lima: mual

484 21 4
                                    




Rabu pagi, 06.03

"Sayang, bangun! Hari ini kamu sekolah kan? Ayo bangun, Hasha nanti kamu kesiangan!" Teriak nyaring milik ibunya dari lantai bawah.

Hasha yang sudah terjaga dari pukul 5 pagi terduduk memegangi perut dan menutup mulutnya.

"Huek..!" Hasha bangkit lalu setengah berlari menuju toilet, tetapi dirinya tak memuntahkan apa-apa. Dengan lemas, Hasha pun kembali ke kasurnya. Hingga panggilan ibunya berganti menjadi suara seseorang yang membuka pintu kamarnya.

ceklek.

"Bear? Kamu udah bangun?" Tanya sang ayah yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya. Hasha yang terbaring lemas mengangkat kedua tangannya untuk ditarik dan dibangunkan.

Johnny menghampiri Hasha dan membantunya bangkit.

"Ada apa? Sakit ya?" Tanya Johnny lagi. Hasha mengangguk pelan.

"Pusing?" Hasha menggeleng.

"Hasha mual, dad" Johnny terdiam. Lalu ia menoleh mencari kalender untuk melihat tanggal berapa sekarang.

"05 Maret. Kamu lagi halangan, sayang?" Tanya Johnny memastikan. Hasha mengangguk, ayah satu anak itu pun menghela nafas lega.

"Turun yuk, sarapan. Hari ini kamu gak usah sekolah aja ya, nanti Dad bilang ke Mae" Hasha mengangguk menurut.

Keduanya pun turun bersama menuju ruang makan. Disana sudah ada Mae Ten dengan celemek berwarna hijau pastel yang masih dipakainya.

Menyimpan semua peralatan masaknya dan melepas celemek itu, lalu mengajak Hasha dan suaminya untuk sarapan. Johnny menghampiri Ten untuk membicarakan tentang Hasha yang tidak enak badan.

"Kamu sakit, sayang?" Tanya Ten. Hasha lagi-lagi mengangguk. Dirinya tak kuat untuk sekedar berbicara untuk menjawab pertanyaan dari kedua orang tuanya. Ia tengah menahan rasa mual itu dengan susah payah.

"Baiklah, makan dulu ya. Nanti Mae bilang ke wali kelas kamu kalo kamu sakit. Okay?" Hasha pun duduk berhadapan dengan ibunya, sedangkan Johnny duduk dikursi diantara mereka. Ketiganya menyantap makanan pagi itu dengan khidmat tanpa ada yang berbicara.

...


Hasha kembali ke kamar setelah Johnny berpamitan untuk pergi bekerja, Ten yang sepertinya harus izin bekerja dengan segera menghubungi sang atasan untuk meminta izin libur menemani anak semata wayangnya yang sedang sakit.

"Istirahat ya, sayang. Nanti Mae kesini lagi anter makan siang kamu" Hasha tersenyum lantas berbaring setelah Ten menutup pintu kamarnya. Pemuda manis itu pun meraih ponsel untuk menghubungi sang kekasih. Pasti Marko sudah memulai pelajaran dikelasnya.

Sementara Marko yang merasa gelisah, lantas membuka ponselnya setelah mendapat notifikasi pesan dari kekasihnya itu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiba-tiba perut Hasha bergejolak lagi ingin dikeluarkan isinya, dengan terburu-buru Hasha kembali ke toilet untuk memuntahkan isi perutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tiba-tiba perut Hasha bergejolak lagi ingin dikeluarkan isinya, dengan terburu-buru Hasha kembali ke toilet untuk memuntahkan isi perutnya.

Tetapi lagi-lagi tak keluar apa-apa. Dengan wajah sayu, Hasha membasuh mulutnya dan kembali berbaring. Ia akan mencoba tidur untuk meredakan rasa mualnya.

...

"Marko, lo kenapa?" Tanya Yeonjun. Marko menoleh lalu kembali menghela nafas.

"Hasha sakit, katanya dia mual-mual" Yeonjun yang mendengarnya lantas membulatkan matanya terkejut.

"Lo ngehamilin Hasha, Mark?!" Teriak Yeonjun. Marko yang panik lalu berusaha menutup mulut Yeonjun yang sembarangan sekali menyimpulkan sesuatu.

"Sembarangan kalo ngomong, dia lagi halangan. Mual karena efek dari itu, sialan. Ngomong lagi gue lakban tu mulut!" Setelah berkata seperti itu Marko pun bergegas menuju kelas, Yeonjun yang bingung lalu mengejar sang teman.

"Gue gak tau, maaf Mark. Gue gak maksud gitu, gak mungkin lo ngelakuin ke Hasha kan? Gue yakin" Ujar Yeonjun mencoba membujuk Marko yang sudah terlanjur kesal.

"Iya, makasih atas keyakinan lo itu" Yeonjun tersenyum lebar lalu merangkul temannya menuju kantin belakang.

"Kita ngerokok yuk, bro. Udah lama juga kan?" Marko berhenti lalu melepas rangkulan itu.  Yeonjun menunjukkan ekspresi bingungnya lagi.

"Gue udah gak ngerokok lagi, lo aja. Gue mau balik ke kelas" Marko pun pergi meninggalkan Yeonjun dengan banyak pertanyaan dipikirannya.

"Hasha mungkin bener-bener hamil.." Gumamnya.

...


TBC.
hayoloh..

-chanmilkjen

21/04/2024

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

First Time : I want UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang