enam

226 45 9
                                    

Level jatuh cinta itu berbeda untuk setiap orang. Ada yang mudah, ada yang perlu menimbang banyak hal, dan ada yang kesulitan. Mudah bukan berarti murah. Menimbang banyak hal bukan berarti sok idealis. Kesulitan bukan berarti sok jual mahal. Hanya saja ada alasan tersendiri dimana hanya orang yang sedang mengalaminya tahu.

Ian termasuk orang yang berada di ambang level menimbang banyak hal dan kesulitan jatuh cinta. Baginya jatuh cinta itu memberikan kepercayaan secara penuh dan sebagian bahkan seluruh waktu dari kehidupannya. Perlu diketahui, membangun rasa kepercayaan itu begitu sulit. Ia akan sukar percaya kepada orang yang sama jika ia dikhianati walau masalah sepele. Karena bagi Ian, kepercayaan itu merupakan loyalitas yang begitu mahal. Maka ketika Ian mendapatkan kepercayaan dari orang sekitarnya, ia akan berusaha menjaga itu sampai mati.

Perihal memberikan waktunya, Ian tidak merasa masalah untuk itu. Setidaknya untuk saat ini, Ian berpikir bahwa ia dapat membagi waktunya dengan baik. Terlebih Ian memang termasuk salah satu orang yang cepat tanggap dan dapat bergerak cepat, sehingga mungkin kalau ia sedang dilanda kesibukan masih dapat menikmati waktu pacaran.

Mungkin masih agak kejauhan Ian berpikir seperti itu, namun tidak bohong kalau Ian merasakan jantungnya berdegup kencang setiap kali berinteraksi bersama Aksel. Dalam beberapa waktu, matanya tidak berhenti memandang foto profil Whatsapp Aksel. Rambut coklat keemasan seperti karamel, kedua mata berbinar lebar, dan senyuman manis yang berefek samping dapat membuat gula darah mendadak naik. Ian tersenyum memandang foto di layar ponselnya. Kemudian menaruh benda pipih itu di atas perut dengan pandangan beralih menghadap langit kamar.

Kuliahnya berjalan dengan lancar dalam artian tugas dapat ia kerjakan tanpa molor waktu. Kepanitiaan bisa dapat ia kendalikan walau ada beberapa masalah yang perlu Ian hadapi. Saking lancarnya kehidupan ia akhir-akhir ini, Ian berkesempatan ikut bermain badminton demi mengisi waktu luang dan menghibur diri. Juga ada percakapan dengan Aksel melalui aplikasi chatting yang tidak berhenti sampai sekarang.

Mungkin benar jika memang Ian sedang jatuh cinta sampai memiliki banyak topik untuk dibawa ke dalam obrolan. Hingga tidak sungkan untuk bertanya apakah sudah selesai kuliah atau belum dan bertanya lo lagi apa? sampai nantinya ada percakapan random yang bertahan sampai larut malam. Tapi naasnya, Ian belum berani untuk mengajak Aksel sekadar makan siang bersama atau pergi ke kafe dengan dalih mengerjakan tugas.

Apakah dirinya terlalu cupu? Apakah Ian terlalu takut akan masa depan yang akan menghampirinya nanti? Atau ia yang terlalu ragu untuk menaruh rasa percaya kepada Aksel?

Ian menghela napas. Menarik ponselnya untuk kembali melihat foto profil Aksel. Ibu jarinya menyentuh tombol kembali sebanyak dua kali. Memperlihatkan obrolan keduanya yang sudah berakhir saat Aksel pamit untuk mengerjakan laporan praktikum dan Ian yang membalas pesan itu dengan memberikan kata semangat.

Atau malah Ian yang terlalu kaku sampai membuat hubungan keduanya semakin canggung?




























Ian merasa dirinya tidak begitu cocok untuk menjadi seorang pemimpin. Sadar diri bahwa ia masih perlu melatih leadershipnya itu, terlebih memimpin kelompok inti dari sebuah kegiatan yang akan menjadi pondasi bagaimana acara tersebut berlangsung. Sejauh ini Ian tidak mendapatkan respon negatif dari para anggotanya. Mereka selalu bekerja dengan suasana yang sangat menyenangkan. Ian melakukannya tanpa ada rasa dimana bahwa ia perlu sangat disegani dan dituruti. Ian lebih mengajak para anggotanya untuk bekerja sama dan merangkul selayaknya keluarga.

Selepas melaksanakan diskusi rutin terkait tema acara dan lain sebagainya, Ian pamit pergi untuk bertemu teman-temannya yang sedang nongkrong di kantin. Kebetulan sekali Ian belum makan siang dan perutnya sudah meminta diisi sedari tadi. Suasana kantin tidak begitu ramai karena jam makan siang sudah berlalu. Hanya ada beberapa orang saja termasuk teman-temannya.

sangkala bersama - jeongbbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang