"Kenalkan ini Tania, anak kolega Papi, perempuan yang akan di jodohkan sama kamu."
Jeremy terdiam memerhatikan sosok perempuan dengan rambut sepanjang bahu tengah tersenyum ke arahnya dengan manis. Jeremy akui anak konglomerat memang selalu cantik terawat, begitu anggun dan sangat piawai merawat diri. Dan pertemuan itu bukanlah kali pertamanya di jodohkan, di usia yang menginjak tiga puluh tahun Jeremy paham dengan jelas keinginan kedua orangtuanya untuk melihatnya meminang seorang gadis dari keluarga kaya. Alasannya tentu saja demi kemajuan bisnis.
"Hai, Saya Tania," Begitu katanya menyapa Jeremy dengan sopan.
"Jeremy," Jeremy menjawab singkat. Ia tak tertarik karena sejatinya Jeremy sudah memiliki tambatan hati yang sudah pasti tak akan di setujui oleh keluarga besarnya.
"Jadi gimana, Nak, kamu setuju untuk adain pertunangan akhir bulan ini?"
Jeremy bungkam, lelaki berparas oriental yang juga seorang direktur dari salah satu anak Wirya Grup itu terdiam beberapa saat. Ia memiliki sebuah janji yang tak dapat membuatnya mengelak kali itu.
Maka dengan anggukan singkat, Jeremy akhirnya setuju, sungguh dirinya tak memiliki banyak pilihan.
***
Jeremy memarkirkan mobilnya di sebuah parkiran apartmen yang nyaris satu bulan terakhir tak ia sambangi, terakhir kali saat dirinya akan pergi ke Tokyo untuk perjalanan bisnis dan saat itu Jisel tengah kesal padanya karena rencana perjodohannya dan Tania.
Jeremy tak menutupi apapun, lelaki yang terpaut usia 10 tahun lebih tua Jisel itu tahu pasti amarah seorang remaja yang tak bisa di kendalikan dengan mudah.
Jeremy membuka pintu apartmen dengan kunci password yang di ketahuinya, saat pintu terbuka Jeremy dapat mendengar suara televisi menyala menandakan si empunya tengah asik menyaksikan acara tv.
"Babe," Jeremy memanggil, hingga sosok Jisel yang tengah menonton itu kemudian menoleh sesaat dan kembali mengarahkan pandangannya pada televisi. Tak seperti biasanya yang akan riang menyambut kehadirannya dengan pelukan.
Jeremy perlahan berjalan menghampiri lalu duduk di sisi sofa yang kosong kemudian mendekap Jisel, juga membubuhkan kecupan di pelipis puan yang tengah merajuk itu.
"Kenapa? Kamu masih kesel?"
"Pikir aja," Katanya dengan nada jengkel.
Jeremy yang melihat itu bukannya ikut kesal malah merasa gemas, sisi galak Jisel memang menjadi daya tarik tersendiri baginya, "maafin aku, ya?"
Jisel tak menjawab namun matanya mendelik sebal, "udah terima kamu tunangan sama perempuan itu?"
Jeremy terdiam, Jisel tahu Jeremy tak akan bisa mengelak lagi kali itu. Dan tanpa menjawabpun Jisel tahu dan tetap saja ia merasa sakit mengetahuinya. Tanpa aba-aba air matanya menetes, ia baru saja tahu jika tengah mengandung, di tambah ia tahu kekasihnya telah di tunangkan dengan wanita lain.
"Kamu pulang aja, Kak, aku gak mau liat kamu di sini," Ujar Jisel sembari menahan isakkan.
"Hey, baby," Jeremy tak menurut dan malah semakin erat mendekap Jisel.
"Pergi aja Kak! Aku gak mau liat kamu!"
"Jisel, Kakak minta maaf, kamu tau kali ini Kakak gak mungkin nolak, itu juga demi kita--"
"Aku hamil."
Ucapan singkat Jisel membuat Jeremy sontak bungkam apakah ia salah dengar, setahunya Jisel rutin meminum pil pencegah kehamilan juga mereka baru melakukannya selama dua kali.
"Sayang, are you serious?"
"Kamu mau lari?" Jisel melepaskan pelukan Jeremy pada tubuhnya. Ia berdiri lalu menatap Jeremy nyalang, "aku gak peduli kalopun Kakak gak mau bertanggung jawab! Aku gak mau gugurin anak ini!" setelah itu Jisel berlalu pergi ke dalam kamar lalu menguncinya.
Tbc ...
Jgn lupa vote dan komentari!
KAMU SEDANG MEMBACA
Slow || Giselle, Eaj
Fanfictionberkisah tentang Jisel yang harus hamil di luar pernikahan di usia muda oleh kekasihnya yang memiliki latar belakang yang rumit. gissele x eaj