*The Two of Us*

2.2K 76 2
                                    

*Nora's POV*

Mataku sedang berkutat dengan berkas-berkas lamaran pekerjaan yang bejibun saat aku tidak sadar jika ponselku sudah berdering tiga kali.
Aku menoleh, namanya terpampang di layar ponselku dan membuat keningku berkerut. Ada apa dia menelponku di jam kerja? Karena tidak seperti biasanya dan dia sudah kuberitahu terlebih dahulu.

"Ha-"

"Kamu pulang kesini sekarang karena aku pengen jambak rambut kamu."

Belum sempat otakku mencerna apa yang sedang terjadi dan yang dibicarakannya tadi. Aku melihat layar ponselku sekali lagi dan dia sudah mematikan sambungan telponnya.

Sedetik kemudian dia mengirimkan sebuah foto yang membuatku tersenyum dan bergegas membereskan berkas-berkas tadi dan kucampakkan begitu saja di meja kerjaku.

"Bilang sama Jesse gue ke Surabaya sebentar." Ucapku pada sekretaris bosku.

"Lo kena semprot lagi nanti." Ucapnya yang membuatku tertawa kecil. "Seenak jidat lo pergi ke Surabaya demi dia."

"Bukan demi dia, tapi demi -"

"Udah. Pergi lo." Usirnya, aku malah tertawa dibuatnya.

"Thank you, Mila. Love you." Ujarku yang langsung berlari kecil.

Jemariku berselancar memesan tiket pesawat ke Surabaya dan untunglah masih ada sisa tiket di jam keberangkatan terdekat. Aku tidak tahu mengapa aku melakukan ini. Selama dia membutuhkanku, aku akan selalu ada untuknya. Walau aku rela membolos ataupun pergi seenaknya di jam kerja seperti ini.

Jessica Hendrawan 10.08 AM
Ke Sby lg?

Nora Estrada 10.10 AM
He'em. Bentaran doang. Sore nanti balik.

Jessica Hendrawan 10.11 AM
Segitunya.

Nora Estrada 10.11 AM
Hehe, jgn marah yaa.

Aku mengakhiri percakapanku setelah mendengar pengumuman jika sudah harus boarding. Aku mengaktifkan mode pesawat di ponselku dan menikmati perjalananku dari Jakarta ke Surabaya.

Tidak lama, karena aku melewatkannya dengan perasaan bahagia. Aku akan bertemu dengannya lagi dalam satu bulan ini walau aku sudah membolos hampir 6 hari.

Tapi Jesse tidak pernah menegurku, ia tidak pernah memberiku Surat Peringatan atau potongan gaji. Aku tidak tahu kenapa, tapi aku merasa senang. Selain aku bisa mengunjungi mantan kekasihku kapanpun aku mau, aku juga tidak mendapatkan halangan dari atasanku.

Mungkin diantara kalian berpikir kalau apa yang aku lakukan adalah hal yang gila. Iya. Mengapa aku mau serepot ini hanya demi mantan kekasih wanitaku?

Jawabannya adalah...

"Kamu sudah izin 2 kali dalam satu minggu ini. Dan ini adalah yang ketiga kalinya." Suara yang kudengar setiap hari ini mengagetkanku.

Aku menoleh seketika dan mendapati bahwa Jesse sedang duduk di sebelahku. Tapi bukankah sebelahku tadi seorang pria berperawakan agak gemuk? Kemana perginya pria itu?

"What are you doing here?" Aku tidak sadar suaraku ternyata lebih keras dari biasanya sampai beberapa orang yang duduk di depanku menoleh ke arahku.

Jesse tidak melihatku, pandangannya hanya lurus kedepan. Sedetik kemudian dia menoleh dengan anggunnya. "Flying to Surabaya, obviously."

"But..." Aku bingung dengan keadaan yang sedang terjadi ini. "Kamu kan nggak ada jadwal pergi ke Surabaya."

One-Shot Compilation (gxg) (on-going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang