03-Pergi

350 43 0
                                    

"Pangeran hanya kelelahan, dan dehidrasi karena tidak makan dan minum, selebihnya pangeran Nattawat baik-baik saja,"

Panglima Arun menghela nafas lega, setelah tabib memastikan sang pangeran baik-baik saja lalu pergi, Arun terduduk di kursi beludru di kamar pangeran, menunggu si empunya kamar untuk siuman.

Tatapannya sendu, iba mendalam dari Arun teruntuk pangeran mahkota karena ibu Arun pun belum lama pergi untuk selamanya di medan pertempuran yang juga melawan Theola. Arun kembali menangis, lukanya masih basah karena kehilangan sang ibu, kini harus kembali kehilangan raja sekaligus paman yang mencintainya sama seperti bagaimana putranya sendiri.

"Paman Gun, ibu, kenapa kalian cepat sekali pergi? Kami hilang arah..." Isak Arun dalam kesendiriannya, "Kami masih butuh kalian sebagai penuntun arah," Arun lalu menutup wajahnya yang penuh air mata frustasi.

Arun menangis di dalam kamar yang sunyi itu, menunggu sepupunya siuman dengan Arun sendiri yang terlelap karena lelah menangis.

***

Sentuhan lembut di bahunya membuat Arun terjaga, sebagai anggota keluarga dan inti kerajaan, Arun harus terbiasa siaga bahkan di dalam tidurnya sekalipun. Apalagi sekarang Aquatopia sudah dikuasai Theola, entah apa yang tengah pangeran Norawit itu rencanakan.

"Nattawat, bagaimana keadaanmu? Maaf aku tertidur," Cecar Arun masih setengah sadar langsung duduk memberi ruang untuk sepupunya itu duduk.

Sang pangeran mengulas senyum, membelai surai sepupunya, "Kau pasti lelah, istirahatlah lagi, kak," Tutur Nattawat lemas.

Namun Arun menggeleng, "Tidak, sebelum kau memakan makananmu, ya?" Arun segera meminta pelayan untuk membawakan makanan untuk Nattawat. Yang lebih muda mengerutkan keningnya karena pelayan masih mendengarkan perintah Arun, "Kak, kenapa dia menuruti perintahmu? Bukankah..."

Senyuman itu selembut kelopak mawar yang baru merekah, juga menghangatkan hati Nattawat seperti matahari yang menyinari bumi, "Theola tidak menjajah, ia justru membuat kebijakan untuk melindungi kami, dan membiarkan dirimu untuk memimpin," Tutur Arun lembut, "Kau akan naik tahta,"

Perkataan Arun sungguh tak bisa dicerna sama sekali. Jika Theola akan menyejahterakan Aquatopia dan mengizinkan Nattawat menjadi raja, mengapa harus berperang?

Sejuta tanya berkutat di benak sang pangeran, rautnya tercetak jelas dan terbaca oleh sang sepupu.

"Kau makanlah dulu, setelah ini temui Norawit,"

Nattawat berada dalam kebingungan sampai ia bertemu dengan pangeran Mahkota dari Theola, pangeran Norawit yang tengah berlatih pedang bersama beberapa prajurit.

Namun sebelumnya, pangeran mahkota Aquatopia itu keluar istana untuk berkeliling ibukota. Alangkah terkejutnya ia ketika mendapati keadaan tidak berubah sama sekali. Perdagangan dan tata kota dengan segala kesibukannya tetap berlangsung.

Pangeran Nattawat berada dalam samaran seperti biasanya yang ia lakukan untuk observasi, di sini ia hanya mencium feromon omega saja. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Alpha selain milik pangeran Norawit di istana dan beberapa orang yang ikut dengan pangeran tersebut.

Seharusnya, jika Aquatopia terjajah oleh Theola, bukankah saat ini pemandangannya adalah... astaga bahkan Nattawat tidak bisa membayangkan sama sekali. Seharusnya, jika Theola sudah memiliki Aquatopia, bukankah setidaknya ada sekian persen jumlah gender selain omega yang masuk ke kotanya?

Seharusnya, mungkin untuk pertanyaan-pertanyaan lainnya juga ia harus segera menemui Norawit agar terjawab. Sehingga Nattawat kembali ke istana menemui pangeran Theola yang tengah berlatih itu.

Kepiawaian pangeran Theola itu tak dapat diremehkan, ia melawan dua prajurit terlatih sekaligus, tetapi mereka tetap saja kewalahan. Sejenak Nattawat terpana, namun ia tersadar, Norawit adalah orang yang telah membunuh ayahnya.

"Pangeran Norawit," Panggil Nattawat.

Dentingan pedang berhenti, pangeran Norawit berbalik melihat siapa yang datang. Dan kini yang dilihatnya adalah pangeran Nattawat dengan penampilan yang lebih hidup dari sebelumnya. Syukurlah, Norawit lega jika Nattawat sudah bisa marah kepadanya bukan dengan wajah pucat pasi.

Norawit tersenyum, ia menyimpan pedangnya dan mendekat kearah Nattawat sambil mengusap keringat dengan kain yang dibuat khusus untuk menyerap keringat lebih banyak, "Ada apa, manis?"

Glup!

Di pandangan Nattawat saat ini, pangeran Theola itu nampak begitu tampan, menggairahkan dengan keringat dan tubuh kekar tak berbalut kain sehelaipun di bagian atasnya. Nattawat lengah lagi.

"Pangeran?"

Eh, tidak! Alpha di depannya ini adalah orang yang telah membunuh ayahnya, Nattawat harus membencinya. Dan tujuan Nattawat menemui Norawit kali ini adalah untuk mempertanyakan tentang Aquatopia.

"Kenapa kau membunuh ayahku? Padahal akhirnya kau juga tidak melakukan apapun yang membahayakan kami... atau belum?" Selidik pangeran Nattawat sambil menahan semburat merah yang muncul karena malu melihat perawakan pangeran di depannya.

Lalu suasana hatinya berubah cepat, Nattawat menjadi murung, "Dengan kau membunuh ayahku, lalu kau memenangkan Aquatopia. Tapi kau justru mengizinkanku untuk naik tahta, apa maksudmu, pangeran?" Tanyanya lagi dengan sedikit terisak. Kini matanya memerah menahan air mata, bibirnya melengkung ke bawah siap menangis seperti anak kecil.

Norawit bergegas menarik Nattawat menuju tempat sepi, tidak baik seorang calon raja menangis di tengah istana, rakyat dan prajurit bisa meremehkannya nanti. Setidaknya Nattawat harus menyembunyikan kesedihannya.

"Tenanglah, pangeran... maaf... maafkan aku..." Gumam Norawit merengkuh Nattawat dalam dekapannya.

Tangis Nattawat pecah begitu saja, omega itu meraung pilu, "Aku masih membutuhkan ayah... ayah!" Nattawat meraung, memukul dada Norawit melampiaskan kekesalannya. Omega itu hilang arah setelah ditinggal orang yang paling mencintainya.

Pangeran Norawit menghela nafas, menyampirkan kain yang ia bawa itu di bahu, menatap Nattawat sendu, lalu menunduk, "Maaf, aku hanya menuruti perintah ayahku," Tuturnya tulus.

"Penjajah tidak meminta maaf dan mengakui kesalahannya-"

"Karena aku mencintaimu!" Sergah Norawit cepat, membuat Nattawat membeku atas pernyataan cinta musuhnya.

Pangeran Norawit sendiri pun tak menyangka jika ia akan menyatakan cinta secepat ini, dan ini juga adalah pernyataan cinta pertama dalam hidupnya, bahkan dengan putri mahkota sebagai istri pertamanya. Norawit belum pernah menyatakan cinta kepada siapapun sebelumnya.

Tapi siapa yang akan percaya? Nattawat adalah ahli sejarah dan tergabung dalam tim pencatat sejarah dunia, Nattawat tahu betul bagaimana raja dan pangeran mahkota saat ini yang memiliki banyak istri dan suami, jumlahnya di luar hukum kerajaan yang sah.

Atau dengan kata lain, selir.

Nattawat menggelengkan kepalanya segera, "Siapa yang akan percaya? Kau telah menikah berkali-kali bahkan pernikahan siri, kata cinta pasti terlontar mudah dari mulut keparatmu itu!"

"Jaga bicaramu-"

"Kau yang harus melakukan itu!"

Suasana dengan sekejap saja menjadi panas, kedua pangeran itu berdebat hingga saling tunjuk, pernyataan cinta rasanya menjadi sangat mengerikan, tidak ada yang pernah melakukan hal ini sebelumnya.

Hingga akhirnya pangeran Norawit yang mengalah, ia menghela nafas lalu menepuk bahu lebar omega di depannya, "Emosimu masih belum stabil, sebaiknya kau kembali ke kamarmu,"







Bersambung, MAAP Vee lupa update, semalem nonton live nya Fot ssmpe ketiduraannnn :)

The Aquatopia [GeminiFourth]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang