Sudut mata Fiona berkedut mendengar kata kehormatan yang keluar dari mulut lelaki itu. Jujur saja pertama kali ia keluar dari tempat yang telah ia tinggali selama bertahun-tahun. Ia bahagia saat dapat merasakan menyentuh batang pohon secara langsung, berjalan menyusuri jalan-jalan setapak yang mungkin adalah jalan yang sering dilewati oleh pelayan kecil. Ia sangat bahagia saat melihat rusa yang cantik tetapi tidak pernah ia membayangkan melihat sebuah kematian secara langsung di depan mata.
Lelaki di hadapannya masih bersikap tenang menghampiri rusa yang telah mati. Dia menyeringai dengan wajah penuh kemenangan, menakutkan sampai tanpa sadar bahunya sedikit bergetar dan melangkah perlahan mundur.
“Hari ini sepertinya memang hari keberuntunganku, aku dapat bertemu dengan wanita cantik sepertimu di tempat seperti ini,” ujar Aaron.
Rusa yang sudah terbaring lemas, kakinya diikat dan ditarik naik ke atas kuda. Fiona menghampiri dan berusaha menghentikan aksi lelaki itu. “Mau dibawa ke mana itu rusa itu?”
“Haruskah aku memberitahunya padamu? Meskipun kau sangat cantik dan mampu menggodaku. Namun, maaf kau tetap orang asing. Aku tidak bisa mengatakan semuanya padamu. Rusa ini telah berhasil aku dapatkan, jadi aku memiliki hak untuk membawanya pergi.”
Aaron menaiki kuda, bersiap untuk pergi tetapi gadis yang keras kepala itu lagi-lagi menantangnya. Ia berdiri di depan kuda, menghalangi Aaron untuk pergi. “Tumbuhan, hewan dan bahkan kita manusia adalah milik Tuhan. Kita tidak memiliki hak untuk berbuat seenaknya dalam hidup. Sekali lagi aku katakan padamu, lepaskan rusa itu. Dia belum mati sepenuhnya, lepaskan! Aku akan mengobatinya.”
“Kau siapa berani menantangku?”
“Aku bukan siapa-siapa, tapi aku sudah lama tinggal di sini.”
Dahi Aaron sedikit berkerut mendengar bahwa gadis itu telah lama tinggal di hutan terlarang. Bagaiamana mungkin? Kebanyakan orang terlalu takut hanya untuk menginjakkan kaki di hutan terlarang terlebih setelah raja terdahulu memberikan aturan untuk melarang orang memasuki secara bebas ke dalam hutan di perbatasan barat.
Perlahan Aaron menarik kemudi kuda untuk agak mundur dari gadis tersebut. “Apa kau seorang penyihir?” tanya Aaron dengan nada penuh kewaspadaan, ia juga kembali menyoroti penampilan gadis tersebut dari atas sampai bawah dan kecantikannya memang benar-benar dapat membuat orang mudah tertipu—kini Aaron meyakini jika memang gadis tersebut adalah seorang penyihir yang tengah menyamar menjadi seorang gadis cantik.
Mendengar kata ‘penyihir’ Fiona menatap Aaron dengan bingung, ia bertanya, “Apa itu penyihir?” Selama 20 tahun hidupnya ia tidak mengetahui kata itu pasalnya yang ia baca dari buku masih terbilang terbatas. “Apa itu benda? Atau justru makhluk hidup?” tanya Fiona kembali untuk memastikan. Namun, saat ia melihat lelaki yang tidak jauh darinya turun dari kuda, menatapnya dengan ekspresi aneh ditambah seperti ancang-ancang ingin melakukan sesuatu tentu saja membuat Fiona panik.
“Apa yang kau lakukan?”
Dengan kecepatan dan kekuatan penuh Aaron telah menarik Fiona sehingga gadis dengan cepat melawan, berusaha bergerak-gerak melepaskan diri. “Lepaskan aku!” Namun, apa daya kekuatan yang dimiliki tidak bisa menandingi seorang lelaki yang telah berpengalaman dalam perang sehingga ia hanya bisa pasrah ketika Aaron telah mengikat tangan, kaki dan juga membawanya ke atas kuda.
Sepanjang jalan juga Aaron menembak panah pada burung-burung yang terbang, tembakannya tidak pernah gagal membuat senyuman terus mewarnai wajahnya dan dengan bangga ia telah mengumpulkan banyak buruan termasuk dengan gadis penyihir yang kini sudah lebih tenang hanya menatapnya dengan tajam seakan memberi peringatan jika berani macam-macam akan dibunuh.
Ketika keluar dari hutan, banyak prajurit telah menunggu kedatangan Aaron. Hewan buruan telah dikumpulkan. Tangan kanan Aaron mendatangi dengan hormat. “Your Grace, lapor semua prajurit telah berkumpul dengan hewan buruan mereka.”
Aaron mengangguk dan turun dari kuda, ia juga membantu Fiona untuk turun. Beberapa orang yang sedari tadi bertanya-tanya mengenai siapa gerangan yang dibawa oleh duke mereka, tubuh seketika terdiam bagai terpaku dan netra tidak bisa berpaling dari kecantikan yang ada. Dipandangi oleh banyak orang membuat keberanian Fiona kembali menciut, dengan tangan dan kaki yang terikat ia tidak bisa kabur ke mana-mana bahkan tubuhnya kini ditopang oleh lelaki yang membawanya.
“Baiklah, kita akan kembali sekarang. Raja Edward akan hadir malam ini di pelantikan kesatria.” Setelah memberi perintah, Aaron juga melepaskan semua ikatan pada tubuh Fiona. “Buktikan padaku jika kau bukan penyihir!”
“Sudah kukatakan sebelumnya aku tidak tahu apa itu penyihir.”
“Apa kau bisa terbang menggunakan sapu? Membunuh orang dengan tidak masuk aka!? Jika iya, kau adalah penyihir.” Aaron mengatakan hal itu seperti berbicara dengan seorang anak kecil, sebenarnya setelah berjam-jam ia mengamati gadis di hadapannya, kecurigaan bahwa dia adalah penyihir tidak terbukti pasalnya dia benar-benar tidak terlihat berbahaya.
“Aku tidak bisa melakukan hal itu,” jawab Fiona.
Aaron mengangguk. “Baiklah ... aku sedikit percaya, tetapi bukan berarti kau bebas begitu saja. Mengapa kau tinggal di hutan? Sudah berapa lama?”“Aku sudah tinggal sedari kecil, mungkin sekarang usiaku 20 tahun.”
“Siapa namamu?”
“Fiona.”
“Nama marga keluarga?”
“Tidak punya, namaku hanya Fiona.”
Misterius, satu kata yang menggambarkan gadis tersebut dalam pikiran Aaron. Ada banyak pertanyaan yang ingin Aaron tanyakan sehingga ia kembali berkata, “Untuk sekarang kau tinggal di kediaman ku, aku mengawasimu atas nama kerajaan. Kemungkinan kau penyihir masih ada, aku masih tetap waspada terhadapmu.”
Baru saja terbebas dari belenggu menara tetapi kini ia harus kembali terkurung ke tempat yang bahkan tidak ia ketahui, sungguh malang nasibnya. Fiona ingin menolak tetapi mengingat bagaimana lelaki tersebut tidak segan untuk melumpuhkannya, belum lagi ia punya banyak bawahan yang mengerikan dengan wajah-wajah seram. “Aku bukan penyihir, kenapa kau masih tidak percaya padaku?”
Aaron sama sekali tidak mendengarkan justru ia telah menghampiri pasukannya sehingga Fiona kembali mengejar. “Kau sudah tahu namaku, tapi aku tidak tahu namamu,” kata Fiona dengan nada memaksa sehingga membuat orang-orang di sana menatapnya dengan takjub—pasalnya yang sedang diajak bicara oleh Fiona adalah seorang duke yang dihormati tetapi ia berbicara tanpa sopan santun yang seharusnya.
“Kau benar-benar tidak tahu aku?” tanya Aaron.
“Aku tidak tahu, itu sebabnya aku bertanya.”
“Aaron Harold.”
Fiona memgangguk dengan santai. Kemudian mau tidak mau Fiona harus ikut ke kediaman duke, ia tidak pernah mengira jika tempat tinggal lelaki sombong yang ditemuinya ternyata sangat luas bahkan memiliki bangunan kembar. Ada banyak pelayan yang mengurus rumah tangga.
Kedatangan Fiona ke kediaman duke tentu saja menjadi pembincangan para pelayan. Seorang wanita agak tua berkata, “Tuan telah membawa calon istri ke dalam rumah, kulihat dia sangat cantik meski bernampilan sederhana.”
“Di mana mereka bertemu? Yang kulihat gadis itu tampak seperti pengemis. Bukankah lebih bagus jika Tuan menikah dengan Putri Esmeralda,” komentar pelayan yang lain dengan menyebutkan Putri Esmeralda yang tidak lain adalah adik sepupu dari Raja Edward.
Di tengah-tengah pembicaraan mereka, tanpa diduga Fiona masuk ke dapur dengan linglung. “Mohon maaf, bisakah aku minta segelas air?” tanyanya.
Kemunculan Fiona di dapur tentu membuat pelayan terdiam seketika, suasana menjadi canggung. Salah satu pelayan memberikan segelas air pada Fiona yang langsung saja diminum oleh gadis tersebut karena sudah merasa kehausan. Ia melihat para pelayan yang sibuk memasak membuat rasa penasarannya meningkat sehingga ia sedikit mendekat.
“Apa yang kalian lakukan? Bisakah aku juga ikut membantu?”
Pelayan terkejut tetapi mereka tidak berani untuk menolak sehingga membiarkan gadis tersebut untuk membantu pekerjaan yang lebih ringan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ethereal
RomanceKecantikan adalah sebuah anugerah yang diidamkan banyak wanita di dunia ini. Namun, kecantikan adalah sebuah kutukan bagi Fiona selama masa hidupnya. *** Terkurung dalam penjara hampir dua dekade, Fiona tidak pernah mengetahui seperti apa dunia lua...