[13]. Yang Jatuh Hati Sejak Lama

1.5K 325 106
                                    

Hai, selamat hari Senin! 🥰

Maafkan baru bisa update karena banyak hal di dunia nyata yang sedang terlalu rumit untuk dijalani. 🥹

Sehat selalu buat kalian, ya. Selamat beribadah puasa untuk yang sedang menjalankannya. Semoga lancar sampai lebaran nanti. Aamiin. 🥰🙏

Happy reading! Jangan lupa vote dan komentarnya. Terima kasih.  🤗🥰

====🌸🌸🌸====

Misi, dia yang udah terlalu lama nunggu mau nuntut hak! 😂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Misi, dia yang udah terlalu lama nunggu mau nuntut hak! 😂

====🌸🌸🌸====

Abdullah beserta istri dan cucunya kembali ke hotel pada pukul tujuh malam. Meninggalkan rumah dua lantai kediaman Akbar dan lagi-lagi membuat suasana kembali sunyi. Raya tidak suka sepi. Itu sebab gadis yang baru saja selesai mandi itu dulu tak betah di rumah Ayah. Ia lebih suka pergi jalan-jalan bersama Cindy dan Nadia. Pun ketika dua besti-nya sedang tak mau diganggu Raya, ia akan pergi juga walau sendiri saja. Mencari keramaian di mana pun yang dimau.

Paling sering ke Studio Hadinata. Duduk menunggu sang ayah di perpustakaan kantor, menghabiskan jatah uang jajan di kantin, atau main-main di panti asuhan dekat kantor.

Bagas? Jangan tanyakan laki-laki itu. Ia lebih suka pergi traveling bersama geng cowok-cowok badung di kampus. Pernah sekali diajak gabung jalan ke Puncak, Raya menolak. Bukan karena apa-apa, ayahnya bisa mengamuk besar, lalu menyita segala fasilitas yang gadis itu nikmati.

Namun, kalau boleh jujur, Raya pernah sekali mengikuti kekasihnya ke kelab malam. Tidak sendiri, bersama Cindy dan Nadia. Raya ikut minum. Sumpah, dua tegukan kecil dari segelas red wine cukup membuatnya sakit kepala!

Raya bahkan ragu bisa pulang dengan selamat karena malam itu, Cindy mabuk berat bersama pacarnya, dan Nadia juga entah ke mana. Gadis lugu itu juga mabuk, lalu berpamitan ke toilet dengan alasan mual.

Pandangan Raya sudah terlampau kabur. Kepalanya merebah lemas di atas meja bar. Saat sedang pusing-pusingnya begitu, Bagas malah pamit ke kamar mandi sebentar setelah mengecup puncak kepala Raya.

Raya masih bisa ingat ia sempat berdiri dan mengedarkan pandangan yang kabur untuk mencari Cindy. Sialnya, teman yang gadis itu harapkan bisa menolong pulang sampai rumah, justru sedang saling berdempetan dengan kekasihnya di sofa paling pojok dengan cahaya keremangan.

Sadar tak ada yang bisa diharapkan, Raya menggendong tas ranselnya ke bahu kanan, berjalan sempoyongan, lalu … gelap. Rasanya mau pingsan, tapi masih ingat ia sedang berada di tempat yang tak aman. Gadis itu terus memaksa membuka mata, meracau tak jelas sambil mencari-cari pegangan. Ketika ia berusaha lebih keras menajamkan pandangan di lorong menuju pintu keluar yang remang-remang, Raya justru menemukan sejoli yang asyik berpagutan, merapat ke dinding. Ia hampir mengenali warna pakaian dan punggung laki-laki yang terus mendesak perempuan yang semakin terdesak ke dinding yang dingin.

Secret MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang