Di kegelapan kamar yang sunyi, Lee Changsub duduk sendirian di tepi tempat tidurnya, membiarkan pikirannya melayang-layang dalam kebingungan yang tak terpecahkan. Matanya terus menatap kekosongan, mencari jawaban atas pertanyaan yang telah menghantuinya selama bertahun-tahun.
Melody, sahabatnya, berdiri di depannya dengan ekspresi khawatir yang tak tersembunyi. Wajahnya bersinar dengan kehangatan, tetapi Changsub tidak bisa melihatnya seperti dulu lagi. Matanya tertutup oleh keraguan dan kebimbangan.
"Changsub, apa yang terjadi padamu?" tanya Melody dengan suara lembut, mencoba menjangkau hatinya yang terluka.
Changsub menatap Melody dengan pandangan kosong, tidak bisa menemukan kata-kata yang tepat untuk menjelaskan kebingungannya. "Aku... Aku tidak tahu, Melody. Aku bingung."
Melody merasa hatinya bergetar mendengar jawaban Changsub. "Bingung tentang apa, Changsub?"
Changsub menarik nafas dalam-dalam, mencoba menemukan keberanian untuk mengungkapkan perasaannya. "Aku... Aku tidak yakin apakah yang kurasakan padamu hanya persahabatan atau lebih dari itu."
Melody terdiam, matanya memancarkan kebingungan. "Apa... Apa maksudmu, Changsub?"
Changsub menggeleng, mencoba merapikan pikirannya yang kacau. "Aku mencoba memahami perasaanku, Melody. Tapi semakin aku mencoba, semakin bingung aku."
Melody merasa hatinya berdebar-debar dalam ketidakpastian. "Tapi... Tapi kita teman, Changsub. Apa kamu merasa lebih dari itu?"
Changsub menundukkan kepala, tak sanggup menatap Melody dengan jelas. "Aku... Aku tidak tahu. Aku terjebak dalam kebingungan yang menyiksa."
Dalam keheningan yang menyiksa, Melody merasa dirinya terjebak dalam pusaran emosi yang tak terkendali. Persahabatan yang mereka miliki terasa berat dan rumit, dan dia tidak tahu apa yang seharusnya dia lakukan.
Changsub mencoba mencari jawaban dalam kegelapan pikirannya, tetapi semakin dia mencoba, semakin jauh dia terjatuh ke dalam labirin perasaannya yang rumit.
Malam itu, ketika bulan purnama bersinar terang di langit, Changsub dan Melody duduk di tepi danau yang sepi, di antara gemerlap cahaya bintang. Udara malam terasa dingin, tetapi keheningan di sekitar mereka terasa lebih menyiksa.
"Melody, maafkan aku," ucap Changsub dengan suara lembut, tatapan matanya terpaku pada air yang tenang di depan mereka.
Melody menatapnya dengan penuh kekhawatiran. "Maafkan kamu untuk apa, Changsub?"
Changsub menarik nafas dalam-dalam, merasakan kebingungannya semakin membebani dirinya. "Aku... Aku tidak bisa membedakan antara persahabatan dan cinta. Aku bingung, Melody. Aku merasa hampa."
Melody merasa hatinya bergetar mendengar pengakuan Changsub. Sebuah ketidakpastian yang membingungkan merayap di dalam dirinya. "Apa... Apa kamu mencoba untuk mengatakan bahwa kamu memiliki perasaan lebih dari sekadar persahabatan terhadapku?"
Changsub mengangguk pelan, tangannya gemetar saat mencoba merangkul Melody. "Aku tidak tahu, Melody. Aku tidak tahu apa yang seharusnya aku rasakan, atau apa yang seharusnya aku lakukan."
Melody merasa dirinya terpukul oleh keputusan yang harus diambil Changsub. "Changsub, kita sudah berteman selama begitu lama. Apakah kamu yakin kamu ingin merusak hubungan itu?"
Changsub menatap Melody dengan tatapan penuh penyesalan. "Aku tidak tahu, Melody. Aku benar-benar tidak tahu."
Keduanya terdiam dalam keheningan yang menyiksa, merenungkan masa depan yang tak pasti. Di antara gemerlap bintang, hati mereka terombang-ambing di lautan kebingungan dan kekosongan.
"Kamu harus menemukan jawabannya sendiri, Changsub," ucap Melody akhirnya, suaranya serak oleh tangis yang tertahan. "Tapi tolong ingat, aku selalu di sini untukmu, baik sebagai teman atau lebih dari itu."
Changsub menelan ludah, merasa beban yang semakin berat di pundaknya. "Terima kasih, Melody. Terima kasih atas segalanya."
Mereka berdua terdiam, merasakan keretakan dalam hubungan mereka yang selama ini begitu kuat. Namun, malam itu, di tepi danau yang sunyi, mereka menyadari bahwa takdir telah menulis akhir yang tragis bagi cinta dan persahabatan mereka.
Dengan hati yang hancur, mereka berdiri dan berjalan meninggalkan danau, meninggalkan di belakang pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab dan perasaan-perasaan yang tak terucapkan.
Dan ketika malam berakhir, mereka meninggalkan satu sama lain, membawa beban kesedihan dan kebingungan yang tak terlupakan. Bagi Changsub dan Melody, tak ada yang bisa mengembalikan kebahagiaan yang mereka miliki sebelumnya
Dan bagi Changsub, rasanya seperti dia telah kehilangan sesuatu yang tak tergantikan.
Beberapa hari berlalu tanpa kejelasan. Changsub dan Melody terus menjaga jarak satu sama lain, terjebak dalam ketidakpastian dan kehampaan yang tak terucapkan. Setiap kali mereka bertemu, suasana terasa tegang, dihantui oleh pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab.
Namun, dalam kegelapan pikiran Changsub, sebuah keputusan akhirnya terbentuk. Dia tahu bahwa dia harus mencari jawaban, bahkan jika itu berarti menempuh jalan yang penuh dengan rintangan dan penderitaan.
Malam itu, Changsub menghadapinya sendirian. Dengan hati yang berat, dia menulis surat panjang untuk Melody, mengungkapkan semua perasaannya yang rumit dan membingungkan. Dia berusaha menjelaskan bahwa meskipun dia mencintainya sebagai teman, dia tidak bisa membedakan antara persahabatan dan cinta yang sejati.
Namun, saat dia menulis kata demi kata, dia menyadari bahwa dia telah kehilangan dirinya dalam labirin perasaan yang tak terkendali. Dia takut kehilangan Melody sebagai sahabatnya, tetapi lebih dari itu, dia takut kehilangan dirinya sendiri dalam prosesnya.
Dengan gemetar, Changsub menutup suratnya dan menatap langit malam yang gelap. Dia tahu bahwa apa pun yang dia pilih, itu akan menyakitkan bagi mereka berdua. Tetapi dia juga tahu bahwa dia harus menemukan keberanian untuk menghadapi kenyataan, bahkan jika itu berarti merelakan cinta dan persahabatan yang selama ini dia kenal.
Pagi menjelang, Changsub menemui Melody di tepi danau di mana mereka sering menghabiskan waktu bersama. Dengan hati yang berat, dia menyerahkan surat itu padanya, memohon agar dia memahami ketidakpastiannya.
Melody membaca surat itu dengan hati yang hancur. Air mata mengalir tanpa henti saat dia menyadari bahwa mereka berdua terjebak dalam kehampaan yang tak terhindarkan. Dia ingin berteriak, ingin menangis, tetapi dia tahu bahwa dia harus menerima keputusan Changsub, seberat apa pun itu.
Dalam keheningan yang menyakitkan, mereka berdua saling menatap. Kata-kata tidak diperlukan; keheningan itu sendiri sudah cukup mengungkapkan segalanya. Dengan gemetar, mereka merangkul satu sama lain, merasakan kehangatan yang terakhir kali sebelum harus berpisah.
Dan ketika matahari mulai terbit di ufuk timur, mereka berdua mengetahui bahwa mereka harus berjalan sendiri ke depan. Takdir telah menentukan akhir yang tragis bagi kisah cinta dan persahabatan mereka.
Changsub dan Melody berjalan menjauh, meninggalkan ke belakang mereka kenangan yang pahit namun indah. Di hati mereka yang hancur, mereka tahu bahwa tak ada jalan kembali. Hanya ada kehampaan yang tak terucapkan dan rasa sakit yang tak terlupakan.
Dan di dalam kegelapan yang menyelimuti mereka, Changsub dan Melody membiarkan cinta dan persahabatan mereka yang tak terucapkan menjadi bagian dari masa lalu yang suram, tetapi indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
BTOB - One Shoot Series BEAUTIFUL PAIN
FanfictionMengisahkan Eunkwang, Minhyuk, Changsub, Hyunsik, Peniel, Ilhoon dan Sungjae, yang memiliki kisah dengan latar belakang berbeda bersama Melody sebagai tokoh utama wanita. Cerita dibagi menjadi beberapa bagian.