The Baby Bro - Part 8

2.3K 249 27
                                    

Happy reading guys!!!

***
Naomi baru turun, melangkah di undakan tangga dengan pelan, diikuti Milan yang setia mengekornya, seraya menceritakan hal-hal tak penting disekolahnya kepada Naomi. Berjalan ke arah ruang keluarga dimana keluargaku sudah berkumpul, minus Ayah yang sedang dinas dan Aaron yang berada dirumah oma.

Sekarang kami berada dirumah Naomi dan kabar gilanya kami akan menginap dengan tujuan aneh ibu yaitu menjaga Naomi yang sedang sakit.

Dan kenapa harus ada aku? Jawabannya karena takut terjadi apa-apa pada Naomi, makanya aku dicadangkan sebagai supir. Sumpah ibu itu lebay banget. Naomi cuma demam, tolong dicatat itu bukan penyakit kronis yang hanya membuatnya berbaring ditempat tidur.

Sekarang saja dia sudah bisa bercanda dan tertawa.

Aku jadi berpikir, hutang budi apa keluargaku padanya sehingga keluargaku bisa baik banget sama Naomi.

Kulihat Naomi duduk di dekat Oma dan Milan duduk disampingnya.

"Hhmm alesannya ajah nyari tukang bakso..."  Oma mulai membuka pembicaran dengan meledekku. Aku hanya diam disudut sofa persis anak kucing yang kejepit induknya.

Terus saja oma, ledek cucumu ini sepuasnya.

"Jadi kamu bohong, Ab?" tanya Naomi yang tampak terkejut.

Aku tak menjawab melainkan mencibirnya dalam hati.

Nyesel kalau tau jadi bakal kayak gini, harusnya aku suruh bi Eroh ajah yang jagain Naomi tadi.

Jangan tanya tadi aku kepergok sama ibu. Marahnya bukan main, bukan soal aku yang bohongin beliau tapi soal aku yang tidak memberitahu kalau Naomi sedang sakit.

"Ya Allah, Ab...ibu nggak nyangka kalau kamu sekejam itu," ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

Aku yang gelapan tak tahu harus menjawab apa, apalagi ibu sudah mulai mendrama seperti ini.

"Kalau Naomi sampai kenapa-kenapa memangnya kamu mau bertanggung jawab?"

Aku masih diam, menyusun kata-kata yang tepat untuk membantah tudingkan ibu.

"Apa susahnya kamu tinggal ke rumah oma dan bilang Naomi sakit."

Ampun Tuhan!

Aku nggak tau harus berbuat apalagi, ibu kini sudah berlinang air mata dan aku hanya mematung, menggenggam kantong plastik dengan erat.

"Coba, ma kalau Ara nggak kesini, nggak tahu deh Naomi bakal kayak gimana." celetuk ibu tiba-tiba.

Aku semakin terpojok dan berasa jadi terdakwa padahal sudah jelas aku adalah korban disini.

Aku tak menanggapi obrolan-obrolan aneh yang terus memojokanku dan sebisa mungkin aku berusaha menulikan telinga. Fokusku kepada Dela dan Devan yang sedang asyik menirukan gaya singa laut yang dilihat dilayar televisi.

Lalu mereka merangkak kearahku, menarik-narik celana jeans yang aku gunakan.

Jangan bilang mereka menyuruhku untuk melakukan hal bodoh seperti itu.

"Ab...Ab...!" Seru Devan bersemangat diselingi suara tawanya lalu Dela tertawa bahagia semakin kuat menarik celana jeansku.

"Bla...bla..bla...!" Dela berteriak riang, membuat semua orang tertawa kecuali aku.

Kalau aku udah nikah terus punya anak, aku bakal ngikutin program pemerintah. Dua anak cukup! Nggak kayak ibu anaknya banyak bikin pusing anak tertua. Milan sama Aaron ajah udah bikin pusing apalagi nanti kalo Dela dan Devan udah makin gede.

The Baby BroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang