Bab 1

337 26 1
                                    

Door ...

Suara tembakan terdengar, sontak membuat seluruh tamu undang berlari berhamburan mencari perlindungan.

"Diam semua ditempat." Titah seseorang yang memakai topeng menutupi wajahnya dan  memegang pistol ditangannya. Pistol itu ditembakkan kearah atas, hingga tak terkena siapapun.

Pria bertopeng itu dengan gagah dan penuh percaya diri, kemudian berjalan mendekat ke pelaminan.

"Ikut saya." Ucapnya manarik paksa tangan sang mempelai wanita, hingga wanita itu refleks terbangun dari duduknya.

"Aaaauuu, sakit." jeritnya mengaduh.

"Andin." Seru Roy, yang otomatis ikut berdiri.

"Diam! Atau saya tembak kamu!" Seru lelaki bertopeng itu mengarahkan pistolnya tepat diwajah sang mempelai pria.

"Jangan! Tolong jangan. Jangan tembak dia. Katakan ... katakan saja apa yang anda mau." Ucap Hartawan, Ayah kandung Roy.

"Saya mau Dia." Tegas lelaki itu berbicara, seraya mengarahkan pistolnya bergantian kearah mempelai wanita.

"Aaaaaa." Teriak Andin ketakutan.

"Tidak ... tolong jangan sakiti Anak saya. Jangan, tolong lepaskan dia." Surya ikut menimpali, memohon agar sang Anak tidak disakiti.

"Diam! Saya bilang diam ya diam. Awas jangaj ada yang bergerak, sedikit saja ada yang berusaha menghalangi jalan kami, saya pastikan acara pernikahan ini, akan menjadi acara pemakaman." Ancam lelaki lelaki tersebut, lalu berangsur mundur selangkah demi selangkah.

Pistolnya masih diarahkan pada Andin, sedang beberapa anak buahnya juga mengarahkan pistol ditangan mereka masing-masing kearah para tamu undangan.

"Pa ... tolong pa." Pinta Andin memelas.

"Diam! Mau macam-macam kamu sama saya! Diam!" Pekik lelaki itu lagi.

Kejadian itu berlangsung dengan sangat cepat, menit berikutnya rombongan pencilik yang menggunakan satu mobil jeep dan dua mobil kijang avansa, itu bergegas meninggalkan gedung tempat diadakan prosesi pernikahan Andin dan Roy.

"Andin." Surya berlari kedepan menyusul Anak gadisnya yang telah dibawa pergi, sedangkan  Sarah---istrinya mengekor dibelakangnya.

"Pa, bagaimana ini Pa, aku gagal kawin kalau begini caranya." Murka Roy, tak terima calon istrinya dibawa kabur.

"Kami yang tenang ya Roy, sabar, Papa akan cari cara agar kita bisa mendapatkan Andin kembali. Kamu tenang saja ya." Hartawan menenangkan Anak lelakinya.

"Iya Roy, kamu tenang ya, Mama yakin, Papa kamu nggak akan tinggal diam, beliau akan mengurus segalanya, iya 'kan Pa." Rossa---Ibu kandung Roy, ikut menenangkan.

"Kalau begitu cepat Pa, kerahkan semua Anak buah Papa, dan cepat temukan Andin sekarang juga." Pinta Roy, memerintah.

Roy memang Anak yang manja, tepatnya sangat dimajakan juga oleh kedua orangnyanya, Sebab, ia merupakan Anak semata wayang dari pasangan Hartawan dan Rossa.

Mungkin itulah yang membentuk watak juga karakter Roy, menjadi lelaki yang plin plan, semaunya sendiri, dan keras kepala.

*

Pria bertopeng yang tadi menculik pengantin wanita, yang baru saja akan melangsungkan proses ijab qabul membuka penutup wajahnya.

"Aman semua?" Tanyanya pada Anak buahnya yang duduk dibelakang.

"Aman bos. Sekarang kemana kita bos."

"Wanita itu, kalian sudah memindahkannya ke mobil lainnya juga kan?"

"Sudah bos, semua sudah beres, seperti perintah Bos Al." Jawab Angga, tangan kanan Al, sang ketua gengster Sabit Hitam, di Wilayah barat dan utara disebuah pusat ibu kota.

"Bagus. Angga bilang pada Anak buah loe untuk hati-hati, musuh yang kita hadapi ini bukan prang sembarangan, kabarnya beliau juga sering menggunakan jasa anggota gank dari wilayah lain.

"Siap bos, laksanakan."

"Kalau ada apa-apa cepat kabarin gue."

"Baik Bos. Tapi, kita mau kemana sekarang. Dan wanita itu, jadi mau dibawa kemana bos."

"Ach sial. Nino belum ngabarin?" Tanya Al, emosional.

"Belum bos."

"Sambungkan telpon padanya, biar gue yang bicara."

Tanpa menunggu lebih lama, Angga segera menyambungkan panggilan telpon antara dirinya dan Nino, salah satu rekan bisnis Al.

Setelah menunggu dan mengulang beberapa kaki, Akhirnya Angga berhasil melakukan sambungan telpon pada Nino.

[Bos mau bicara.] Angga, menyampaikan pesan Al, lalu memberikan benda pipih tersebut pada bosnya.

[ Loe dimana.] Semprot Al, langsung saat ponsel Angga berpindah ke tangannya.

[Dirumah. Semua dah beres.]

[Nggak usah basa basi, cepat katakan mau dibawa kemana nih cewek.]

[Ketempat loe aja dulu. Loe amankan dulu Andin ditempat loe. Gue percaykan sama loe.]

[Enak aja bacot loe ngomong. Gue sudah lakukan apa tugas gue. Selebihnya urusan loe.]

[Al loe ngertiin gue dulu dong. Saat ini keluarga calon suami Andin, pasti cariin dia dirumah gue. Gue nggak bakal bisa pergi sampai keadaan aman.]

[Gi-la lue ya, ngrepotin gue banget. Dalam seminggu tuh cewek nggak loe ambil, gue kirim mayatnya ke loe. Paham!] Ancam Al, sangat marah.

[Al---]

Tut ... tut ... tut ...

Panggilan berakhir.

"Nino sialan." Umpat Al, membanting benda pipih milik Angga.

Kekasih Rahasia sang Mafia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang