Stand By Me

22 8 0
                                    

Di sebuah apartemen kecil di tengah kota Seoul, suara cekcok terdengar lagi. Yook Sungjae dan Melody sudah terjebak dalam spiral pertengkaran tak berujung.

Mereka selalu bertengkar tentang hal-hal kecil, kesalahpahaman, yang tak kunjung terpecahkan.

Malam ini, ruang apartemen mereka dipenuhi dengan hembusan angin sejuk musim dingin. Dua hati yang dulunya saling mencintai, kini terasa terpisah oleh jurang kebencian dan kesedihan.

"Sungjae, mengapa kau selalu begitu keras kepala? Aku mencoba berbicara denganmu, tapi kau selalu mengabaikanku!" seru Melody dengan suara penuh kekecewaan.

"Kau juga tidak lebih baik! Selalu saja mengkritikku dan tidak mendengarkan pendapatku!" balas Sungjae, suaranya penuh dengan amarah.

Mereka berdua saling berdebat, mencoba untuk mendominasi percakapan, tetapi tidak ada yang mau mendengarkan. Kesalahpahaman mereka semakin membesar, mengubur lebih dalam hubungan yang telah retak.

Ketika Sungjae mencoba untuk mencari kata-kata yang dapat menenangkan situasi, Melody sudah mulai mengemas barang-barangnya. Hatinya sudah lelah dari pertengkaran yang tidak kunjung usai.

"Aku pergi, Sungjae. Aku tidak tahan lagi dengan pertengkaran kita yang tak berujung. Kita perlu waktu untuk merenungkan hubungan kita masing-masing," ucap Melody dengan suara gemetar, matanya terisi dengan air mata yang menahan kesedihan yang mendalam.

Sungjae merasa hatinya hancur melihat Melody hendak pergi. Dia ingin menariknya kembali, ingin memperbaiki segalanya, tetapi kata-kata terjebak di tenggorokannya. Dia hanya bisa menatap Melody dengan tatapan penuh penyesalan.

Suasana hening terasa mencekam setelah pertengkaran mereka beberapa menit yang lalu.

Yook Sungjae duduk termangu di sofa, memandangi langit-langit apartemen dengan tatapan kosong, sementara Melody masih sibuk mengemas barang-barangnya dengan cemas.

"Sungjae, mengapa kita selalu berakhir seperti ini?" tanya Melody, suaranya penuh dengan keputusasaan.

"Maafkan aku, Melody. Aku tidak bermaksud membuatmu sedih," balas Sungjae dengan suara yang bergetar, mencoba menahan air mata yang hampir tumpah.

Melody menghentikan aktivitasnya sejenak, menatap Sungjae dengan tatapan penuh rasa sakit.

"Tapi mengapa kita selalu bertengkar? Kita seharusnya saling mendukung dan memahami satu sama lain, bukan saling menyakiti."

Sungjae merasakan sesak di dadanya, menyadari betapa hancurnya hubungan mereka.

"Aku tahu, Melody. Aku benar-benar mencintaimu, tapi sepertinya kita terlalu sering salah paham."

Melody mengangguk pelan, mencoba menenangkan dirinya sendiri. "Aku juga mencintaimu, Sungjae. Tapi aku merasa terjebak dalam lingkaran kebencian dan kesedihan yang tak berujung."

Mereka berdua terdiam sejenak, merenungkan kata-kata yang baru saja terucap. Namun, suasana hening tidak bisa menghapus luka-luka yang telah mereka timbulkan satu sama lain.

"Melody, jangan pergi," pinta Sungjae dengan suara lirih, matanya berkaca-kaca karena kehilangan yang akan datang.

Melody menatap Sungjae dengan mata penuh keraguan, mencoba menekan rasa sakit di dadanya. "Aku harus pergi, Sungjae. Kita butuh waktu untuk merenungkan hubungan kita masing-masing."

Mereka berdua terdiam, terpisah oleh jarak emosional yang tidak bisa diatasi oleh kata-kata. Sungjae ingin menarik Melody kembali ke dalam pelukannya, tetapi ia tahu bahwa kata-kata yang salah telah memisahkan mereka.

Dengan hati yang berat, Melody mengambil koper dan melangkah menuju pintu apartemen. "Selamat tinggal, Sungjae. Semoga kita bisa menemukan kebahagiaan kita masing-masing di masa depan."

Sungjae hanya bisa menatap Melody pergi, merasakan kehampaan yang tak terlukiskan di dalam hatinya. Dia ingin mengejarnya, ingin mengulurkan tangan dan meminta maaf, tetapi rasa malu dan keegoisannya menghalanginya.

Malam itu, Sungjae tidur sendirian di dalam apartemen yang sepi, diiringi oleh rintihan kesedihan yang melengking di dalam hatinya.

Dia merindukan Melody, tetapi dia tahu bahwa cinta mereka hanya akan terus menyakiti satu sama lain.

Dan di hari-hari berikutnya, Sungjae merasa kekosongan yang tak terlukiskan tanpa Melody di sisinya. Dia meratap atas kesalahannya, menyesali setiap kata yang telah ia ucapkan.

Tetapi pada akhirnya, dia harus menerima kenyataan bahwa mereka berdua harus berpisah untuk menemukan kebahagiaan mereka sendiri.

Beberapa minggu telah berlalu sejak kepergian Melody, namun Sungjae masih terjebak dalam labirin kesedihan yang dalam.

Setiap sudut apartemen yang ditinggalkan Melody terasa kosong, setiap sudut di dalamnya menyimpan kenangan manis yang membuatnya semakin merindukan kehadiran Melody.

Sungjae mencoba menghubungi Melody, ingin meminta maaf dan memulihkan hubungan mereka, tetapi setiap pesan yang dia kirimkan hanya tersangkut di kotak surat suaranya.

Melody tidak memberi respons, meninggalkannya dalam kegelapan emosional yang menghantui setiap langkahnya.

Di tengah malam yang sunyi, Sungjae duduk sendirian di balkon apartemennya, memandangi cakrawala kota yang terang benderang di kejauhan.

Angin malam yang sejuk mengusap pipinya, tetapi hatinya terasa terbakar oleh api penyesalan yang tak kunjung padam.

"Dengarkan, Melody," bisik Sungjae, suaranya penuh dengan kesedihan yang tak terucapkan.

"Aku tahu aku membuat banyak kesalahan, tapi tolong beri aku kesempatan untuk memperbaikinya. Aku tidak bisa hidup tanpamu."

Namun, angin malam hanya menjawabnya dengan gemuruh yang melankolis, mengingatkannya akan kehampaan yang kini mengisi hatinya.

Sungjae meratap dalam kesendirian, menyesali setiap kata yang telah dia ucapkan, setiap tindakan yang telah menyakitkan hati Melody.

Hari demi hari berlalu tanpa kehadiran Melody, dan Sungjae semakin terpuruk dalam kegelapan yang tak berujung.

Dia merindukan senyuman Melody, suaranya yang lembut, dan kehangatan pelukannya. Tetapi semua itu hanya menjadi kenangan yang semakin memudar di dalam ingatannya.

Pada suatu malam yang sunyi, Sungjae duduk sendirian di tepi tempat tidur, menatap kosong layar ponselnya yang tidak pernah berdering.

Hatinya terasa kosong, dipenuhi oleh kehampaan yang tak terlukiskan.

"Maafkan aku, Melody," bisik Sungjae, suaranya penuh dengan penyesalan yang dalam.

"Aku berharap kita bisa kembali bersama, tetapi aku tahu itu hanya impian belaka."

Dengan hati yang hancur, Sungjae meratap dalam kesendirian, menyesali kesalahannya yang telah membuatnya kehilangan cinta sejatinya. Dan di dalam kegelapan malam yang sunyi, dia menyadari bahwa mereka berdua mungkin telah berpisah untuk selamanya.

BTOB - One Shoot Series BEAUTIFUL PAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang