Chapter 12

2.1K 226 30
                                    

Ternyata udah sebulan lebih ya, hehe.

Ciee dighosting
Monmaap digantung, kirain jemuran.

Bukan BL
HAPPY READING

°

°

°

Karena sudah malam dan Solar juga sudah tidur, Anderson Family memutuskan untuk pulang, tentunya dengan rengekan Thorn yang ingin tetap disana. Alasannya sudah jelas, ia ingin bermain di wahana.

Akhirnya dengan segala bujuk rayu dari trio sulung, Thorn mau diajak pulang.

"Mereka udah gerak, gas keun nyulik anak."

"Kamu excited banget mau nyulik anak."

"Iya dong. Bosen tau nyuri berlian mulu, polisinya pada lambat, kalo gini kan lebih menantang." Gentar menyisir rambutnya kebelakang dengan tangan.

Sopan menghela nafas, "Terserah kamu lah."

"Kuy gerak."

Didalam mobil,

Solar tidur dipangkuan Gempa, begitu juga dengan Thorn dan Ice. Thorn yang tidur di bahu Ice, dan Ice yang tidur di kepala Thorn.

Dibelakang mereka ada Taufan dan Blaze yang mengendarai motor masing-masing.

Suasana jalanan cukup sepi, mengingat jalur menuju mansion Anderson yang jauh dari perkotaan.

Satu mobil melesat melewati Taufan dan Blaze,

Seseorang menyembulkan kepalanya dari kaca mobil, lalu menembakkan peluru kearah belakangnya.

Dor-!!

Jujur saja, mereka terlalu nekat.

Atau mungkin terlalu berani?

"Rora!" Taufan berteriak, ia menepikan motornya ditengah jalan dan menghampiri Blaze yang terkena tembakan.

Tembakan itu mengenai perut kiri Blaze, membuat Blaze hampir oleng. Beruntung ia masih sempat menepikan motornya, ia turun dan langsung berjongkok, memegangi perutnya dengan tangan, menahan agar darahnya tidak banyak keluar.

Sementara mobil itu masih melaju, kali ini menyalip mobil yang dikendarai oleh Halilintar.

Dor-!!

Tembakan kedua dilayangkan, kali ini tepat mengenai ban mobil milik Halilintar. Hal itu membuat mobilnya melaju tak sesuai alur, Halilintar banting setir kesamping.

"Ck! Sial."

"Kak, tembakan tadi kena Blaze." Ice yang tiba-tiba berujar panik setelah melihat kebelakang.

"Kita susul. Len, Lo disini jaga Anya sama Gebi."

Gempa mengangguk, "Hati-hati."

Halilintar keluar dari mobil menghampiri Taufan dan Blaze, diikuti Ice dibelakangnya.

"Si sulung Anderson udah keluar, kuy."

"Tahan bentar Ra, telponnya belum diangkat." Taufan terus mengutak-atik ponselnya untuk menelpon ambulance.

"Sakitnya bisa gue tahan, tapi ini darahnya keluar terus, kalo gue mati gara-gara kehabisan darah 'kan gak lucu anying."

"cocote." Ice yang baru datang dan mendengar ucapan Blaze langsung memukul kepalanya.

SUNSHINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang