Sherry Raymond S1 (Episode 6 : Di culik)

11 1 0
                                    

    Sherry mengayuh sepedanya dengan santai menuju ke apartmentnya. Ia melihat sekeliling memastikan tidak ada yang mengikutinya, "Ini benar-benar berbahaya untuk diriku, sekarang sudah hampir menuju tengah malam. Tidak seharusnya aku sendirian di saat ini," pikirnya. Sherry terlalu waspada dengan area trotoar dan gang sempit, sehingga ia tidak menyadari bahwa sepedanya memelindas sesauatu yang tajam. Ya itu paku.

     Tidak ada pilihan lain, selain turun darisepeda dan mengecek kondisi sepedanya. Sherry hanya bisa mendengus kesal melihat ban sepedanya kempis terkena paku itu, "Halah! Banku bocor!" Sherry hanya bisa menghela nafas bahwa satu-satunya pilihan untuk kembali ke apartment adalah berjalan.

     Karena terjadi masalah pada kendaraannya, Sherry terlalu menurunkan kewaspadannya. Sehinggaia tidak ada yang menyadari bahwa ada orang di belakangnya. Orang itu menyemprotkan gas tidur dari belakang Sherry.

    Sherry menyadari bahwa ia mencium aroma aneh dari belakangnnya, ia menoleh kebelakang dan melihat ada seorang wanita yang menggunakan masker gas untuk menghindari terkena efek dari gas tersebut. Sherry ingin menggapai wanita itu, tetapi kepekatan gas terlalu kuat sehingga Sherry susah mempertahankan kesadarannya.

    Ia benar -benar tidak bisa mempertahankan kesadarannya lagi dan mulai tergeletak lemas di trotoar tersebut. Kesadarannya benar-benar habis, matanya mulai tertutup rapat dan tidak bisa di tahan lagi.

   "Have a good dream sweetie," wanita itu melambaikan tanganya ke Sherry dan mulai menggendongnya untuk di bawa kesuatu tempat. 

     Sherry di bawa menuju ke tempat gedung terbengkalai, gedung itu sudah sangat usang. Wanita itu membawanya ke salah satu ruangan di dalam gedung itu, terlihat seorang pria menunggu kehadirannya di ruangan itu.

     "You didn't bring the wrong person, right?" kata pria itu sambil mengelap senjata andalannya, pedang.

     "Of course not, tadi aku perhatin dia ngasih banyak informasi tentang Seina dan Reina," balas wanita itu sambil menurunkan Sherry ke sudut ruangan.

     "Uh.... aku di mana ini?" perlahan Sherry membuka matanya dan tersadar dia sudah bukan di sebelah sepedanya yang tadi.

     Sherry tergeletak di lantai, dia melihat beberapa tong berkarat disebelahnya,  seluruh dinding terkelupas catnya, banyak sampah diruangan itu, tidak ada jendela maupun ventilasi, ruangan terasa pengap, lampu berkedip seperti akan padam. Seorang pria dan wanita perlahan menghampirinya. 

     "Haha bangun juga kamu... Selamat datang di surga. Hahaha!" Ucap pria itu.

     Sherry kesal dengan kelakuan pria itu, apa standar keindahannya seburuk ini? Ia tidak menyangka bahwa pria itu menyebut rumah kumuh ini sebagai surga. "Surga?! Surga apaan! ini rumah kumuh!" Bentak Sherry kesal.

    "K-kau! Berani jawab kamu ya?!" Sangat terlihat bahwa pria itu tersulut emosi.

     Pria itu melayangkan tangannya ke muka Sherry. Karena Sherry pemegang sabuk hitam dalam karate dengan mudahnya dia menangkis tamparan orang itu. Sepertinya mereka lupa tidak mengikat tangan Sherry dengan tali sehingga memudahkannya bergerak. Dua penjahat itu lupa tidak membawa tali dan borgol.

     "Hahahaha.... kamu kira aku masih "cupu" kayak dulu? ckckck..... Bodoh sekali kalian... Saat menculik orang sebaiknya anda mengikatnya dengan borgol atau tali, kalau tidak mau tali atau borgol tersebut terlepas... Lebih baik anda patahkan kedua kaki dan tangan orang tersebut," ucap Sherry dengan sadis.

     Sherry memukul perut pria itu dan membuatnya tersungkur, "Lepaskan aku! kalian nyulik aku buat apa hah?!" Sherry berancang ancang untuk menjatuhkan wanita itu.

Saat ingin menendang wanita itu, terasa ada sesuatu yang menusuk tangannya. Jarum tidur. "Kalian ini licik juga ya..." ucap Sherry sambil tersenyum sebelum ia tertidur lagi.

BRUKKKK

     "Peluru bius..." Ucap wanita itu sambil menyimpan pistol bius itu ke dalam saku belakang celananya

     "Oi! Yuki Buang buang waktu aja!" Marah pria itu.

    "Bagaimana lagi kalau dia lari? Kita tambah susah" Yuki menghela nafas melihat kelakuan rekan tua satu ini.

    "Lebih baik kita ambil hp yang ada di sakunya! supaya dia tidak bisa menelepon Polisi," usul pria itu. "Oke," Yuki pun setuju.

    "Ada borgol?" 

    "Gak," jawab Yuki dengan nada santai.

    "Nanti dia kabur gimana?!"

     "Kita taruh di kamar atas aja! di sana kan ga ada jendela, adanya cerobong asap, pintunya kita kunci. Dia mana bisa manjat setinggi itu. kalo dia bisa kita kasih tepuk tangan."

     "Hem! mendingan kita tunggu di rooftop , ya di situ kan tembusnya cerobong asap,"

     "Pemikiran yang sama! Nih! senjata mu" Yuki melemparkan pistol yang dia bawa.

     "Ada aja yang kamu bawa," ucap pria itu kagum atas kecekatan Yuki.

     "Lah gimana lagi bos yang suruh"

    Mereka mulai bertindak sesuai yang di rencanakan

Sherry RaymondWhere stories live. Discover now