*Stay With Me*

14.8K 219 6
                                    

"Aah! Aah! Emph! Aah! Aah! Aah! Fuck! Emph!"

Aku melihatnya dari belakang sembari mencakar punggungnya pelan. Ia meraung ditengah desahannya. Aku suka pemandangan ini. Dimana aku mendominasi permainan yang sedang kami lakukan.

Tangan kanannya meremas sprei dengan erat sementara tangan kirinya berusaha meraih tanganku. Dan benar, ia menggenggam tanganku terlampau kencang sampai aku sedikit kesakitan. Tapi sakitku tak sebanding dengan sakit yang ia rasakan sekarang. Hmm, sakit bercampur nikmat sebenarnya.

Lalu aku membungkuk, membisikkannya sesuatu yang selalu aku lakukan saat kami melakukannya. "You like it, huh?"

"Emph. Emph. Aah! Aah! Shit! Aaah!" Hanya itulah jawaban yang aku terima.

Lalu aku memutar badannya dan berhenti melakukan aktivitas pinggangku sejenak. Aku melihat dadanya naik turun, keringat membasahi kening dan tubuhnya. Walau AC sudah menyala, tetap saja tidak bisa menghambat hawa panas yang kami rasakan.

Kami bertatapan sebentar karena aku tidak boleh menatap matanya lama-lama karena aku takut.

Aku takut perasaanku kembali menyeruak ke dada dan aku tidak bisa menepati janjiku kepadanya.

Dengan perlahan aku memasukkan alat itu lagi ke bagian tubuh wanita yang sedang berada di bawahku itu. Desahannya mengiringi irama genjotanku di tubuhnya. Ia memejamkan matanya yang aku tahu ia menikmatinya.

Aku memeluknya karena aku berusaha sebisa mungkin untuk tidak menatapnya. Perasaan itu kembali muncul. Kali ini aku benar-benar tidak bisa menahannya. Sudah terlalu lama aku merasakannya namun tidak bisa aku utarakan kepadanya.

Tidak, kami tidak selevel. Aku tidak sebanding dengannya. Aku hanya wanita kotor yang ia bayar setiap kali ia membutuhkanku. Dan aku tidak lebih dari sekedar pelacur untuknya.

Tapi sialnya, aku mulai menaruh perasaan kepadanya sejak tiga bulan yang lalu. Dan jangan salahkan aku jika aku mulai menaruh perasaan kepadanya. Sejak setahun lebih kami melakukan ini disela-sela kesibukan kami.

Tidak, bukan aku kekurangan atau apa. Aku mau melakukan ini karena aku patah hati. Aku patah hati karena mantan kekasih wanitaku meninggalkanku demi bertemu dengan takdirnya. Ya, dia menikah dengan pria dan itu membuatku sangat sakit hati karena kita sudah berpacaran selama lima tahun.

Bertemu dengannya adalah pelampiasanku. Aku melampiaskan sakit hatiku dengan menidurinya. Namun sampai sekarang aku tidak tahu alasannya mengapa ia memakai aku demi memenuhi nafsunya.

"Hei, kamu nggak apa-apa?" Tanyanya yang membuatku tersadar dari lamunanku.

Aku berhenti sejenak, menyadari sesuatu jika selama dua menit ini aku hanya diam, tidak menggoyangkan pinggangku sama sekali.

Ia mengangkat wajahku, dan kali ini kami bertatapan cukup lama. Ia sempat mengusap kedua pipiku dengan ibu jarinya.

"Kamu lagi ada masalah?" Tanyanya lagi.

Aku menggeleng. "Mungkin aku hanya kelelahan." Dustaku. Aku tak mungkin jujur jika aku mulai memikirkan tentangnya.

Ia tertawa pelan mendengar alasanku. "Kita baru main setengah jam, lho. Capek darimana?"

Mau tak mau aku tersenyum kecil mendengar apa yang dia katakan. Dia pastinya hafal dengan durasi permainan kami dan tidak mungkin aku kecapekan hanya dalam setengah jam.

"Kamu ada masalah?" Nadanya tidak mendesak, namun aku tahu ada ketegasan disana yang membuatku bimbang.

Namun aku lagi-lagi menggeleng. "Mau mulai lagi?" Aku mencoba mengalihkan pembicaraan walau aku tahu aku tidak bisa lagi memulainya. Sudah hilang mood dan nafsuku.

One-Shot Compilation (gxg) (on-going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang