4

139 24 0
                                    

Roses keluar dari sebuah bangunan yang terpampang jelas bertuliskan Agensi Detektif Mack Field, sebuah nama besar yang terkenal diwilayah timur. mereka punya nama yang begitu tinggi dikarenakan mereka sudah banyak memecahkan kasus, dari orang hilang hingga kasus yang begitu rumit, mereka mempunyai banyak relasi sehingga mereka begitu cepat menyelesaikan masalah, Namun sayangnya Roses harus pulang dengan membawa kekecewaan karena Kasus Egbert tidak bisa dilanjutkan karena kendala keuangan Roses yang tak mampu menyewa Detektif Mack lebih lanjut lagi, selain mereka mempunyai Nama yeng begitu Tinggi, Untuk menyewa mereka membutuhkan uang  dengan jumlah yang lebih banyak, karena tidak semua Detektif bisa menyelidiki apa yang terjadi dalam kemiliteran Kekaisaran yang begitu dijaga akan kerahasiaan. tapi untuk keseluruhan perkembangan kasus yang yang disampaikan Detektif field adalah ia sangat membantah dugaan jika Egbert mengakhiri dirinya sendiri dan ia menduga bahwa orang Militer-lah dalangnya  tapi detektif Field tidak memberitahukan Militer mana yang ia maksudkan, siapa yang ,menjadi terduganya atau apa buktinya karena harus ada harga yang dibayar untuk melanjutkan penyeledikan.

Roses menghelan Nafas berat lalu membuka payung putih, agar orang tidak begitu jelas menatapnya, ia kesal dengan harus menuda kasus ini karena kendala uang, sungguh andaikan Roses bisa melakukan lebih dari ini Untuk Egbert. 

"Dasar Mata duitan"

Celetuk Roses kesal, siapa sangka bahwa Detektif Field sangat menyukai uang. yah dunia ini tidak ada yang gratis ia harus lebih bekerja keras lagi. Roses meninggalkan tempat dan melanjutakn perjalanan ke Toko bunga miliknya. Roses menjalani hari-hari sebagai tukang bunga membuat Roses kini menjadi lebih mandiri, meskipun uang tunjangan atas kematian bisa Egbert tidak pernah sekalipun ia gunakan untuk dirinya, semuanya telah diambil ibu untuk memenuhi Gaji para pelayan dan para penjaga, berjualan bunga bukanlah sesuatu yang begitu menguntungkan karena bukan sesuatu yang dibutuhkan setiap saat, ada kalanya toko bunga sepi, tetapi itulah yang Roses suka. 

Roses tenggelam dalam pikirannya bagaiman ia harus mencari uang lebih untuk menyewa detektif itu lagi, saat sedang berjalan seorang Pria tua menghampiri Roses dan menawari dengan barang yang ia jual yaitu koran, tak tega melihat itu Roses pun membelinya dengan beberapa Koin yang harus dikeluarkan.

Hingga Roses secara tidak sengaja melihat Hotline Berita  dengan bacaan Putri Viscount Celestte Menolak Yang Mulia Duke Rognvaldr  sungguh Roses tidak peduli. ia tak berniat untuk membacanya ia sudah puas disiksa ibunya karena ia menolak berdansa  dengan Tuan pelanggan yang ternyata  seorang Duke, ibunya merasa Roses telah mencemari Nama Celestte. Hingga membuat roses kebingungan sendiri mengapa ibunya begitu marah, padahal keluarganya tidak kenal dengan keluarga Rogvaldr

Roses membuka pintu Toko bunganya lalu menutup payung itu, dan melepas Topi yang ia pakai lalu ia berjalan keatas meja Kasir dan menaruh koran tersebut, ia akan membuat Tea yang hangat untuk dirinya sebagai obat untuk membuat dirinya lebih tenang dan pada akhirnya ia kembali kemeja kasir ia duduk disana dan meminum tea hangat dan tertarik kembali pada koran tersebut. ia membaca berita bahwa Wilayah Utara dan Wilayah Timur untuk saat ini situasinya lebih damai oleh gencatan senjata yang disetujui oleh kedua pihak, entahalah apa yang dipikirkan oleh kekaisar timur hingga mereka dengan mudahnya berdamai padahal sebelumnya ada pertarungan sengit yang memakan korban. dan lebih tidak masuk akal adalah orang utara diizinkan untuk memasuki wilayah timur begitu saja, padahal kekaisaran membuat peraturan untuk menantang utara datang ke wilayah timur secara diam-diam, tapi untuk saat ini peraturan itu bagaikan angin yang lalu.

terdengar suara lonceng pintu yang bergetar menadakan seseorang yang datang. Roses mengaalihkan pandangnya

"Selamat dat--"

"Yang Mulia Duke Rognvaldr?" Seketika suara Roses mulai melambat bertemu dengan seseorang yang kini Roses kenal betul dia siapa

"Ekspersimu menujukan keterkejutanmu Lady Roses" Menujukan senyum seringai yang mengacaukan Roses yang melihatnya

"M-maafkan saya yang mulia" Roses membungkukan badanya

Hingga keheningan melanda keduanya mereka masih menatap satu sama lain

"Kenapa kau bingung ingin bertanya"

"Ya aku ingin bertanya, mengapa anda bisa datang kesini, apakah karena pesta waktu itu, sebelumnya aku belum mengatakan bahwa terima kasih telah mengundangku suatu kehormatan bagi saya dan saya ingin minta maaf telah menolak ajakanmu untuk berdansa"

"sebenarnya sudah telat, saya menganggapnya sebagai berbuat baik kepada orang yang tidak tahu berterima kasih berarti membuang air mawar ke laut, dan harus ada harga yang dia bayar untuk itu"

Rose meneguk ludah, dengan keadaan pasrah yah dia tidak punya kuasa untuk melawan.

"lalu apakah tuan inginkan? membeli bunga lagi?"

"Tidak"

"Lalu?"

"Apa kau lupa Lady Roses bahwa aku akan kembali meracik parfumku sendiri" yah Roses ingat pada saat ia bertemu pertama kali dengan Duke Jeffrey.

"Padahal kau yang menawari waktu itu dan bisa-bisanya kau lupa" jeffrey sambil melihat lihat bunga yang terpajang

"Maafkan saya tuan"

"Lalu tunggu apa lagi aku ingin meracik parfumnya sekarang"

"Baiklah Tuan duke bisa duduk disana aku akan membwa alat dan bahannya terlebih dahulu"

Roses bergegas pergi membawa keranjang cukup beaar dan berat ia menaruhnya diatas meja yang tersedia dengan dua kursi yang mereka tepati sekarang.

"Ini semua Fragrance yang kami punya, jika Tuan duke tidak mengerti akan Fragrance saya kan jelaskan"

"Baiklah"

"Pertama wangi wangian apa yang Tuan duke Inginkan?" Rose siap dengan pena bulunya

Namun detak jantung Roses berdetak lebih cepat, dan sangat begitu cepat karena saat ini

"Maaf Tuan Duke anda begitu dekat" Roses yang memalingkan muka kesamping ia tak sanggup menatap mata yang begitu dekat.

Duke memcium aromanya ia menutup mata"Aku mengingkan wangi yang ada ditubuhmu"

Jawaban yang begitu menohok

"Ku mohon tuan Duke jangan bercanda"

"Apa aku terlihat orang yang suka bercanda" Jeffrey menaikan satu alisnya. Dengan rahang yang tegas itu.

"Tapi saya tidak mengerti wangi wangian yang ada ditubuh saya"

"Ohh astaga, buatkan aku parfum yang sama yang kau gunakan sekarang"

"Maksudnya bagaima—"

"Tolong buatkan saja cepat, aku akan membayar berapapun untuk parfum yang kau gunankan, dan aku ingin parfum itu sama  persis yang denga n Lady Roses pakai"

Roses hanya bisa berpasrah ia tak mau kena masalah lagi, lagian Tuan duke mengatakan berapapun... inilah kesempata Roses untuk menyimpan uang.

Roses sedang membungkuskan parfum yang sudah racik dengan begitu lihai dan sang duke melirik koran yang baru Roses beli

"Kau membaca berita tentang kita"

"Apa maksud Yang mulia tentu saja itu hanya koran yamg biasa yang saya pesan tiap hari"

"Ku harap kau segera membaca koran itu daripada tergeletak begitu saja, lagian apa Lady Roses tidak penasaran dengan Rumor yang menyebar tentang kita"

"Apa yang dimaksud tuan"

"Oleh karena itu bacalah, dan lihat malam ini aku akan mengwujudkan rumor tersebut"

"Dan dengan senang hati memenuhi janjiku malam itu bahwa kau tidak akan lagi menolakku"

"Yang mulia duke saya tahu mengenai kesalahan saya, dan saya telah meminta maaf, tapi mengapa yang mulia terus menerus memojokan saya"

"Aku tidak memojokanmu, ini harga untuk parfum itu dan untuk kembaliannya ambil saja"

"Dan sampai bertemu malam ini"

Jeffrey pergi begitu saja








Blaming of blossomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang