Arthdal membuka matanya. Ia melihat langit-langit yang tampak asing baginya. Matanya bergulir ke kiri dan melihat tiang infus. Lalu matanya bergerak ke kanan dimana ia melihat Jane dan Farel disana.
Farel yang menyadari Arthdal telah sadar langsung menepuk dada Arthdal dan memanggil Arthdal beberapakali. Begitupula Jane yang langsung meriksa Arthdal layaknya dokter profesional.
"Dal! Lo sadar kan? Lo denger gue?!" seru Farel.
Arthdal menganggukan kepalanya, "Kenapa gue ada di sini?"
"Kenapa lo minum espreso 3 shoot pagi-pagi sih. Lo juga gak tidur semalaman, udah tau lo lagi banyak jadwal! Lo butuh istirahat!" sewot Farel.
"Gue tidur kok!" balas Arthdal bohong.
"Mana ada! Wajah lo gak bisa bohong!" balas Farel tidak mau kalah. "Lo sadar gak sih lo artis? Lo banyak jadwal! Ditambah kecelakaan kemaren, gue udah undur semua. Kalau kayak gini terus lo bisa kehilangan job!"
"Udahlah, Rel. Namanya musibah mana ada yang tau," ucap Jane menenangkan Farel.
"Ini musibah? Ini sih namanya bunuh diri!" balas Farel.
Arthdal memijat keningnya setelah mendapatkan omelan dari Farel. Semalam Arthdal memutuskan untuk tetap berjaga agar ia tidak bermimpi hal yang sama. Ia berpikir apa bedanya dirinya tidur dan tidak tidur jika setelah bangun tidur ia merasa sangat lelah.
"Mau lo mimpi apa pun. Mimpi kejebur sumur berulang-ulang, ngeliatin monas berkali-kali. Lo tetap butuh tidur!" lanjut Farel yang masih sangat kesal dengan perilaku Arthdal.
"Terserah deh, susah jelasin ke lo juga," balas Arthdal.
"Maksud lo apa? Gue ngomong gini karena lo artis gue. Gue yang ngurus semua kebutuhan lo, jadwal lo, rapat sama produser musik, rapat sama sutradara, belum nyari sopir pengganti. Lo tinggal gerak doang, hidup lo udah gue buat seinstan mungkin," balas Farel tidak mau kalah.
"Mau gue tidur selama apapun, gue masih merasa lelah. Apalagi mimpi itu muter-muter terus. Muak!"
"Terus lo milih gak tidur sampai mati?"
"Siapa yang gak mau tidur? Gue mau tidur nyenyak, bangun-bangun langsung fresh. Lo tau sendiri akhir-akhir ini gue se-fresh itu? Karena gue setiap bangun tidur masih ngerasa capek!"
"Makannya gue suruh lo ke psikiater buat perbaiki diri lo. Lo cuma merasa mental lo sehat sampai lo gak tau kenapa fisik lo selalu capek padahal lo udah tidur, makan sehat dan olahraga. Itu kode kalau mental lo sakit!"
Arthdal mendadak terdiam setelah mendengarkan ucapan Farel. Ia berpikir Farel ada benarnya karena selama ini mungkin saja Arthdal tidak sadar sehingga fisiknya lelah.
"Bokap lo udah kirim nomor dokter psikiaternya ke gue. Gue hubungin sekarang demi lo. Jadwal hari ini gue terpaksa undur lagi," kata Farel sembari keluar dari kamar Arthdal untuk menghubungi psikiater.
Arthdal menghela nafasnya sebentar. Matanya melirik ke arah sinar matahari yang menyorot tajam ke dalam ruangannya. Jane yang ada disana tidak mengerti dengan pembicaraan mereka, yang Jane paham kalau Arthdal tidak ingin beristirahat karena setiap bangun tidur ia masih merasa lelah.
"Apa efek trauma dari kecelakaan itu ya?" tanya Jane.
"Jane, hari ini kamu praktek. Kamu kerja aja, disini aku ada Farel. Kalau aku mau pulang aku bakal kabarin kamu," ujar Arthdal.
"Tapi kamu lagi sakit," sahut Jane.
"Yang sakit gak aku aja, pasien kamu juga lagi sakit," balas Arthdal.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Loving Soul
Teen FictionArthdal, seorang aktor sekaligus penyanyi yang kini sedang naik daun. Ia sangat menikmati kepopulerannya sebagai bintang. Suatu hari, Arthdal mengambil kecelakaan mobil yang menewaskan 3 orang. Semenjak kecelakaan itu, Arthdal mengalami gangguan tid...