Hari itu, langit Seoul terlihat cerah. Namun, di dalam hati Melody, ada awan gelap yang tak kunjung hilang.
Dia duduk sendiri di sebuah kafe, menunggu kedatangan kekasihnya, Peniel.
Peniel adalah sosok yang ramah dan mudah bergaul. Dia memiliki banyak teman, terutama teman wanita. Awalnya, Melody tak terlalu mempermasalahkan hal itu. Namun, belakangan ini, rasa cemburu mulai menggerogoti hatinya.
Kekhawatiran Melody tidaklah tanpa alasan. Setiap kali mereka berkencan, Peniel selalu menceritakan tentang teman-teman wanitanya. Entah itu cerita lucu, foto-foto bersama, atau hanya sekadar kegiatan bersama.
Melody mencoba untuk memahami. Dia tahu bahwa Peniel hanya ingin berbagi kebahagiaannya dengan dirinya. Namun, semakin sering dia mendengar tentang teman-teman wanita Peniel, semakin dalam rasa cemburunya.
Saat Peniel tiba di kafe, senyumnya yang ramah langsung membuat hati Melody meleleh. Namun, di balik senyum itu, Melody bisa merasakan getaran yang tak terucapkan di antara mereka.
Mereka duduk di meja yang sama seperti biasa. Peniel menceritakan tentang teman-teman barunya, kali ini seorang gadis yang baru saja dia temui di gym.
Melody mencoba tersenyum, tetapi hatinya terasa sakit.
"Peniel, bisakah kita berbicara?" ucap Melody dengan suara gemetar.
Peniel mengangguk, menatap Melody dengan penuh kekhawatiran. Mereka keluar dari kafe dan duduk di bangku taman yang sepi.
"Melody, apa yang terjadi?" tanya Peniel dengan lembut.
Melody menelan ludah, mencoba menemukan kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya.
"Aku merasa... aku merasa tersisihkan, Peniel. Kamu punya begitu banyak teman wanita, dan aku merasa seperti aku... aku tidak cukup bagimu."
Pandangan Peniel berubah menjadi sedih.
"Melody, kamu tahu aku tidak bermaksud seperti itu. Kamu sangat penting bagiku, lebih dari siapapun."
Namun, kata-kata itu tidak mampu meredakan rasa cemburu Melody. Dia merasa seperti menjadi beban bagi Peniel, seperti seorang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan kekasihnya.
"Maafkan aku, Melody. Aku tidak pernah bermaksud menyakiti hatimu," ucap Peniel dengan penuh penyesalan.
Melody menunduk, air mata mulai mengalir di pipinya.
"Aku mencintaimu, Peniel. Tapi aku tidak bisa terus-terusan hidup dalam ketidakpastian dan rasa cemburu ini. Aku harus pergi."
Dengan hati yang hancur, Melody berdiri dan meninggalkan Peniel sendirian di taman. Dia merasa seperti dunia ini runtuh di atasnya. Namun, dia tahu bahwa dia harus melangkah pergi, meninggalkan cinta pertamanya di belakang.
Peniel duduk sendiri di bangku taman, membiarkan air mata mengalir di pipinya. Dia merasa seperti kehilangan sepotong dirinya sendiri. Dia menyadari bahwa terlalu banyak teman wanita telah membuatnya kehilangan cinta sejatinya.
Dan di dalam kesendirian yang menyelimuti, Peniel menyesali segala kesalahannya. Namun, sudah terlambat untuk memperbaiki semuanya. Melody telah pergi, meninggalkannya sendiri dalam kesedihan yang tak terhingga.
Beberapa minggu telah berlalu sejak
Melody pergi dari kehidupan Peniel. Namun, rasa kehilangan dan penyesalan masih menghantuinya setiap hari.Setiap kali dia berada di tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi bersama, kenangan indah itu menyergapnya dengan kejam.
Peniel mencoba melanjutkan hidupnya, tetapi bayangan Melody selalu menghantuinya. Dia merindukan senyumnya, tawanya, dan kehangatan pelukannya. Tetapi yang paling membuatnya merasa hancur adalah menyadari bahwa dia telah kehilangan cinta sejatinya karena kesalahan yang dia buat.
Setiap malam, Peniel duduk sendiri di kamarnya, memandangi foto-foto mereka berdua. Dia menyesali setiap momen di mana dia tidak cukup peduli pada perasaan Melody. Dia bertanya-tanya apa yang bisa dia lakukan untuk memperbaiki segalanya, tetapi sudah terlambat.
Ketika dia kembali ke tempat-tempat yang dulu sering mereka datangi bersama, Peniel merasa seperti dia bisa merasakan kehadiran Melody di sana. Dia bisa mendengar suaranya, melihat senyumnya, dan merasakan cintanya yang hangat. Tetapi semua itu hanya bayangan dari masa lalu yang tidak bisa dia raih kembali.
Ketika dia menatap langit malam yang gelap, Peniel merenungkan betapa bodohnya dirinya. Dia menyadari bahwa tidak ada teman wanita atau kesenangan dunia ini yang bisa menggantikan kebahagiaan yang dia rasakan bersama dengan Melody. Dan sekarang, dia harus hidup dengan penyesalan itu seumur hidupnya.
Hari demi hari berlalu, dan Peniel terus hidup dengan rasa sesak di dadanya. Dia berharap ada cara untuk memperbaiki segalanya, untuk mendapatkan kembali cinta yang telah hilang.
Tetapi, di dalam hatinya yang hampa, dia tahu bahwa kesempatan itu telah lenyap begitu saja.
Dan pada akhirnya, Peniel menyadari bahwa dia harus membayar harga atas kesalahannya sendiri. Dia harus hidup dengan rasa sakit yang tak terlupakan, dengan kenangan pahit tentang cinta yang hilang.
Dan dalam kesendirian yang menyelimuti, dia meratap atas kehilangan yang selalu menghantuinya sepanjang hidupnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/345896139-288-k519184.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BTOB - One Shoot Series BEAUTIFUL PAIN
FanfictionMengisahkan Eunkwang, Minhyuk, Changsub, Hyunsik, Peniel, Ilhoon dan Sungjae, yang memiliki kisah dengan latar belakang berbeda bersama Melody sebagai tokoh utama wanita. Cerita dibagi menjadi beberapa bagian.