01 : Kerajaan Dewa Air

492 39 36
                                    

Mysterious Lotus Casebook Fanfiction

Written by
Shenshen_88

Disclaimer

Characters belong to Teng Ping

Author's Note :

I dedicated this story for someone very nice, my best friend ArYizhan

Happy Birthday to you ✨🥰


🌼🌼🌼

Tidak ada bulan maupun matahari di langit Kerajaan Dewa Air yang bisa dinikmati mahluk hidup pada umumnya. Namun angkasa di atas kerajaan tampak begitu gemerlap oleh ribuan warna warni cerah dari beragam mahluk yang hidup di lautan. Semuanya terlihat bagaikan gugusan bintang, dilatarbelakangi cahaya biru muda berkilauan.

Di Feisheng, sang pewaris tahta kerajaan, duduk termangu di atas satu kursi kayu keemasan yang diukir dengan indah, dilapisi busa dan kain berwarna senada. Dia berada di taman istana nan luas berhiaskan marmer putih pipih dan petak-petak beralas batuan kristal warna warni. Meski suasana terang benderang, tidak ada pantulan cahaya di wajah tampannya. Ekspresinya mengeras, bibir tipis sinis yang siap menggerutu setiap waktu. Jubah merah anggur membalut tubuh tinggi tegapnya, menghampar anggun di sekitar tempat duduknya sekarang.

"Sudah selesai apa belum?" Di Feisheng akhirnya mengeluarkan suara berat bernada bosan seraya menatap jengkel pada seorang pria separuh baya yang sibuk menyapukan kuas pada permukaan kanvas yang sangat lebar.

"Tidak lama lagi Yang Mulia," si pria pelukis terlihat gugup, seiring getar dalam suaranya.

"Aku bertanya tiga kali dan jawabanmu selalu sama. Sungguh tiada keperluan duduk sepanjang hari menatap wajahmu yang tidak menarik," Di Feisheng mendengus.

"Karena pertanyaan Anda juga selalu sama, Yang Mulia ... "

"Heh, berani mengoceh?!"

"Hamba tidak berani ..."

Lirikan kejam Di Feisheng yang mampu menciutkan nyali siapa pun seketika membuat si pelukis kian kacau sehingga sapuan kuasnya bergerak ke arah yang salah. Itu menyebabkan hasil pekerjaannya semakin tidak karuan. Dia bisa mendengar helaan napas panjang sang pangeran Kerajaan Dewa Air yang menegaskan ketidaksabarannya.

"Lupakan saja ide lukisan ini," ujarnya datar, menyipitkan mata pada lukisan separuh jadi di hadapannya. "Hanya membuang waktuku saja. Aku nyaris saja ketiduran."

"Maafkan hamba, Yang Mulia. Ini tidak akan memakan waktu lama." Si pelukis bersujud, terlihat panik dan ketakutan. Tapi sikapnya tidak mengubah keputusan sang pangeran. Di Feisheng mendengus sekali lagi, bangkit berdiri dalam gerakan dramatis. Satu tangannya mengibaskan jubah panjang berhias bordir keemasan yang mewah dan elegan.

"Membosankan!"

"Yang Mulia!" Seorang pria lain datang menghampiri. Penampilannya lebih baik dari si pelukis menunjukkan posisinya yang cukup penting. Dia adalah Wang Yan, orang kepercayaan Di Feisheng.

"Lukisan ini harus selesai. Ini adalah tradisi," dia berkata sopan, membungkuk sekilas di hadapan Di Feisheng yang sudah berdiri kaku.

"Tradisi apa?" gumam Di Feisheng, memutar bola matanya dengan malas.

"Raja sebelum Anda pun memiliki lukisan terbaiknya yang akan disimpan di aula utama. Kita tidak bisa membiarkan tempat untuk lukisan Anda dibiarkan kosong."

𝐋𝐨𝐭𝐮𝐬 𝐨𝐧 𝐓𝐡𝐞 𝐑𝐢𝐯𝐞𝐫 (𝐅𝐞𝐢𝐡𝐮𝐚) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang