Al benar-benar geram dengan tingkah para anak buahnya yang ia nilai tidak becus dalam bekerja.
Dengan menahan dongkol, lelaki itu lantas bangkit berdiri. Lalu berjalan cepat ke arah pintu, tidak perduli tubuhnya yang basah membuat becek lantai.
Al bahkan menyempatkan diri menendang pinggang anak buahnya itu dengan keras sembari mengumpat. "Dasar B3 - g0!" Membuat lelaki itu meringis kesakitan sembari memegangi pinggangnya yang terasa nyeri.
Sementara itu, di Gudang bawah tanah, Andin terus berteriak meminta tolong.
Dug ... dug ... dug ...
Andin menggedor pintu ruangan yang sempit, dan gelap yang terletak di bawah tanah. Ia bahkan tak tahu, dimana sekarang ia berada. Setibanya ditempat itu tadi, tangan dan mulutnya di ikat, dan wajahnya pun di tutup.
"Siapapun itu cepat keluarin gue dari sini. Cepat!" seru Andin, tak tahan."Cepat buka, awas saja kalian kalau gue keluar dari tempat ini ...." teriak Andin pantang menyerah, hingga terdengar dari luar pintu tersebut dan memekakan telinga.
Al yang saat ini mengenakan kimono tanpa diikat, hingga dengan jelas mempertontonkan celananya renangnya juga bagian dadanya yang masih basah, bergegas menuruni Anak tangga menuju kegudang bawah, tempat Anak buahnya menyembunyikan Andin.
"Cepat buka pintunya ... kalau tidak, gue nggak akan memaafkan kalian semua. Cepat!"
"Si-al, suaranya bikin gue sakit telinga." keluh Al, menutup telinganya. Ia kemudian meneruskan langkahnya. Namun seseorang tiba-tiba menghentikan langkah kakinya.
Al mendengkus keras, kesal juga terkejut akan kehadiran tiba-tiba Rendy, sang tangan kanannya.
"Bos, mau kemana?"
Al enggan menjawab sepatah katapun. Ia justru meneruskan langkahnya meskipun Rendy mengangguk hormat padanya, saat Al berjalan melewatinya. Rendy lantas mengekori dibelakanganya.
Keduanya lantas berjalan beriringan menuju pintu samping rumah yang menghubungkan rumah dengan penjara bawah tanah.
Suara langkah kaki keduanya terdengar keras saat menapaki satu persatu anak tangga.
Al meneruskan langkahnya menuju pintu penjara yang nampak dijaga oleh dua orang anak buahnya. Keduanya yang melihat kedatangan sang atasan segera mengangguk hormat. "Bos!" sapa keduanya sopan.
"Buka pintunya!" titah Al, enggan menjawab sapaan mereka.
Keduanya mengangguk singkat, kemudian segera berbalik, hendak membukakan pintu penjara untuknya.
Al menoleh ke belakang, melirik pada Rendy. "Kamu tunggu di sini. Jangan ikut masuk!" titahnya tegas.
"Baik, Bos!" sahut Rendy patuh sembari mengangguk segan. Al kembali menatap lurus ke depan dimana pintu penjara akhirnya terbuka lebar untuknya
Baru saja, Al hendak mengayunkan langkahnya menuju pintu, Andin sudah terlebih dulu berdiri didepan pintu penjara itu.
"Kamu kan yang menculikku?" tuding Andin, langsung tepat pada sasaran. Bahkan sebelum Al sempat masuk dan berkata-kata sedikitpun.
Al yang ditegur, seketika menatap jalang kearah Andin, menunjukkan raut wajahnya yang tak bersahabat. "Loe nuduh gue!" bentak Al, tak mau kalah.
"Kamu kan yang nyulik aku? Loe juga kan yang pake penutup kepala tadi." tuding Andin semakin sengit. Kedua tangannya bahkan bersedekap di dada dengan tatapan sengit yang terarah pada wajah innocent Al.
Al ternganga, tidak menyangka wanita yang ia diselamatkannya malah menuduhnya.
"Loe mengigau? Males gue berurusan sama loe, bukannya berterima kasih sudah diselamtin, loe malah ngajak berantem, untung cewek coba kalu cowok habis loe ma gue." Al balas menuding.
"Aku tidak sedang mengigau. Apapun itu tetap saja statusnya loe nyulik gue! Dan harusnya loe tau dong bagaimana memperlakukan gue, secara gue ini pacar bos loe, enak aja loe mempelakukan gue begini." jawab Andin ketus. Menantang Al dengan berani.
"Bos, biar saya yang urus wanita ini. Mulutnya harus diberikan pelajaran nampaknya." sarkas Rendy yang ikut geram melihat tingkah Andin, ia pun mulai menunjukkan sikapnya yang membela sang bos.
Al mengangkat tangannya. "Biarkan saja, saya rasa otaknya sudah sengklek gara-gara pernikahannya dengan Lelaki manja itu." ucap Al, tanpa melihat kearah Andin.
"Rendy, bawa dia ketempat yang sudah disiapkan. Lalu hubungi Nino, katakan agar secepatnya bawa wanita g*la ini keluar dari rumah saya." ucap Al nenegaskan, seraya berjalan meninggalkan tempat itu.
"Hey, tunggu ... Penculik, hey, tunggu dulu, gue belum selesai ngomong." teriak Andin, lalu berlari mengejar Al, namun sial, Rendy dengan cepat memegang tangan wanita itu hingga Andin tak bisa berkutik.
Tak hanya sampai disitu, Andin refleks menendang bagian tengah s*langkangan Rendy, hingga lelaki itu melepaskan genggaman tangannya pada Andin.
"Auw, sakit." Rendy mengaduh, kedua tangannya memegang aset berharga miliknya yang baru saja di mendapatkan serangan mematikan dari wanita tawanan bosnya. Sedang Andin, berlari mendekati Al.
Al menghentikan langkah kakinya, lalu menengok kebelakang. "B*doh, mengatasi satu wanita saja tak becus." ungkapnya marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Rahasia sang Mafia
FanfictionSesaat sebelum akad nikah dimulai, Andin diculik oleh segerombolan gangster yang tak dikenal, Sabit Hitam namanya. Namun, bukannya takut dan sedih, Andin malah berani melawan para penculik itu, hingga tak jarang permintannya membuat para anggota ga...