Setibanya di kamar penginapan, Atsushi membuka barang bawaannya. Ruangan kamar tersebut juga didesain berdasarkan kota London pada masa lampau. Sebuah lampu replika lentera gas menerangi seluruh isi ruangan. Ranjangnya dihiasi dengan dekorasi bunga dan tumbuhan merambat ivy yang diukir secara terperinci. Di temboknya terdapat sebuah foto hitam putih yang menunjukkan kereta tenaga uap tertua di dunia.
"Kunikida, setelah mendengar permohonan dari kapten tadi, tidaklah kau merasa ada bagian yang janggal?"
Mendengar pertanyaan tersebut, Kunikida yang sedang menghitung persediaan yang disediakan hotel di kamar mandi langsung berbalik menghadap Atsushi.
"Bukan hanya sebagian. Dari semua hal yang ia sampaikan, tidak ada yang tidak janggal," jawab Kunikida tanpa mengubah ekspresinya. "Tapi, permohonan adalah permohonan. Kita tahu bahwa tidak semua klien yang datnag ke tempat kita adalah orang-orang berhati murni seperti para nabi yang tidak punya rahasia. Tugas kita hanya menyelesaikan pekerjaan yang diperintahkan oleh Presdir."
Setelah menyalin jalur evakuasi darurat, Kunikida kembali ke sebelah Atsushi.
"Sebaliknya, aku lebih penasaran terhadap alasan Presdir mau menerima permohonan kali ini. Yang menugaskan detektif sebanyak ini dan memutuskan untuk tidak mengirim Ranpo ke pulau ini adalah Presdir. Mungkin..."
"Mungkin?"
"Mungkin seseorang meyakinkan Presdir untuk melakukan ini," tebak Kunikida. "Presdir menurunkan perintah ini ke kita semua setelah ia pulang dari rapat di luar kantor. Mungkin ada seseorang yang menggerakkan beliau. Rasanya sulit untuk tidak berpikir demikian. Oh ya, Atsushi..."
Mendengar namanya dipanggil tiba-tiba oleh Kunikida, Atsushi mendongak.
"Dari tadi aku berpikir bahwa tasmu itu besar juga. Itu apa?"
"Apa? Ini barang bawaanku. Pekerjaan kali ini memerlukan kita untuk menginap di dalam pulau dan ... dan aku tidak memiliki banyak pengalaman bepergian keluar untuk menginap. Jadi aku pikir lebih baik aku mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya."
"Memiliki kesiapan adalah hal yang baik. Tapi, secara spesifik, itu isinya apa?"
Atsushi mulai mengeluarkan barang bawaan dan meletakkannya berjajar di atas kasur.
"Bekal makanan. Payung lipat. Botol minum. Handuk. Perban luka. Terpal. Jeruk. Bubuk cokelat. Kemudian-"
Kunikida perlahan berdiri dan melayangkan tatapan tajam kepada Atsushi.
"... Bukankah aku sudah bilang kalau ini bukan liburan?"
Atsushi melambaikan kedua tangannya dengan panik.
"Ah! Maaf! Ini pertama kalinya aku menginap, jadi ... maksudku ... aku tidak bisa menahan diri. Tapi, aku tidak lupa kalau kita di sini untuk pekerjaan! Ini semua kupersiapkan untuk keadaan-keadaan yang tidak terduga!"
"Oh ya?"
"Misalnya ini, kartu hanafuda, permainan papan sugoroku, kartu remi, bantal untuk perang bantal-"
"Ini bukan studi trip!" pekik Kunikida. "Kelihatannya kau hanya berniat untuk bermain dengan yang lain sampai tengah malam, kan?!"
"Ma-maaf!!"
Dengan perasaan terkejut, Atsushi meminta maaf.
"Se-selama ini aku belum pernah menginap di hotel semewah ini. Waktu tinggal di panti asuhan, kalau ada perjalanan keluar kami selalu tidur di lantai yang kotor. Selain itu, aku juga tidak punya teman, jadi ... aku tidak bisa menahan diri. Maafkan aku."
Kunikida menatap Atsushi tajam.
Pada akhirnya, ia menghela napas dan berkata,
"Pokoknya jam 2 pagi lampu harus sudah mati."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bungou Stray Dogs : 55 Minutes
Gizem / GerilimTerjemahan Indonesia Light Novel vol 4 [Bungou Stray Dogs : 55 Minutes] Setelah menerima permintaan untuk menyingkirkan pencuri, seluruh anggota Biro Detektif Bersenjata pergi ke pulau mengapung Standard Island yang berada di lautan Yokohama. Namun...