnya ia hanya secret admirer semata tetap saja ia harus mempertahankan sisi secret admirernya jaga-jaga Mark Lee akan melihatnya suatu saat nanti.
"Terima kasih ya," ujar Jaemin ketika mendapat bungkusan dari adik kelasnya yang sedang malu-malu di depannya.
"Kalau gitu aku balik dulu, Kak, hehe.. semangat!"
Liu Yangyang pergi setelah memberikan kiss bye dengan genitnya pada Na Jaemin, si anchor klub futsal di Neo High School.
Anggota klub yang lain sih tidak heran dengan Liu Yangyang, apalagi si adik kelas itu kerap mengekori ke mana pun tim mereka bertanding, berteriak kencang dan menyerukan nama tim sekolah mereka—terkhusus untuk Na Jaemin sebenarnya.
Punggung kecil yang perlahan menghilang dari pandangan bersama kawan si pemuda itu membuat Jaemin menoleh pada rekan satu klubnya.
"Mana nih?" tanya Hyunjin sudah menadah.
"Tuh!"
Bungkusan yang diberikan oleh pemuda Liu—hasil menyisihkan uang saku demi memberikan si pujaan hati roti dan sekotak susu beserta air mineral pun berpindah tangan setelah dilempar lalu ditangkap oleh Hyunjin dengan tanggap.
"Thanks, Bro, sering-sering ya."
Jaemin acuh tak acuh. Ia berjalan menuju ke loker di mana seragamnya terpisah membiarkan Hyunjin membuka bungkus yang dibawa si pemuda Liu untuknya. Makanan yang terbeli hasil menyisihkan uang saku Liu demi si kakak kelas tercintanya itu dilahap oleh Hyunjin dengan terburu-buru tanpa sadar jika pemberi menatap bungkusan yang dibelinya dengan embusan napas terhela berat.
"Sudah kan?" ucap Renjun di sebelah si pemuda Liu yang merenung.
Pemuda itu hanya diam melihat bagaimana makanan yang dibeli hasil menyisihkan uang saku demi kakak kelas pujaannya itu tidak tepat sasaran. Alih-alih dikonsumsi oleh Jaemin, pemuda itu malah 'melempar' makanannya ke Hyunjin meskipun sebetulnya itu sudah menjadi hak miliknya. Ah, tapi kan... Yangyang berharap bahwa Jaemin yang memakannya, bukan Hyunjin.
Bahunya dirangkul oleh Renjun membuat wajah merenung itu menoleh pada si kawan.
"Kubilang juga apa, sia-sia kan?"
Pemuda Liu itu menurunkan kurva bibir, wajahnya yang sedih nyaris menangis itu ditepuk-tepuk oleh Renjun.
"Udah, kita cari cara lain aja. Mungkin Kak Jaemin bosen makan itu-itu mulu."