True Color 一 [SEULRENE]

Bab 7

Tiga tahun berlalu seperti menjentikkan jari. Gunung Beifei, yang baru saja memasuki musim dingin, masih turun salju lebat, dimana-mana semaunya benar-benar putih tanpa hiasan. Tidak peduli berapa lama waktu berlalu, tidak peduli berapa kali para murid berubah, struktur Istana Hukum Utara masih sama, dan waktu yang berjalan tidak akan meninggalkan jejak di sini.

Memikirkan hal ini, Seulgi tidak bisa menahan senyum di sudut bibirnya. Untungnya, Istana Beifei seperti ini sepanjang tahun. dia membuat lukisan ini untuk menggantungnya di Paviliun Rongku.

Gadis berusia sepuluh tahun itu jauh lebih tinggi, fitur wajahnya sedikit terbuka dan sifatnya terlihat dari ketidakdewasaannya. Rasa malu dan ketakutan sudah lama hilang. Dia mengenakan jubah biru muda. Batu giok berwarna merah darah bergantung di lehernya dan sedikit cinnabar di antara alis saling melengkapi, meluap dengan aura, sangat tampan sehingga orang ingin melihatnya dan mencubit wajahnya.

Seulgi berbaring malas di atas meja, memegang kuas Langhao yang bernoda tinta di tangan kirinya, memikirkan cara menata lukisan.

"Seulgi, waktunya makan." Yuntang masuk ke kamar dan menyentuh kepala Seulgi dengan penuh kasih sayang.

Yuntang berusia enam belas tahun tahun ini, tepat di usia ketika bunga bermekaran seperti brokat, dan gerak tubuhnya menjadi semakin lembut dan baik hati.

"Jiejie, aku belum lapar." Saat mengatakan ini, mata Seulgi yang gelap berbalik dengan gesit: "Tuan akan kembali dari Huashan, aku belum melihatnya dalam setengah bulan, aku harus bergegas dan menyelesaikannya. aku ingin memberikan lukisan itu kepada Tuan."

Yuntang tersenyum ringan: "Oke, jika Guru melihatmu membuat kemajuan seperti ini, dia pasti senang."

Mendengar ini, Seulgi tiba-tiba meninggikan suaranya seolah-olah hatinya meledak: "Benarkah?"

"Mm ..." Yuntang menepuk kepala kecil Seulgi: "Aku akan membiarkan kakak membawakanmu makanan nanti, ingatlah untuk memakannya."

Sebagai gadis termudah di sekte guru, Seulgi memiliki kehidupan dengan banyak bencana ketika dia masih muda, yang membuat orang merasa tertekan. Meskipun begitu, Joohyun menyayanginya, sementara Bianzi dan Yuntang ingin lebih menyayanginya, selama tiga tahun terakhir, temperamen Seulgi menjadi semakin sombong, tak kenal takut. Seulgi tidak suka mendengarkan kata-kata siapa pun, hanya Joohyun yang bisa mengendalikannya.

Yuntang terkadang merasa bahwa seluruh keluarga melindungi Seulgi dengan sangat baik, yang membuat anak itu tidak terlalu masuk akal, jadi dia mengembangkan karakter yang begitu flamboyan. Tapi untungnya, ada seorang master di sini, bocah cilik ini tidak berani melawan Joohyun.

"Jiejie ..." Seulgi tiba-tiba berbaring seperti bola lemas, dan nada suaranya menjadi sedih: "Tuan telah pergi selama enam belas hari, dan besok akan menjadi hari ketujuh belas. Mengapa dia tidak setuju untuk membawaku ke Huashan bersamanya? Dia dengan jelas berjanji padaku bahwa dia akan kembali secepat mungkin, sudah lama sekali ... sudah lama sekali ... " Saat berbicara, suara akhir Seulgi sedikit menangis.

"Bisakah Guru membawamu seorang anak kecil untuk berlatih Taoisme? Aku khawatir kamu akan menimbulkan masalah baginya jika kamu berada di sisi Guru. Tidak apa-apa, kamu menangis tentang hal seperti ini. Aku baru saja mendapatkan kabar, Guru berkata dia akan kembali lusa."

Yuntang menyerahkan sapu tangan kepada Seulgi, menghiburnya dengan lembut. Tidak peduli berapa usia Seulgi, tulangnya masih sama seperti sebelumnya, dan dia tidak bisa meninggalkan tuannya sama sekali. Memikirkan kembali ketika dia sudah sangat tua, Joohyun kadang-kadang keluar, tapi bagaimana mungkin Bianzi dan dirinya sendiri memiliki reaksi yang begitu besar?

"Ngomong-ngomong, Guru juga berkata bahwa dia akan mengajarimu ilmu pedang ketika dia kembali kali ini."

Seulgi menyeka ingus dan air matanya di saputangan, dan suaranya berdengung saat dia berbicara: "Tidak masalah apakah aku belajar pedang atau tidak, selama Tuan kembali. Itu sudah cukup..."