5. Pria Gila Yang Tersembunyi

20 15 0
                                    

Note: Dari riset penulis, kesultanan otoman itu mengunakan gelar Hatun untuk gadis keturunan atau sepupu dan ratu serta gadis bangsawan lainya pada abad pertengahan. Hatun sendiri artinya "nyonya" dan ada pula yang memakai "Nona" tapi agak gimana gitu. Karna ini fiksi kita pake Putri aja yah.
.
.
.

Zarah duduk diam di dalam kamarnya. Kamarnya telah di hias dengan kain dan tirai berwarna merah bercampur kuning. Di Aizar, Merah artinya pemberani, kasih sayang dan cinta. Sedangkan kuning artinya terhormat, suci atau berharga. Dapat diumpamakan seperti emas. Para pelayan berlalu lalang menghias kamar gadis itu dengan banyak bunga. Namun berbeda dengan Zarah yang sibuk akan dunianya sendiri. Dia masih bertanya, siapa pria gila yang memerdekakan para budak itu? Sepertinya dia tidak sayang nyawa karna menantang Zura.

"Putri," bisik seorang wanita pada Zarah yang duduk termenung di kursi kamarnya.

Zarah menoleh cepat menatap Aina, pelayan yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri. Gadis itu tampak menatap curiga padanya. Zarah menaikan alis mengode pada Aina. dengan cepat Aina mengeluarkan segulung surat lalu memasukanya ke selendang Zarah. Zarah yang menerima surat itu lantas bangkit dan keluar kamar. Gadis itu berjalan menjauh menyelusuri lorong hingga ia menemukan tempat sepi. Zarah segera membuka kertas itu.

Seorang budak bernama Hafsah mengirimi Zarah balasan atas pertanyaanya waktu itu. Benar, Zarah adalah pendiri dari rumah penampungan budak yang ada di seberang pasar. Tak akan ada yang menganggu para budak yang berada di sana karna mereka merdeka atas pelepasan yang Zarah lakukan. Hampir setiap minggu Zarah ke pasar lalu membeli budak dan memerdekakanya. Membawahnya ke penampungan budak untuk diberi makan dan baju baru lalu diajarkan membaca. Zarah melakukan itu karna ia merasa kehidupan tak adil bagi anak-anak para budak. Mereka adalah manusia, mereka harus diperlakukan selayaknya manusia. Hafsah adalah budak pertama yang Zarah merdekakan dan dia adalah gadis yang seumuran Zarah. Hafsah bertanggung jawab penuh atas kehidupan anak-anak di penampungan.

Baru saja gadis itu mengirimi surat yang isinya. Seorang pria telah menemui mereka. Memberikan banyak uang serta makanan yang dapat menunjang kehidupan para anak-anak selama tiga tahun penuh. Namun kurangnya Hafsah tak sempat menanyakan nama dan asalnya. Hafsah menjelaskan ciri-ciri pria itu, seperti tingginya bentuk tubuh pakaian sampai gambaran alis dan matanya. Namun tetap saja Zarah tak dapat menebak pria itu.

"Apa yang kau lakukan?"

Mata Zarah membola kaget. Ia meremas kertas itu lalu berbalik dan menyembunyikanya di belakang badan. Zarah menatap lekat Zainal yang menatap curiga padanya. Zarah sempat lupa bahwa Zainal sudah hampir tinggal selama seminggu di Aizar namun ini adalah pertemuan kedua mereka.

"Apa kau mencuri sesuatu, lagi?" tanya Zainal berhasil mengores harga diri Zarah.

Zarah mengepal tanganya. Zarah rasa Zainal yang ada di hadapanya ini berbeda dengan Zainal yang dulu perna ia kenal. Mereka orang yang berbeda. "Apa urusanmu?" tanya Zarah cepat.

Zainal tersenyum. Ia melangkah mendekat membuat Zarah mundur. "Bukankah kita harus saling menyukai satu sama lain putri Zarah? Mendengar cara bicaramu sepertinya kau tak menyukaiku," ucap Zainal menatap wajah penuh waspada Zarah.

"Aku yakin. Ada banyak gadis di Kairi kenapa kau menempuh padang pasir untuk menemuiku yang mulia Zainal bin malik," jawab Zarah menekan nama Zainal.

"Kau mungkin tak mengerti, namun. Pernikahan kita akan menguntungkan negaramu dan negriku," jelas Zainal. Ia yakin Zarah pasti terasa tertekan atas perjodohan mendadak ini terlebih lagi keduanya tak perna bertemu sebelumnya dan pasti mental Zarah tak sepenuhnya bulat sama seperti pendirian Zainal.

Zarah menatap lekat mata Zainal yang menatap tenang padanya. "Bagaimana jika aku tak mencintaimu?"

"Tak apa. Kau akan mencintaiku setelah aku mengucap ijab qabul atas namamu." Zainal berucap tenang. Terlihat jelas aura kepemimpinanya yang berkharisma. Lilin yang terletak sebagai penerang semakin memancarkan cahaya dari wajah rupawan pria itu.

The Blade From Kairi (Islamic Kingdom)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang