The Baby Bro - Part 9

2.2K 282 63
                                    

Happy reading guys!

****
Edelwis 03-01

Aku membaca papan yang tergantung diatas pintu. Tanganku bergetar hebat, menghela napas mencoba menahan emosiku namun seperti tidak berhasil sama sekali, sayup-sayup aku mendengar suara yang begitu aku kenal.

"Bentar lagi Abra nyampe."

Pintu coklat itu setengah terbuka, aku bisa melihat kedalam tirai biru menutupi setengah ranjang pasien. Dan mendengar suara nada ibu yang begitu khawatir.

Tanpa pikir panjang aku langsung masuk, menyibak tirai dan menemukan Naomi yang tengah berbaring lemah.

"Lo pikir lo siapa bisa buat gue kayak gini?" teriakku kesal, aku muak dengan kelakuannya seperti ini. Hampir setiap kesempatan dia selalu mengangguku. Dan kenapa keluargaku yang repot saat Naomi sakit seperti sekarang ini.

"Abra...!"

"Denger ya Naomi, gue itu cuma sebatas tetangga lo, keluarga gue cuma orang lain buat lo, ngerti nggak lo!"

"Abra...!" teriak Ibu

"Diam!" teriakku menoleh kearah ibu.

Aku belum selesai mengeluarkan semuanya. Biar yang namanya Naomi Laksmi ini tahu diri.

Tapi sedetik kemudian aku tersadar, melihat Milan yang beringsut dari kursinya berlari ke arah belakang ibu. Aku menelan ludahku susah payah dan melihat Naomi tengah meringkuk, tubuhnya bergetar dan terisak pelan.

Sialan!

Tanpa kata, aku langsung pergi dari ruangan ini seraya menyesali kebodohanku.

Seumur hidup aku tak pernah membentak ibu.

Tak pernah berbicara dengan nada tinggi di hadapan ibu.

Tapi sekarang, hanya karena aku emosi aku membentak ibu.

Aku melangkah lebar-lebar dengan penyeslaan luar biasa.

Maafkan aku ibu.

***

Aku duduk termenung di pojokan kantin rumah sakit. Didepanku segelas susu coklat panas yang tadi aku pesan. Melihat keluar, rintik air hujan semakin deras.

Aku mengusap wajahku gusar, entah apa yang ada dipikiranku tadi sehingga aku begitu emosi. Mungkin ini karena Najwa. Iya, pasti karena gadis itu.

Gadis yang aku sukai telah menjadi pacar orang lain.

Tapi kenapa baru sekarang aku merasa marah?

Kenapa baru sekarang aku merasa kesal?

Aku mengusap kembali wajahku dan teringat Najwa yang tengah tertunduk dilapangan basket. Aku ingat, saat itu jantungku seperti berhenti berdetak sesaat, lalu setelahnya berdegub kencang dan normal kembali.

Sakit hati? Sudah jelas aku sakit hati.

Tapi itu semua tak membuatku emosi seperti tadi.

Aku terperanjat saat kursi didepanku digeser. Ibu duduk disana dan memandangku dengan senyum kecilnya. Aku masih diam seperti maling yang tertangkap basah, dalam hati ribuan kata maaf aku lontarkan tapi mulutku seakan dijahit. Aku tak bisa mengucapkannya.

"Tadi ibu pesankan nasi goreng sama jus mangga, belum makan, 'kan?" tanya ibu, aku menggeleng lemah.

Ibu berdehem melihatku yang hanya diam, sepertinya ibu sedang menebak seperti apa suasana hatiku saat ini.

"Tadi Naomi tiba-tiba pingsan dikantornya," aku masih diam menatap uap panas yang masih mengepul dari gelasku.

"Mba Eroh yang langsung kerumah oma begitu dapat telpon dari kantor Naomi,  ngasih tau kalau Naomi di bawa ke IGD."

The Baby BroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang