Derap kaki kuda memecah kesunyian hutan gunung Yelan. Kawasan ini cukup berbahaya dan jarang dilewati manusia. Kawanan begal, binatang buas, bisa mengancam kapan pun dan menyerang siapa pun. Namun ketakutan semacam itu sudah tidak sempat dirasakan oleh seorang pria berjubah putih yang memacu kudanya secara membabi buta. Ringkikannya terdengar menusuk telinga disusul aliran buih dari mulutnya. Rupanya si kuda malang sudah sangat kelelahan.
Tidak lama kemudian seekor kuda lagi menyusul yang pertama. Kali ini penunggangnya seorang pria berjubah hitam, terlihat lebih sederhana. Satu tangannya menggenggam pedang yang berlumuran darah.
"Ketua Li! Jangan menuju ke arah sana. Kawasan itu berbahaya!" Pria yang menderu di belakang berteriak-teriak memperingatkan penunggang lain dengan jubah putih.
Penunggang kuda pertama tidak mempedulikan seruan itu dan terus melaju. Dengan tangkas dia mengendalikan langkah kudanya agar tidak terperosok ke dalam jebakan ataupun terjerat akar pohon yang menjuntai di mana-mana. Akan tetapi, bagaimanapun gesitnya pria itu, akhirnya kuda yang malang itu kelelahan dan terjerembab dengan kepala menukik ke depan, mencium tanah lembab berlapis humus.
"Ketua!"
Pria berjubah putih yang dipanggil Ketua Li melakukan gerakan salto ringan, mendarat dengan halus di atas rumput. Wajahnya pucat pasi, nyaris kebiruan akibat menahan pukulan beracun pihak lawan yang menyerangnya. Kakinya terjajar dua langkah ke belakang dengan telapak tangan kanan menekan dada.
Pria lain yang berjubah hitam tiba di dekatnya tidak lama berselang, melompat dari punggung kuda, seketika menghambur pada pria tampan yang dia panggil Ketua.
"Ketua! Bagaimana lukamu?"
Pertanyaan itu dijawab dengan muntahan darah segar hanya sejengkal dari kakinya.
"Astaga ... " panik, pria yang baru tiba menahan bahunya agar tidak jatuh terjerembab ke tanah.
"Sudah lebih baik," pria yang dipanggil Ketua Li oleh sang rekan menepuk dada keras-keras, mengeluarkan batuk dan sisa darah hingga ia merasakan napasnya perlahan mulai ringan.
"Pukulan yang kau terima mengandung racun," desis si pria hitam.
"Tidak usah khawatir. Aku sudah pernah terkena racun yang lebih ganas dari ini."
Pria berjubah putih kini duduk bersila di bawah sebatang pohon yang memiliki batang melengkung berwarna hitam pekat. Daun-daunnya meranggas dan mati, dahan dan ranting gundul meliuk-liuk dan saling menjalin. Semakin masuk ke rimba hutan gunung Yelan, pepohonan akan tampak semakin ganjil.
Dua orang pria itu jelas terpojok. Takdir tidak begitu baik dengan membiarkan kelompok musuh memporak-porandakan Perguruan Sigu di mana sang pimpinan, Li Xiangyi, telah mendirikan dan mengendalikannya selama hampir sepuluh tahun. Salah seorang rekan seperguruan telah melanggar aturan, mengambil langkah tercela demi kepuasan dan keuntungan duniawi, tega mengkhianati ketua mereka sendiri. Kini sang ketua telah terdesak, terluka dan harus sembunyi di hutan seperti seorang pencuri.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐨𝐭𝐮𝐬 𝐨𝐧 𝐓𝐡𝐞 𝐑𝐢𝐯𝐞𝐫 (𝐅𝐞𝐢𝐡𝐮𝐚)
FanfictionSehari sebelum penobatannya menjadi raja di Kerajaan Dewa Air, Di Feisheng menemukan dirinya terlempar ke dunia manusia dengan cara yang tak terduga. Kilas balik pengalaman sang ayah yang pernah terikat pada manusia seakan terulang kembali saat dia...