P-2

436 133 48
                                    

Haechan bisa melihat Jeno selalu sumringah, dia hanya bisa menggodanya saat tahu bahwa kekasih pemuda itu memutuskan tinggal bersama sebelum pernikahan mereka. Sudah trial jadi pengantin baru rupanya. 

"Dia cantik, sangat cantik"

"Dia sempurna"

Sampai jengah Haechan mendengar lontaran pujian yang rekan kerjanya pada sang kekasih. Berapa kali dia meminta agar bisa melihat foto wujud orang yang sempurna itu. Tetapi, Jeno beralasan. Dia tidak ingin ada orang yang melihat kekasihnya. Nanti saja, bertemu langsung di resepsi pernikahan. Pas sudah sah menjadi miliknya.

Ayolah bung...

Posesif tapi masih ingin pamer.

"Alasan cutimu apa?" Tanya Haechan. Dia penasaran, apalagi daeri-nim begitu ketat. Pasti susah mendapat izin. Jeno tidak mungkin mengatakan dia akan menikah. Mengingat pernikahannya diadakan secara sederhana. Katanya sih setelah beberapa hari menikah, mau diadakan makan malam bersama di kedai saja sekaligus mengumumkan pernikahannya.

"Aku bilang saja, nenekku menikah untuk ketiga kalinya"

"Pfftttt Hahaha" Haechan memukul pelan Jeno.

"Tidak, aku bilang kalau harus menandatangani warisan keluargaku. Daeri-nim mulanya tidak mau, kubilang aja. Nanti daeri-nim mendapat sedikit oleh-oleh. Dia langsung setuju"

Tawa Haechan makin keras.

"Aku sudah bisa membayangkan apa yang ada dikepalanya"

Jeno menaikan bahunya acuh tak acuh.

* * *

Pernikahan Jeno digelar malam hari. Jadi, Haechan tidak perlu cuti. Dia juga sudah mendapat barcode untuk mengambil makanan dari Jeno. Tinggal, sekarang adalah memberikan kado pernikahan. Haechan berniat memberikan sepuluh juta won sebelum berubah pikiran memberikannya dua puluh juta won.

"Aku tidak tahu apa yang ada didalam pikiran Jeno saat menerimanya" Keluh Haechan.

* * *

Ialah seorang wanita cantik diusianya yang beranjak empat puluh sekian, menerima sebuah amplop ditangannya dari seorang dokter yang duduk diseberangnya.

"Bibi tahu ini ilegal, bukan"

Wanita itu melambaikan tangannya, tanda menyuruh diam dokter itu.

"Tenanglah reputasimu aman"

"Nama baik rumah sakit bibi"

"Iya-iya, kau ini cerewet sekali" Wanita itu lalu membuka amplop dan membuka isinya. Sesekali dia menurunkan kacamata hitam mahalnya.

Baris demi baris dia membaca deretan tulisan yang menjelaskan beberapa hal medis dan keterangan.

"Heeeehhhh!!" Kacamata hitamnya, dia buka paksa setelah melihat hasil akhir dari kertas itu.

Butuh waktu untuk mencernanya, sebelum buru-buru menoleh pada dokter didepannya. 

"Kau serius?!! In-i! Ini benar hasilnya?!"

"Aku sudah menguji cobanya sampai lima kali, hasilnya selalu sama" Jelas dokter tersebut.

Ekspresi wanita itu menjadi suka cita yang susah ditahan.

"YAAAAA!!!" Ucapnya penuh kegirangan.

* * *

Hari-hari yang ditunggu-tunggu tiba, Haechan melihat meja Jeno kosong. Hari ini, pernikahan rekannya dilaksanakan. Jeno pasti senang sekali bisa bersatu dengan pujaan hatinya. Haechan menghela napas...

PlotWhere stories live. Discover now