Sebelumnya Jisel berpikir hamil merupakan hal yang dapat di laluinya dengan santai, ia masih dapat pergi ke kampus seperti biasa, berkumpul dengan teman-temannya dan bersenang-senang. Namun kenyataan pahit Jisel alami saat ia harus merasa mual saat pagi hari, bahkan wangi minyak ayam goreng yang selama hidupnya sangat ia cintai berubah menjadi sebuah malapetaka.
"Jauhin ayam goreng itu dari depan muka gue!" Jisel menyuruh Wina dengan kasar saat gadis itu hendak menyahut sepotong paha ayam di atas piring.
"Lo serius gak suka ini?" Tanya Wina menunjuk makanan lezat itu.
"Bukan gue, jelas bayi gue yang gak suka."
Wina tercengang, bahkan Jisel sudat tidak ragu mengakui eksistensi anak di luar pernikahannya itu.
"Sel, lo serius?"
Jisel menarik segelas berry smoothie lalu menyesapnya dengan perlahan, walaupun mual anaknya harus tetap di berikan nutrisi.
"Kenapa lo nanya gitu terus, jadi gue harus gimana? Gugurin anak Kak Je gitu aja?".
Wina sontak menggeleng, bukan itu maksud pertanyaannya, hanya saja membesarkan anak di luar pernikahan bukanlah hal yang mudah, "bukan itu maksud gue, Kak Je bilang apa sama lo?"
"Dia mau tanggung jawab Win sama anak ini, itu aja udah cukup, peduli setan sama pernikahan, di Amerika banyak yang punya anak tapi gak nikah."
"Ya itu poinnya, kita di Indonesia bukan Amrik, lo tau segala urusan, data diri anak lo, mau sekolahpun harus jelas nama ortunya, lo bisa apa soal itu?"
"Tinggal pindah aja ke Amrik, uang Kak Je banyak."
Wina mendesah kesal, "bener-bener lo, ya, bucin tolol."
Jisel terkekeh, ia tahu Wina dan Karin tak menyukai hubungannya dan Jeremy yang tidak ada kejelasan di dalamnya, namun apa yang harus di kata, anak mereka sudah tumbuh dan akan sangat jahat jika ia memutuskan untuk aborsi.
"Gue udah mikir panjang Win, sekalipun endingnya gue sama Kak Je gak bisa sama-sama, at least, gue tetep bisa besarin dia sendiri, tanpa rasa bersalah."
"Jujur, Cel, gue seneng banget sama sikap lo yang sangat bertanggung jawab, tapi di sisi lain, gue khawatir karena gue temen lo, gue takut lo yang sakit akhirnya."
Jisel dengan cepat meraih Wina ke dalam dekapannya, memeluk puan itu erat, "gue tau apa yang lagi gue lakuin, lo tinggal dukung dan percaya sama gue, okay?"
Wina akhirnya mengangguk dan balik memeluk tubuh Jisel erat, ia tahu Jisel bukanlah orang ceroboh, walaupun membiarkan Jeremy menghamilinya adalah hal bodoh yang sangat tidak baik untuk dirinya sendiri.
***
Jisel menekan tombol apartmennya, hari yang panjang terutama kelas di mata kuliah yang paling ia benci, Jisel berniat berendam dengan air hangat lalu menyetel musik klasik untuk menenangkan pikirannya. Namun saat kakinya baru saja melangkah memasuki apartmennya, Jisel di kejutkan dengan sosok lelaki yang tengah merapikan sepatu ke atas rak yang berada di sisi pintu masuk.
"Kak Je?" Tanya Jisel yang di sambut cengiran Jeremy.
"Hai," Katanya dengan sangat tampan.
"Kkook? Kakak gak kerja?"
Jeremy menggeleng lalu meraih pergelangan tangan Jisel untuk membawanya masuk lebih dalam, "ada banyak kelas hari ini?" Tanya Jeremy lalu mendudukan Jisel pada sofa di ruang tengah.
Ia mengangguk, lalu bersandar pada dada Jeremy dengan manja, "capek, aku pengen banget berhenti kuliah."
Jeremy terkekeh, "biasanya kamu semangat lho, kenapa sekarang jadi loyo?"
"Ya karena bayi kamu, dia gak suka beraktifitas mageran banget dia Kak!"
Jeremy lalu mengecup kening Jisel, ia lalu mendekap kekasihnya itu dengan erat, mengucapkan berbagai kata maaf serta menenangkan. Itulah alasan mengapa Jisel jatuh setengah mati pada Jeremy, lelaki dewasa penuh perhatian yang akan dengan senang hati memanjakannya.
Tbc ...
Anyeonggg!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Slow || Giselle, Eaj
Fanficberkisah tentang Jisel yang harus hamil di luar pernikahan di usia muda oleh kekasihnya yang memiliki latar belakang yang rumit. gissele x eaj