Setiap langkah terasa lambat bagi Wang Yan yang dicekam rasa panik dan cemas. Pemikiran yang menakutkan terkait hilangnya Di Feisheng mengikuti setiap langkahnya seperti bayangan. Dia terus bergegas melewati banyak lorong dan aula-aula yang luas sebelum tiba di sisi lain istana yang luas itu. Tiba di depan sebuah pintu besar berukir, dia mulai menggedor dengan keras.
"Tabib Iblis! Tabib Iblis!" Nama itu dia teriakkan dengan nada sedih dan menghawatirkan.
Di dalam ruangan luas yang diterangi banyak lampu mutiara bercahaya, seorang kakek tua berjubah kelabu nan indah duduk di atas permadani tebal dalam posisi membaca lembaran-lembaran kuno. Wajahnya tidak seindah jubahnya, dan rambut panjang putih hanya memperburuk segalanya. Terkejut oleh suara-suara dari balik pintu, dia mengeluarkan titah keras dengan suaranya yang serak dan menyakitkan telinga.
"Masuk!"
Dia memasang wajah cemberut begitu melihat Wang Yan berjalan tergopoh-gopoh dengan wajah meringis.
Sungguh menyebalkan, pikir kakek tua yang dipanggil Tabib Iblis. Dia sedang tidak membutuhkan kabar yang menyedihkan atau mengkhawatirkan di saat suasana hatinya tengah baik dan baru saja akan membaca perkamen kuno yang baru saja dia temukan di ruangan rahasia mendiang Raja.
"Kabar buruk! Kabar buruk!" Wang Yan terengah-engah.
"Sudah kuduga," Tabib Iblis menautkan alis dengan ganas. Membuat tanpangnya kian tak karuan.
"Seburuk apa itu, Wang Yan? Hingga kau tidak peduli lagi pada privasi seseorang."
Wang Yan menjatuhkan lututnya di depan Tabib Iblis, menahan diri untuk tidak berteriak-teriak. Dia tahu walaupun sudah kakek renta, Tabib Iblis tidak tuli. Sejenak tangannya menyentuh dada untuk menenangkan degup jantung yang bergemuruh laksana badai.
"Yang Mulia ... " ia mulai dicekam ketakutan lagi saat akan menyampaikan kabar buruk itu.
"Yang Mulia ... "
"Yang Mulia apa? Dia masih mulia, kan?"
"Dia ... " Wang Yan melebarkan mata, memperkuat efek dramatis yang membuat Tabib Iblis jadi kesal.
"Dia menghilang!"
"Apa?" Tabib Iblis menampar meja dan membentak dengan suara berbisa.
"Bagaimana itu terjadi?" ia balas melebarkan mata pada Wang Yan.
"Dia ... dia ... aku khawatir Yang Mulia menyebrangi pintu rahasia pembatas alam kita dengan alam manusia."
"Astaga ... " Tabib Iblis mendesah berat, menggelengkan kepalanya berkali-kali.
"Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Seperti mendiang Raja, dia senang berpetualang di alam manusia."Desahan lagi, sambil mengusap dagunya.
"Jangan sampai dia menikah sembarangan dengan manusia seperti yang dilakukan ayahnya."
Wang Yan menatap bingung, dia jelas tidak setuju dengan dugaan Tabib Iblis.
"Aku kira tidak seperti itu, Tabib! Seseorang pasti memperdayai Yang Mulia. Penobatannya sudah di depan mata. Tidak mungkin dia pergi dengan begitu mendadak. Aku sangat yakin adiknya yang pendengki, Jiao Liqiao, ada di belakang peristiwa menghilangnya Yang Mulia."
Tabib Iblis menatapnya dengan nanar.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐨𝐭𝐮𝐬 𝐨𝐧 𝐓𝐡𝐞 𝐑𝐢𝐯𝐞𝐫 (𝐅𝐞𝐢𝐡𝐮𝐚)
FanficSehari sebelum penobatannya menjadi raja di Kerajaan Dewa Air, Di Feisheng menemukan dirinya terlempar ke dunia manusia dengan cara yang tak terduga. Kilas balik pengalaman sang ayah yang pernah terikat pada manusia seakan terulang kembali saat dia...