11🌻

21 8 3
                                    

Menangis tidak akan mengembalikan semuanya

•••

Linn berada di kelas, biasanya pagi ini Linn berangkat bersama Ralu. Tapi sepertinya Ralu bangun sedikit lebih telat dari biasanya. Di dalam kelas terdapat beberapa siswa yang sudah datang.

Linn menggosok-gosokkan kedua tangannya, hawa dingin karena sekarang masih pagi membuat Linn kedinginan. Dia duduk dibangkunya sambil menunggu Ralu datang. Beberapa menit sebelum bel berbunyi seseorang memanggil Linn.

"Linn," panggil seseorang yang baru saja masuk ke dalam kelas.

"Ralu, tumben?" tanya Linn setelah melihat Ralu masuk ke dalam kelas.

"Kemarin habis begadang, tidur jam sepuluh" jelas Ralu.

Linn tau bahwa kata-kata Ralu itu bohong. Bagaimana tidak, penampilan Ralu terlihat lelah dengan mata pandanya dan tatapan mengantuknya. Lagi pula mana mungkin orang yang tidur jam sepuluh malam bisa mendapatkan lingkaran indah berwarna gelap di sekitar mata itu.

"Bohong," ucap Linn. Ralu seolah tak mendengar ucapan Linn langsung duduk di samping Linn. Linn tau, Ralu pasti tidur sekitar jam dua belas malam keatas.

Linn menuliskan kalimat pada kertas sobekan bukunya dan memberikannya kepada Ralu. Ralu membaca tulisan dari Linn.

'mau hari ini jamkos? supaya kamu bisa tidur'

Linn menatap Ralu menunggu jawaban, beberapa detik kemudian Ralu menoleh ke arah Linn dan mengangguk lemas.

Linn memikirkan suatu cara agar para guru rapat hari ini. Linn harus membuat para guru rapat, beberapa mata pelajaran akan kosong tanpa guru atau mungkin bisa disetiap mata pelajaran hari ini.

Sebuah ide muncul salam otak Linn, dia akan membayangkan guru-guru yang memiliki jadwal mengajar pada kelasnya sedang rapat bersama guru-guru penting. Guru-guru itu akan membicarakan tentang perayaan hari ulang tahun sekolah.

Semoga saja rencana Linn memiliki hasil yang memuaskan. Terkadang Linn harus memikirkan bagaimana cara menggunakan kekuatannya dengan benar dan terlihat nyata seolah tanpa gangguan kekuatan Linn. Hal ini membuat Linn malas menggunakan kekuatannya, terlalu ribet.

"Guru-guru bakal rapat, bahas tentang perayaan hari ulang tahun sekolah kita," bisik Linn pada Ralu dengan suara kecil.

Penggunaan kekuatan yang lumayan sulit, Linn mungkin tidak bisa menggunakan kekuatannya selama satu atau dua hari kedepan.

Sebuah cahaya tipis berwarna putih keunguan menyelimuti Linn, cahaya tipis yang hanya bisa dilihat oleh orang-orang tertentu.

Setelah cahaya itu memudar secara perlahan Linn menjatuhkan kepalanya ke meja dengan pelan, rasanya Linn kehabisan tenaga. Linn berpikir harus berlatih mengendalikan kekuatannya agar tidak mudah kehabisan tenaganya itu.

"Gapapa Linn?" tanya Ralu setelah melihat Linn.

"Tenagaku kayak langsung kabur dari tubuhku," ucap Linn dengan pelan.

"Maaf." Ralu berpikir, dia sudah menyusahkan Linn.

"Gak usah ngerasa bersalah Ralu," ucap Linn dan mengangkat kepalanya sambil menatap Ralu disertai dengan senyum tipisnya.

Suasana kantin saat ini ramai, sebab itu Linn dan Ralu memutuskan pergi ke taman belakang. Sesuatu yang tak terduga ternyata Noe, Ola dan Zev juga ada disana.

"Halo!" sapa Ola pada Linn dan Ralu yang baru saja sampai di bangku taman belakang.

"Hai," jawab Linn sambil melambaikan tangannya, sedangkan Ralu hanya melambaikan tangan sebentar.

EDELSTENEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang