Kyla mengedarkan pandangannya ke penjuru kantin, mencari dimana letak temannya berada. Sampai dilihatnya seorang gadis berambut cokelat yang sedang melambaikan tangannya, memberitahu keberadaannya.
"Udah denger berita baru?" tanya Cleo sambil menyuap siomay ke dalam mulutnya.
"Tentang?"
"Rio,"
Gerakan tangan Kyla yang sedang ingin melahap baksonya terhenti seketika. Ia mendongak cepat kearah Cleo. "Dia kenapa?"
Teman baik Kyla itu tersenyum simpul. "Bahkan efeknya masih sama saat lo denger nama Rio."
"I'm trying, Cle, please." desah Kyla pelan.
Cleo mengangguk mengerti. "Gue denger dari Velin katanya dia pindah ke Amsterdam."
Lagi, Kyla bereaksi berlebihan. Bahkan gadis itu sampai tersedak bakso yang sedang dimakannya. Cleo segera menyodorkan jus melon milik Kyla, sambil tangannya menepuk-nepuk punggung gadis itu. "Pelan-pelan Kyl,"
"Seriously? Amsterdam?" balas Kyla tak percaya.
"Yap. Kata temen sekelasnya sih juga gitu."
"Dan dia udah---?"
Cleo mengangguk. "Hari ini dia take off. He doesn't tell you, does he?"
Kyla tertawa hambar. "For what? Gue udah bukan siapa-siapanya lagi, even since 2 months ago."
"But you still like him." tukas Cleo tanpa bisa dicegah.
Kyla mendesah jengah. "Rafid wannabe lo dasar." katanya. "Daripada lo ngomong blak-blakan gitu, mending lo bantu gue move on deh."
"Good idea! Gue bisa ngenalin lo ke sepupu gue yang udah lama lo incer. Lucky you, he single now." ujar Cleo bersemangat.
Kyla tertawa renyah. "Boleh, yang anak kuliah itu kan?"
"Siapa lagi coba sepupu gue yang namanya Devon. Yang setiap ketemu lo liatin dengan tampang mupeng lo. Yang lo stalk instagram-nya tapi nggak berani follow. Yang lo tanya sampe berbusa kapan dia putus sama ceweknya. Yang-" ucapan Cleo terpotong karena Kyla membekap mulut gadis itu. Menghentikan celotehannya yang sumpah demi apapun bikin malu--tapi benar adanya.
"Udah kali bikin malu guenya." Katanya sambil memutar bola matanya.
Cleo terkekeh. "Nanti kalo mau gue kenalin, hal-hal kayak gini harus gue kasih tau. Fyi Kyl, he like unique girl."
"Gue unik? Cle, lo nggak bisa bedain antara unik sama malu-maluin ya? Gezz."
"Nah justru itu. Unik yang dia suka tuh yang kayak lo gini." balas Cleo lagi sambil memasang wajah meyakinkan, yang malah membuat Kyla 100% tidak percaya.
"Stop it. Awas aja sampe lo bilang." ancamnya.
❌❌❌
Rafid menyenggol bahu Kyla saat gadis itu baru saja duduk. Bel berakhirnya istirahat baru akan berbunyi sekitar 10 menit lagi. "Babe, liat Kimia dong, gue semalem kelupaan."
Kyla memutar bola matanya. "Ketauan banget jonesnya nggak pernah manggil 'babe' ke cewek."
"Apa sih babe bawel banget. Udah mana sini tugas lo,"
"Udah minjem maksa," dumel Kyla. "Ambil di tas. Bukannya kelupaan lo mah, emang sengaja dilupain. Ingetnya Madrid mulu sih."
Rafid nyengir lebar. "Iya maaf babe, pasti kamu merasa dilupain kan. Janji nggak lagi-lagi deh," katanya dengan suara yang dilembut-lembutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Hope
Teen Fiction"When I first met you, I honestly didn't know you were gonna be this important to me." -Kyla Zenata Mahardika. "When I first met you, I never realized how much you would end up meaning to me." -Yoza Althaf. © 2015 by rick-thebieber