✨ Rajesa (02)

244 31 0
                                    

Call Me Mpiw!



Bruk

"Heh bangun kamu!"

Elysa mengerjapkan maniknya, tidurnya terusik berkat sebuah kain dilempar kasar mengenai wajahnya.

"Ma..." Gimana Elysa dengan suara serak khas bangun tidur.

"Bangun, siap-siap sana terus pake baju itu, keluarga Hendrawan mau kesini! Mereka pasti mau obrolin soal janji mereka yang mau nikahin kamu!" Ucap Fani, seperti biasa nada bicaranya kasar.

"A-apa? Nikah..." Ucap Elysa. Ia tentu terkejut, karena ia kira janji pernikahan dari keluarga Hendrawan tak akan pernah terjadi, sebab janji itu sudah bertahun-tahun lalu, tenggelam bersama peristiwa yang menimpanya.

"Kenapa? Jangan coba-coba nolak ya kamu! Tau diri sedikit, setidaknya setelah ini beban saya dan papa kamu hilang!"

Elysa menelan setiap kata yang ingin sekali ia keluarkan karena melihat mamanya yang sangat marah.

Melihat putrinya yang diam, Fani pun kembali berucap, "Ah satu lagi, kalo mereka tanya-tanya kondisi kamu, kamu bilang lumpuh kamu ini permanen! Gak akan pernah bisa sembuh lagi, bilang juga kamu udah coba terapi sana-sini pake uang tanggung jawab mereka tapi tetep gak ada hasil apa-apa! Kalo kamu coba-coba ngomong yang sebenernya ke mereka, liat aja mama gak akan segan-segan buang kamu, paham!" Ancamnya.

Sekali lagi Elysa hanya bisa diam tak berkutik. Meski kenyataanya ia sangat ingin marah, sangat ingin membeberkan segala kebusukan kedua orang tuanya selama ini, dimana keluarga dari pemuda yang menyebabkan dirinya lumpuh ini sudah berkali-kali memberikan tunjangan atau biaya untuk penyembuhan kakinya, entah berupa biaya terapi, biaya perawatan khusus agar kakinya bisa kembali berjalan, tetapi karena kekejaman orang tuanya, mereka mengambil setiap uang yang diberikan tanpa menggunakannya untuk pengobatan Elysa. Hingga Elysa tak pernah berobat sekalipun dan kakinya dibiarkan lumpuh, sepertinya tak akan pernah bisa berjalan lagi.

Karena lagi-lagi putrinya tak berucap, Fani pun beranjak pergi dari kamar itu. Membiarkan putrinya mengurus dirinya sendiri seperti biasa.

Keluar dari kamar putrinya. Fani langsung menuju keberadaan suaminya yang sudah siap di ruang tamu, menunggu kedatangan tamu yang begitu dinanti.

Baru beberapa saat Fani sampai, pintu rumah sederhananya sudah diketuk, tidak ada bell karena rumah yang mereka tinggali merupakan kavling sederhana.

Fani pun segera mendekat pada pintu rumahnya karena Arsan pun memberi kode pada dirinya untuk membukakannya.

Krreet

Pintu terbuka, senyum Fani pun langsung mengembang ketika tamu yang dinanti benar-benar datang, ia bertukar sapa dengan tamu-tamunya tersebut, kemudian menyuruh mereka untuk duduk bergabung bersama Arsan. Arsan pun melakukan hal sama dengan istrinya, yaitu berbasa-basi.

Tapi beberapa saat kemudian, Fani dan Arsan saling tatap, mereka bingung mengapa yang datang hanya Reno beserta putra bungsunya? Kemana si sulung yang menjadi peran utamanya, mereka kira si sulung akan datang terlambat tetapi sampai beberapa saat mereka mengobrol, sosok si sulung tak kunjung menampakkan batang hidungnya.

Pertanyaan-pertanyaan pun mulai bermunculan dibenak suami istri itu.

Apa jangan-jangan mereka akan menyampaikan jika putri mereka tak jadi dinikahi?

Keluarga Hendrawan akan menyampaikan maaf mereka?

Lalu mereka akan terus menerus menampung anak tak berguna itu?

Bagaimana ini?

"Ekhem, apa nak Veno tidak ikut?" Akhirnya Arsan pun bertanya pada dua sosok dihadapannya, Reno dan purta bungsunya Rajeka.

RAJESA✨🌙 [LK] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang