"Marie Claire?"
Terang yang menerangi ruangan itu tiba-tiba disambut suara pintu yang dibuka, lalu disusul decak lidah keheranan yang mengejutkanmu.
"Astaga, kamu ngapain?!"
"Eh?"
Kamu berpaling, refleks tersenyum menyambut sembari menyisipkan helai rambut yang terlepas dari ikatan ke belakang telingamu.
Dengan lambaian tangan, kamu sapa riang seorang wanita yang baru saja tiba di Pet Shop tempatmu part time yang sekaligus menyatu dengan rumah tinggal itu. Posisimu masih duduk di atas tangga lipat. "Bibi Delphine! Udah balik?"
Wanita lima puluh tahunan yang berparas segar dan lebih muda dari usianya itu meninggalkan kantong-kantong belanjaannya berantakan di ambang pintu dapur. "Kamu ngapain disitu? Udah, cepet turun. Bahaya!" serunya, menghampirimu.
"Tadi lampunya mati, jadi aku sempetin ganti dulu. Kasian Bibi Delphine, masa' nanti gelap-gelapan kalau mau masak."
Cemas, Bibi Delphine memegangi tangga lipat itu. Sorot matanya mengomelimu.
"Dasar kamu ya, ngga bisa diam banget. Bibi cuma minta kamu jagain toko. Tapi setiap kali Bibi pergi kemana, saat kembali tau-tau kamu sudah benerin keran air, mesin kopi, rantai sepeda, maku-maku pagar yang udah longgar. Inilah, itulah. Dan sekarang kamu benerin lampu juga?!"
Kamu yang mengamati raut wajah Bibi Delphine yang tak enak hati pun kembali tersenyum.
"Aku ngga pa-pa, Bibi Delphine. Mumpung belum ada pembeli, kalau ada yang bisa aku bantu kerjakan, kenapa ngga kan?"
"Bibi bisa manggil tukang untuk urusan yang begitu-gitu. Kamu ngga usah ngerepotin diri kamu."
"Aku ngga ngerasa repot, Bibi. Bibi juga pernah bilang untuk nganggap tempat ini seperti rumahku sendiri, kan? Jadi sudah wajar kalau aku bantu apa yang bisa kubantu."
Bibi Delphine mencubit pipimu gemas. Helas nafasnya panjang. Berusaha melegakan hati karena kamu yang meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja.
"Oh, sweetheart. Justru karena ini adalah rumah kamu juga, makanya Bibi ngga mau kamu kenapa-napa disini."
"Aku ngga pa-pa. Lihat, aku bisa tangani semua, kan?" ucapmu, menepuk dada. Berakting jumawa yang membuat sebuah senyum merekah di bibir Bibi Delphine.
"Kamu tuh, ya." Bibi Delphine mengusap kepalamu. "Ayo, cepat turun sekarang."
Dua tahun telah berlalu sejak kamu keluar dari rumah sakit.
Selama dua tahun ini, kamu masih beberapa minggu sekali mengunjungi Dokter Noah untuk pemeriksaan medis rutin, namun dia pernah mengatakan akan pensiun di waktu mendatang dan memfokuskan sisa hidupnya untuk penelitian di Arctic.
Suster Anastasia juga telah menikah. Kamu ingat menjadi salah satu tamu di acara itu dan yang pertama berhasil merebut lemparan buket bunga dari sang mempelai perempuan. Bukan karena kebelet ingin cepat menikah—itu cuma mitos. Namun kamu yang kompetitif dan puas dengan kemenangan tentu takkan melewatkannya. Kamu juga ingat, saat itu kamu menyerahkan buket bunga itu pada Caleb yang turut hadir.
Caleb tampak terperanjat saat itu. Wajahnya memerah tak biasa. Bagaimana kamu akan lupa?
Pikirmu, mungkin Caleb malu?
Segera kamu jelaskan bahwa kamu tidak sedang mengejeknya. Kamu hanya tulus berharap supaya 'kakakmu' yang tak pernah punya pacar itu segera menemukan pendamping hidupnya yang tepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE WINS ALL ∥ 【MC ♡ Xavier/Rafayel/Zayne/Caleb/Sylus】∥ Indonesian FF ✔
Fanfic"Breathe again. Love again. Die again. It's a never ending loop." ⸻ ©amon ♥ Adapted from: "Love and Deepspace" (Main story, Memories, Phone/Video calls, Posts, Secret Times/Tender Moments, Myths) ♥ Pairings: MC x Rafayel/Zayne/Xavier ♥ Language: Ba...