손이 근질근질 하다

344 23 0
                                    

Bibir Hyun Bin membentuk senyuman gugup saat produser memanggil namanya. Dia menarik napas dalam-dalam dan melangkah ke sebuah ruangan dan duduk memegangi tepian bangku seperti tali penyelamat.

Di dalam, tiga orang lainnya duduk berserakan di sofa mewah, menatap tablet yang menunjukkan biodata mereka sendiri. Seorang pria jangkung dengan mata penuh perhatian melihat ke atas, memberikan anggukan kecil yang meredakan ketegangan Hyun Bin. Di dekatnya, orang lain sedang melakukan panggilan telepon pelan-pelan, alisnya berkerut.

Yang terakhir menarik perhatiannya – seringai sombong menunjukkan kesombongan. Hyun Bin ragu-ragu, mengingat posisinya diperoleh melalui prestasi, bukan sarana. Dia memindai ruangan untuk mencari petunjuk di luar permukaan

Pria yang bijaksana – Do Hyun, seorang mahasiswa ekonomi. Analisisnya yang mantap mungkin bisa menyeimbangkan dorongan hati yang kurang ajar. Penelepon yang khawatir - Song Hyun Seok, mahasiswa Teknik elektro dan Komputer. Belas kasih terpancar keluar dari dalam auranya.

Sedangkan untuk yang sombong, Park Hyun Min terdaftar hanya sebagai seorang mahasiswa psikologi. Ada sesuatu yang lebih dalam yang terselubung di sana, dia merasakannya. Kesamaan akan mengikat atau menghancurkan mereka - dia berharap pada hal yang pertama, bahwa benang-benang mereka yang beragam dapat terjalin menjadi sesuatu yang lebih besar daripada gabungan bagian-bagian mereka. Hyun Bin menguatkan tekadnya, siap untuk melihat bagaimana permadani mereka akan terungkap. 

Do Hyun mendekat, menyusun strategi sambil mengamati ruangan. Buku catatannya menarik perhatian Hyun Bin - di dalam halaman-halaman itu terdapat representasi kekacauan yang teratur, menyaring ambiguitas kehidupan menjadi beberapa langkah.

Mata mereka bertemu. Miliknya berkedip ke buku catatan, bertanya. 

“Aku lebih senang merencanakan segalanya.”

Hyun Bin mengangguk canggung.

“Jurusan apa yang kau ambil di SNU?”

“Kedokteran.”

“Oh. Aku mahasiswa baru jurusan ekonomi.”

Hyun Bin kembali mengangguk. Es diantara mereka semakin membeku.

“Kalau boleh tahu MBTImu apa?”

“ISFP.”

“Ah, aku INTJ. Kuharap mereka berdua adalah tipe E.” Dengan kepalanya Do Hyun menunjuk dua peserta yang lain. “Angkatan tahun berapa?”

“2021.”

“Ah, senior. Aku 2023.” 

Lalu kembali hening.

Do Hyun mengambil catatan, biografi rekan satu timnya memberikan sedikit konteks untuk dinamika yang terjadi. 

Dua rekannya tak lama bergabung.

Hyun Seok yang sejak awal memasang senyum ceria meraih tangan Hyun Bin dan Do Hyun bergantian. “Song Hyun Seok di sini.”

“MBTI.” Do Hyun langsung menembak pertanyaan.

“Aku tipe E. Dia juga.” Hyun Seok menunjuk Hyun Min yang mendekat dengan canggung. Menjabat tangan Hyun Bin dan Do Hyun bergantian. “Tidakkah kita bisa berbicara secara banmal? Kita akan bersama beberapa waktu.”

Hyun Bin agak terkejut tapi menyetujui ide Hyun Seok. Kecanggungan akan mengganggu kinerja kerja sama mereka nantinya. Dan penggunaan tata bahasa yang terlalu baku bisa memicu perpecahan.

“Apakah kalian mendapatkan arahan yang sama dari produser sebelum acara dimulai?” Hyun Seok sepertinya tidak menyukai keheningan diantara mereka berempat. Sejak berkenalan, laki laki itu sibuk membicarakan apa saja guna mencairkan ketegangan yang dia rasakan.

OUR WARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang