KRH - 011

37 21 0
                                    

"Kak Aca! Ayo temani Lean main!"

Sasha sedikit terkejut ketika Lean tiba-tiba menghalangi jalannya, anak laki-laki itu tersenyum lebar dengan bola di tangannya.

"Kakak capek, nanti aja ya?" Sasha segera beranjak dari sana, meninggalkan Lean yang sekarang menatap sedih punggung kakaknya.

"Terus sekarang Lean main sama siapa?" monolognya pelan, ia pun menuruni anak tangga satu per satu dan pergi entah kemana.

Di sisi Sasha, gadis itu meletakkan kantong belanjaannya asal, kemudian duduk dengan kasar di kursi depan meja riasnya kemudian menyugar rambutnya ke belakang dengan tangannya.

"Lo kenapa sih, Sha? Dia bukan milik lo, dan lo gak berhak buat cemburu." Sasha mendumel dengan menatap wajahnya di pantulan cermin.

Netranya menatap layar ponsel yang menyala, menampilkan sebuah chat dari orang yang tidak dikenal.

08***
Jauhi Varo kalo lo mau selamat.
Gue gak ancem lo, tapi kalo lo tetep ngeyel, lo terancam.
Satu lagi, lo gak perlu tau gue siapa, yang jelas gue tau semuanya.

Sasha mengernyit. Apa maksudnya? Kenapa dia harus menjauhi Avaro?

"Dia siapa sih? Apa orang iseng ya?" gumam Sasha berusaha positif thinking. Lagipula, mana mau Sasha menjauhi sahabat laki-lakinya itu. Sasha memang tengah sakit hati, tetapi hal itu bukan menjadi alasan dirinya menjauhi Avaro, apalagi harus mengikuti saran nomor orang yang tidak dikenalnya.

Sasha menghiraukan pesan chat itu. Ia menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya karena merasa badannya lengket karena keringat.

°•°•°•°•

Avaro menatap malas gadis di sampingnya, namun ia merubah air mukanya menjadi lembut ketika gadis itu menatapnya.

"Varo, nanti ke toko baju ya? Buat dinner nanti malam," ucap gadis itu dengan tersenyum manis.

"Kenapa beli?" tanya Avaro yang sebenarnya hanya basa basi.

Clara, gadis tersebut mengerucutkan bibirnya sok imut. "Ihh kan aku harus tampil perfect, gitu!"

Avaro menghela napas lelah, mau tak mau ia mengangguk. Jika dirinya tidak diberi amanah untuk menjaga Clara, mana mau dia menjaga gadis manja itu.

Dengan tak tahu malunya, Clara bersandar di bahu Avaro dengan tangan yang melingkar di lengan laki-laki itu. "Aku seneng deh, akhirnya kita bisa jalan-jalan bareng lagi," ungkapnya.

Avaro tidak menanggapinya sama sekali, ia sudah terlalu malas berurusan dengan gadis itu, lagi.

Tiba-tiba seorang gadis menghampiri keduanya dengan wajah kesal dan tak suka. Gadis itu lantas menarik lengan Avaro sekuat tenaga agar berdiri di sisinya.

"Lo apa-apaan sih!" bentak Clara seraya berdiri.

Serena menatap Clara sinis. "Lo yang apa-apaan peluk-peluk lengan Varo, hah!" teriak Serena tak kalah kesal.

"Ayo, kita pergi dari sini." Serena menarik Avaro menjauh dari sana. Clara berdecak, menghentakkan kakinya dengan emosi. "Sialan, awas aja lo, Rena," desisnya kemudian ia menyambar sling bag-nya dan pergi dari sana.

Kita dan Rinai Hujan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang