Tiba-tiba saja gelap.
Kamu benci gelap. Kamu tak bisa melihat apapun di kamarmu.
Dengan gelisah dan tarikan nafas berat, kamu menegakkan punggung di tempat tidur. Berharap menemukan eksistensi yang menemanimu disana. Namun hanya pekat tak bertepi yang mengelilingimu. Melumpuhkan rasa tenangmu.
"Paman Sam? Biby Lily?"
Serak karena peradangan di lehermu tak kamu pedulikan. Sakit rasanya, gersang membakar. Namun untuk kedua kali dan selanjutnya, seruanmu semakin meninggi. Memanggil nama-nama yang terlintas di tengah panikmu.
Kamu tak ingin berada dalam kegelapan seorang diri.
"MC."
Suara seorang anak laki-laki mengena sensorimu dengan lembut. Meski tak melihat, kamu langsung mengenalinya.
"Zayne..."
"Ya, aku disini." Terdengar suara kursi kayu yang ditarik mendekat dengan perlahan. "Kembali tidur. Kamu harus istirahat."
"Tapi aku ngga bisa tidur kalau gelap..." rengekmu.
Menarik bagi si pendengar. Karena ketika sehat, benar-benar tidak ada yang bisa membuatmu menangis atau mengeluh. Bateraimu seakan tidak pernah habis. Apa itu sakit? Apa itu lelah? Tak ada dalam kamusmu. Baru ketika kamu demam, sifat kanak-kanakmu muncul.
"Ada apa, Zayne? Kok tiba-tiba gelap? Mana... Paman Sam dan Bibi Lily?"
"Mungkin mati listrik." Datang jawaban itu dari sisi tempat tidurmu. "Ngga usah cemas. Paman Sam dan Bibi Lily pasti lagi melakukan sesuatu untuk nyalain lagi listriknya."
"Zayne..."
"Hm?"
"Aku boleh pinjam tanganmu sampai lampu nyala, ngga?"
Alias, kamu memintanya untuk menemanimu.
Untuk beberapa saat kamu menantikan suaranya. Sekecil apapun. Namun yang terdengar hanya hela nafasmu yang kepayahan melawan demam. Dan kamu tak heran. Kamu lalu terdiam, belum sepenuhnya damai dengan perasaanmu, sampai kemudian setitik kemilau putih muncul dan menerangi pandanganmu.
Tampak telapak tangan Zayne yang membuka menghadap ke atas. Lalu cahaya putih biru lembut yang terbentuk dari debu-debu bunga es memadat menjadi kristal yang menyerupai sebuah permen.
Kamu tersenyum dan meraih permen itu. Mengingat kalian berdua suka yang manis-manis.
"Thanks. Ini bisa dimakan, ngga?" tanyamu bercanda.
Zayne kembali hanya terdiam. Namun pandangan matanya amat lekat padamu. Saat kamu memegang tangannya, akhirnya terlepas desah resahnya.
"MC."
"Hm?"
"Maaf, ini salahku. Harusnya aku ngga bawa kamu ke danau."
Kamu menggeleng pelan.
"Ngga... bukan salahmu, Zayne. Malah aku senang... thanks sudah bawa aku lihat-lihat di sekitar danau itu. Mm... apa namanya tadi?"
"Mirror Lake."
"Iya, Mirror Lake... aku ngga tau ada tempat seindah itu di Nova Springs sampai kamu bawa aku kesana... padang melati ternyata sedang bermekaran... tapi sayang aku ngga bisa pegang ya, hehe..."
Terpejam, kamu menarik nafas panjang lalu menghembuskannya dengan senyum yang bertahan. Meski tak sepenuhnya lega dadamu karena nyeri yang terbiasa disana, fragmen-fragmen memori di danau itu terasa amat nyata. Menenangkanmu kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE WINS ALL ∥ 【MC ♡ Xavier/Rafayel/Zayne/Caleb/Sylus】∥ Indonesian FF ✔
Fanfiction"Breathe again. Love again. Die again. It's a never ending loop." ⸻ ©amon ♥ Adapted from: "Love and Deepspace" (Main story, Memories, Phone/Video calls, Posts, Secret Times/Tender Moments, Myths) ♥ Pairings: MC x Rafayel/Zayne/Xavier ♥ Language: Ba...