dua: gudang

628 16 0
                                    





Gudang belakang sekolah, 08.34

"Pstt, Kakk" Bisik Hasha. Marko pun menoleh pada sang empu yang dicarinya. Marko berlari kecil menghampiri.

"Maaf tadi aku ketemu guru, jadi ngobrol sebentar" Hasha mengangguk memaklumi.

"Jadi, mau sekarang?" Tanya Hasha malu-malu. Pipi berisinya memerah malu. Marko mengangguk kecil sembari mendekat untuk memberikan rasa hangat. Sebab gudang itu dingin dan tak terurus.

"Boleh 'kan, sayang? Kamu gak keberatan?" Tanya Marko memastikan. Kepala Hasha menggeleng kecil. Ia tak keberatan sama sekali, justru ia pun menginginkannya juga sama seperti sang kekasih.

"Aku buka ya kancing bajunya" Ujar Marko pelan. Hasha duduk dengan kaki mengangkang membiarkan Mark berada ditengah-tengah kakinya. Ia pasrah apapun yang akan Marko lakukan padanya sekarang.

"Sayang.. Susu kamu beneran jadi besar.. Aku gak tau kalo bisa tambah berisi kayak gini" Ucap Marko dengan mata berbinar memperhatikan dua puting dada Hasha yang sudah menegang itu, belum lagi ukurannya yang sedikit menambah volume isi dari kedua payudara tersebut.

"Gigit.. Masukin ke mulut kamu cepetann" Desak si manis, Marko dengan nafsu yang mendominasi mulai menggigit, menghisap juga memberikan tanda kemerahan disekitar puting milik Hasha. Sang empu hanya bisa mendesah tertahan karena takut suara yang keluar dapat terdengar oleh orang lain.

"Nghh.. Pelan-pelanhh.. Sakithh" Desah Hasha yang lagi-lagi tertahan. Marko terus melakukan kegiatannya sampai benar-benar dirinya mendapatkan apa yang ia mau sedari pagi.

"Enak, bear.. Kenyal, aku suka" Bisik Marko disela-sela kegiatannya menghisap dan menggigiti puting susu itu. Hasha menunduk memperhatikan apa yang dilakukan kekasihnya pada dua belah dadanya.

"Basah.." Gumam Hasha. Marko menunduk melihat penis kecil Hasha yang mengacung tegak dari balik celana abunya.

Marko menyeringai kecil sembari mengelus ujung kepala penis milik Hasha agar menarik gairah Hasha lebih lagi. Ia pun perlahan membuka resleting celana milik si manis.

"Markhh.. Stoopphh! Nghh ngh.. Nghh.." Hasha menggeliat keenakan karena rasa nikmat yang terus menjalar diseluruh tubuhnya. Titik lemahnya Marko usap dengan penuh hasrat ingin membuat Hasha mendesahkan namanya terus menerus.

"No, bear. Ini kuasa aku, kamu gak bisa nyuruh aku buat berhenti" Bisik Marko tepat didekat telinga Hasha. Ia menarik tengkuk Hasha lalu mengecup pelan bibir basah dan terbuka itu, meraupnya hingga perang lidah yang mempersatukan mereka.

"Nghh hmmmhh.. Eughh" Desahnya lagi. Marko semakin gencar membuat Hasha-nya semakin berantakan. Tangan Hasha tak henti-hentinya mencengkram erat baju dan rambut Marko.

Hingga keduanya pun berakhir melakukan kegiatan panas mereka. Hasha yang terengah-engah menatap Marko menginginkannya lagi. Tetapi mengingat ini bukan tempat yang seharusnya, ia mengurungkan niatnya.

"Sayang.. Makasih ya.." Bisik Marko dengan keringat yang mengucur dari pelipisnya, sedangkan wajah dan penampilan Hasha jauh dari baik-baik saja. Sungguh berantakan. Si manis hanya bisa mengangguk lemah, lalu Marko pun memeluknya.

"Cantik, kamu cantik kalo udah aku puasin, babe" Ujar Marko sembari membereskan penampilan Hasha. Mulai dari air liur yang entah milik siapa membasahi kedua belah dadanya, tanda-tanda kemerahan juga rambut dan keringat yang membuat penampilan Hasha semakin menaikkan hasrat Marko untuk menerkamnya lagi, tapi sepertinya harus disudahi.

"Sama-sama, Kak Mark.. Aku suka setiap sentuhan kamu, suara berat kamu.. Makasih banyak, Kak.." Hasha memeluk Marko dan dibalas pelukan juga oleh Marko. Kedua berpelukan selama beberapa menit, lantas keduanya pun keluar dari gudang dan berjalan ke arah kantin belakang.

"Lapar, sayang?" Hasha mengangguk lucu.

Dirinya sudah bisa mengkondisikan ekspresi dan penampilannya setiap habis melakukan hal tersebut dengan Marko disekolah. Marko terkekeh lalu memesan makanan untuk keduanya.

Waktu sudah menunjukkan waktu istirahat, tetapi kantin masih terlihat sepi karena bel belum sepenuhnya berbunyi.

•••

Marko dan Hasha pun berpisah setelah istirahat selesai, keduanya kembali ke kelas masing-masing. Marko menuju gedung dekat bengkel, dan Hasha menuju gedung dekat perpustakaan.

"Darimana?" Hasha terkejut saat seorang guru menghampirinya.

"Dari kantin, Bu. Saat baru istirahat, saya sedang tidak enak badan. Maaf, Bu. Jadi saya baru kembali" Jelas Hasha dengan tatapan lelahnya.

Sang guru mengangguk memaklumi lalu menyuruh Hasha masuk dan mengikuti pelajarannya yang sudah berjalan 10 menit.

"Baik, anak-anak tugasnya kalian kerjakan pada buku paket halaman 119-127 ya. Dikumpulkan minggu depan! Ibu pamit" Semua anak mendesah kecewa karena tugas yang diberikan begitu banyak, tetapi berbeda dengan Hasha. Ia merasa takut dan khawatir sekali.

Semua murid dari kelas Hasha pun membubarkan diri, Hasha berjalan pelan sembari menunduk. Entah apa yang dipikirkannya hingga Rena datang menghampiri.

"Sha?" Panggil Rena. Hasha tak mendengarnya, lantas Rena pun semakin mendekat.

"Hashaa!" Hasha terperanjat kaget. Rena tersenyum lalu meminta maaf sudah mengagetkannya.

"Ada apa? Kok sedih gitu mukanya?" Tanya Rena. Hasha menggeleng menolak menjawabnya. 

"Gapapa kalo gitu, mau pulang bareng aku atau Kak Marko?" Tanyanya lagi. Hasha melihat Marko yang sebentar lagi akan berada didepannya, dengan berat hati ini memilih pulang bersama Marko.

"Itu ada Kak Marko, aku bareng dia aja ya. Maaf, hati-hati dijalan, Ren" Rena mengangguk mengerti lalu melambaikan tangan tanda perpisahan keduanya.

Marko mendekati Hasha lalu merangkulnya menuju parkiran sekolah.

"Kenapa?" Tanya Marko. Hasha lagi-lagi diam dan membalas dengan gelengan kepala.

Marko menghela nafasnya pelan, mungkin Hasha sedang ingin ditinggal sendirian. Setelah pulang, ia akan memberikan waktu untuk Hasha mengisi ulang energinya dirumah.

...

TBC.
hehe, balik ke jadwal awal ya.
tiap sabtu malem jam 7-10 malem~

selamat bertemu cha yg aktif lagi di taun 2024~

- chanmilkjen

First Time : I want UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang