Di bulan Ramadan, Lovygdala akan dipublikasikan setiap bada Maghrib yaaa. Khusus bab ini masih di tengah malem. Pasca Ramadan, balik ke tengah malam.
Bagi yang Muslim, selamat menjalakan ibadah Ramadan ya! Semoga lancar semuanya. Aku insyaa Allah mulai puasa hari Selasa.
Bagi yang melaksanakan Nyepi pun selamat menjalankannya.
***
Pagi harinya, Mabel dan Rita berangkat ke kantor bersama. Mereka terlihat cukup tegang ketika bersiap hingga berangkat. Bas mengantar Mabel hingga ke mobil lalu melambai dari depan rumah hingga kedua mobil itu tidak terlihat lagi. Kembali ke dalam rumah, Bas langsung menjatuhkan diri di tempat tidur karena tidak tahan akan kantuk yang menerpa. Salut bahwa Mabel yang tidak tidur semalaman, sekarang sudah harus kembali bekerja.
Mabel sampai di rumah menjelang waktu makan malam. Bersamaan dengan Bas yang keluar dari ruang kerja setelah seharian berada di sana untuk bekerja dari rumah. Mabel bercerita bahwa presentasinya berjalan lancar dan klien sepertinya menyukainya. Tapi Mabel, Rita, dan tim belum bisa menarik napas terlalu lega. Selama belum ada kepastian siapa konsultan yang resmi terpilih untuk proyek ini.
Begitu sampai ke rumah, Mabel tidak menyempatkan diri untuk makan malam. Melainkan langsung mandi dan tidur. Kelelahannya telah mencapai puncaknya. Mabel butuh untuk tidur lebih lama. Memahami situasi yang dihadapi istrinya, Bas pun memahaminya. Dia berada di kamar hingga Mabel benar-benar terlelap, lalu kembali ke ruang kerja.
Keesokan paginya, ketika Bas kembali membuka mata untuk menghadapi hari, Bas tidak menduga bahwa Mabel sudah bangun lebih dulu. Dikiranya Mabel masih ingin berlama-lama di tempat tidur.Ternyata di samping Bas sudah tidak ada orang.
"Bel?" Bas memanggil. Namun di kamar ini hanya ada dirinya. Demi memenuhi rasa penasaran, Bas melangkah ke luar kamar, terus menyusuri tangga, hingga dia sampai ke dapur.
Ada tiga orang yang berada di dapur saat ini. Seperti biasa Mbak Ijah dan Mbak Teti yang menyiapkan sarapan. Kali ini ditambah pemilik rumah, Mabella, sedang asyik memasak di atas kompor. Dia sudah mandi dan berdandan, tapi tetap lincah di dapur, dengan rambut diikat dan lengan kemeja dilipat, juga pakaian yang dilapisi celemek.
"Pagi semua," Bas mengumumkan kedatangannya.
Mbak Ijah dan Mbak Teti membalas sapaan Bas. Sementara itu Mabel melirik dan tersenyum lebar. Tangannya melambai, meminta Bas mendekat.
"Pagi Bas," Mabel menyapa, mengambil sebuah sendok, lalu mengambil sedikit kuah dengan sendok.
"Kamu lagi apa?" Sengaja, Bas melingkarkan tangan ke pinggang Mabel, menggelayut manja.
"Cobain ini. Cocok nggak rasanya di lidah kamu?" Mabel mengangkat sendok ke arah Bas. Masih bingung, Bas membuka mulutnya.
"Enak seperti biasa." Bas mengacungkan jempol.
"Bagus. Aku buatkan makan siang buat kamu nanti. Dimakan ya." Mabel menunjuk ke meja makan, di mana beberapa makanan sudah tersaji di dalam kotak makan tahan panas.
"Waaah. Tumben," Bas berpindah dari samping Mabel ke kotak makanan itu. Sebagian masakan Mabel yang sudah selesai otomatis menerbitkan air liur Bas.
"This is my token of appreciation," Mabel telah mematikan kompor, meminta Mbak Ijah untuk meletakannya ke dalam kotak dan sisanya di piring untuk dinikmati bersama. "Aku sengaja masak sebagai ucapan terima kasih karena kamu udah mau repot-repot begadang buat bantuin aku dan Rita."
Bas menatap istrinya. "You don't have to do this, really. Aku bantuin tanpa mengharapkan apa-apa."
"It's okay, Baaas." Mabel menepuk dada Baskara. "Aku kan emang senang masak. Yang kepikiran untuk jadi ucapan terima kasih, ya paling ini. Atau kamu mau yang lain?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovygdala (END - WATTPAD)
Lãng mạnMabel menikmati pekerjaannya sebagai seorang desainer interior. Di usianya yang menginjak 33 tahun, Mabel juga ingin menikah dan punya anak seperti teman-temannya! Tapi Mabel tidak punya pacar yang bisa diajak menikah. Siapa sangka ibunya terlibat s...