28. Helel Ben Shahar

3 0 0
                                    

Kegiatanku hari ini ditutup dengan mengunjungi sebuah warung kopi di daerah Kampung Mahasiswa. Warung kopi langganan yang setiap beberapa hari sekali, yang punya warung selalu memberikan potongan harga kepada pelanggan-pelanggan mahasiswanya. Salah satu pelanggan yang beruntung adalah diriku. Tentu saja, setelah pada suatu hari, aku berhasil menangani permasalahan terkait anomali astral di warung kopinya.

Maka, saat ini, telah berdiri diriku di depan warung itu. Tiada banyak pengunjung yang datang, setelah Perang Dingin Astral makin lama makin di tahap yang mengkhawatirkan. Pemerintah Daerah memberlakukan jam malam, setelah apa yang terjadi di Kanjuruhan dan Hotel Santika. Secara tidak langsung, militer mulai melakukan intervensi demi menjaga harmoni masyarakat Tanah Singasari. Yah, mau tidak mau, kami harus menghormati keputusan dari Pemerintah Daerah yang ingin menjaga setiap keamanan dan ketertiban warga-warganya.

Masuk aku ke dalam warung kopi itu. Hawa dingin malam di luar, tergantikan dengan kehangatan warung. Si abah pemilik warung tengah menyeduh air dalam sebuah dandang besar. Ia memberi salam padaku, seraya diriku yang memesan secangkir kopi. Tidak butuh waktu lama, sampai kopi pesananku datang. Kopi memang nikmat untuk menikmati hari yang tersisa.

Ketika aku akan menyesap kopiku, mendadak sebuah suara memaksaku untuk keluar dari zona nyaman.

"Memang tepat sekali menikmati kopi untuk mengakhiri hari."

Aku meletakkan cangkir kopiku perlahan, seraya menoleh ke arah sumber suara.

Jantungku mencelus. Mendadak emosiku memuncak tiada tertangguhkan, ketika aku melihat sosok pria berjas hitam telah duduk di kursi di sampingku. Tiada yang menyadari keberadaannya, tiada pula yang menyadari kehadirannya. Si pemilik warung? Bahkan aku ragu kalau beliau dapat melihatnya. Ia hanya akan menganggap diriku sedang berkomunikasi dengan Astral. Hanya orang-orang tertentu yang dapat bertemu dengan pria berjas itu. Segala kemarahanku tertumpu dan tertuju pada pria itu.

"Kau ...." Aku menatap sosok pria berjas hitam itu. Ia balas menatapku sembari tersenyum. Aku hendak meraih pistol di pinggangku, tetapi ia sudah angkat bicara kembali.

Bergeleng ia berkata, "Nuh-uh. Aku di sini hanya sebentar. Aku hanya memberikan pemberitahuan padamu."

"Omong kosong macam apa lagi? Kau sangat santai di hadapan orang yang telah kauhancurkan hari-harinya, huh? Kau tidak takut aku akan menyerangmu?" tukasku sembari menatap pria berjas hitam itu dengan nanar.

Pria berjas itu mengangkat bahu. "Aku tahu, kau tidak akan segila itu menyerangku, Araya Timur."

"Apa maumu?"

"Peringatan singkat. Pengadil Bidat telah memenangkan peperangan. Niskalayudha telah sampai di babak kedua."

Lagi. Sepertinya orang-orang misterius dan berbahaya semacam dirinya memang suka sekali berbicara dengan bahasa yang trivial.

"Omong kosong apa yang kaumuntahkan kali ini?" sengakku.

"Orang yang tidak percaya akan sebuah kebenaran yang berkontradiksi dengan pemahamannya, pasti akan mengalami fase-fase penolakan. Namun, aku hari ini akan berperilaku baik, Araya. Aku hanya memperingatkanmu. Sudahi pekerjaanmu di Kajineman Watugong dan putuskan kontrakmu dengan astral yang kauikat bersamamu."

Aku meraih pistol di pinggangku, dengan cepat aku menodongkannya ke arah pria itu. Siapa sangka, ia sudah menghilang di balik gelap malam. Aku tidak akan melupakannya. Tidak akan pernah melupakannya. Ia adalah pria yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi denganku dan Sofia. Mendadak memori gelap itu kembali menyelimutiku.

Maka aku akan katakan dosa yang telah dirinya perbuat. Di hari itu, ia menyerangku dan Sofia. Sang Pria menggunakan kekuatannya untuk memecah memori Sofia untuk dijadikannya sebagai Astral Manifestasi. Menciptakan astral dari manifestasi saja bisa berisiko seseorang untuk divonis telah melakukan tindak klenik ilegal. Apa yang dilakukannya, lebih dari sekadar klenik ilegal. Seharusnya ia sudah dapat Eksekusi di Tempat oleh Pemburu Biro Bawah Tanah.

Sayangnya, keadaan kala itu telah menguntungkan dirinya.

Satu dari tiga kriminal berbahaya sepanjang meletusnya Perang Dingin Astral. Ia yang dijuluki sebagai Penghasut yang Fasih.

Helel Ben Shahar.


NiskalayudhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang