Sinar matahari terpancar dengan indahnya. Taman ramai dengan beberapa kalangan, mulai dari yang tua sampai yang muda. Tetapi, keramaian tidak mengganggu seorang lelaki manis yang sedang terhanyut dalam dunianya. Lelaki itu memilih novel remaja dengan tema fantasi yang ada di tangannya menjadi titik fokus pikirannya saat ini.
“Haechan!” lelaki itu terlonjak kaget saat seseorang yang ia kenal, menepuk pundaknya.
“Kaget ya?” Tawa jahil yang diberikan oleh sahabatnya membuat lelaki yang dipanggil ‘Haechan’ menepuk balik pundak sahabatnya.
“Jaemin-ah!” Tegur Haechan dengan kesal.
“Kebiasaan banget.”
“Hehehehe, sorry deh. Oh iya, mana bubble tea punyaku?” Jaemin menaruh beban tubuhnya di bangku taman, tepat di sebelah Haechan.
“Cari saja di situ, sudah di tandain sama penjualnya tadi.” Haechan kembali memfokuskan pikirannya untuk berhayal. Novel yang ia baca sudah mulai memasuki bagian klimaks ceritanya.
jaemin mengubak-abik isi kantong plastik hitam di sebelahnya. Ia tersenyum bahagia saat sudah mendapatkan apa yang ia cari. Ia menikmati minumnya dengan rakus. Setelah dahaganya terpenuhi, ia kini merasa bosan. Jaemin memilih membuka ponselnya dan mulai berpetualang di Insta*ram. Sesekali ia mengetuk layar ponselnya dua kali untuk memberikan tanda suka pada foto dan video yang menurutnya menarik. Lalu gerakkan jarinya terhenti dan matanya tiba-tiba fokus pada satu foto.
“Eh, Chan.” Jaemin menyenggol lengan Andra dengan sikunya.
“Apaan? Ganggu terus, orang lagi fokus baca juga.” Haechan kesal dengan Jaemin yang dari tadi mengganggunya.
“Ih, sebelum ngomel, coba liat dulu ini.” Haechan memperhatikan dengan serius foto yang sedang Jaemin tunjukkan.
“Emang ada apa?” Tanya Haechan bingung. Ia tidak menangkap hal yang aneh dari foto yang ditunjukkan oleh Jaemin.
“Kita harus foto gini juga, keren nih.” Kata Haechan dengan semangat masih menunjukkan foto seorang lelaki manis yang berpose di sebuah gedung terbengkalai dengan sinar matahari terbenam menjadi latar belakangnya. Foto yang estetik, sayangnya Haechan tidak tertarik dengan hal seperti itu.
“Malas ah,” Haechan memalingkan wajahnya dari layar ponsel Jaemin dan bermaksud untuk kembali membaca novelnya. Sayangnya, kegiatannya terhenti lagi dengan paksa saat Jaemin mengambil novel Haechan dan kembali menunjukkan layar ponselnya.
“Ayolah, sekali-sekali kita lakukan hal baru. Lagian lumayan kan kalau hasilnya bagus, kita bisa upload di IG.” Kata Jaemin dengan wajah serius.
Haechan pasrah. Bahkan ia hanya bisa menghela napas pelan saat dilihatnya novel miliknya sudah tertutup sebelum ia memberi tanda. Setelah urusan mereka selesai, Haechan harus mengingat halaman terakhir ia membaca.
“Ya sudah. Tapi foto di mana? Pake kamera siapa? Terus, kapan kita fotonya?” Tanya Haechan sambil melihat foto dari ponsel miliknya yang sudah di tag oleh Jaemin di Instagram.
Haechan akui foto ini memang bagus, tapi dia tidak ada kepikiran untuk berfoto seperti ini. Haechan bukan orang yang rajin upload foto atau video di media sosial, tidak seperti sahabatnya ini. Jaemin termasuk orang yang aktif di media sosial, bahkan pengikutnya jauh lebih banyak dari pengikut Haechan. Tapi Haechan tidak ambil pusing, toh Ia buat media sosial hanya untuk formalitas dalam bersosialisasi dengan teman-temannya.
“Ah, iya, Aku kemaren ada liat foto Renjun di IG, tempatnya mirip-mirip sama foto ini. Nanti aku tanya-tanya lokasinya sama dia. Kalau kamera, pakai kamera hp aja jadi. Terus masalah kapan, aku maunya sih sekarang ini.” Jaemin menjelaskan dengan semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Habits (Markhyuck&Nomin)
Mystery / ThrillerBagaimana perasaanmu saat kamu melihat pembunuhan di depan matamu secara langsung? Itu yang di alami Haechan dan Jaemin. Dan sialnya psikopat gila itu tidak sendiri. Ia bersama kakaknya berhasil menculik dan mengurung Haechan serta Jaemin. Bagaiman...