empat: martabak

252 16 1
                                    




Selasa malam, 22.12

"Pengen martabak.." Gumam Hasha sembari mengelus perutnya yang lapar. Ia melihat jam dinding dikamarnya lalu menghela nafas panjang.

"Tapi udah malem.. Gak mungkin ada yang jualan martabak sampe jam segini kan? Huhu.. Aku pengen martabakk" Hasha memeluk guling didekatnya lalu membantingnya berulang kali karena kesal.

"Oh iya.. Ada Marko" Hasha membantingkan tubuhnya keatas kasur lalu mengambil ponselnya, ia akan mencoba meminta tolong pada sang kekasih hatinya yang selalu menerima semua permintaannya. Walaupun sudah lewat tengah malah sekalipun.

 Walaupun sudah lewat tengah malah sekalipun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Baik banget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Baik banget.. Padahal kalo nolak juga gapapa, tapi aku udah keburu pengen. Maaf ya, sayang huhu" Monolog Hasha setelah dirinya mengirimkan pesan kepada Marko untuk dibelikan martabak keju.

Sedangkan dikediaman Marko,

"Tuan putri lagi ngidam, gue harus nyari tukang martabak yang masih buka!" Tekad Marko. Dirinya pun segera bersiap dan menyambar kunci motornya yang berada dimeja. Dengan cepat dirinya pun melesat membelah jalanan malam yang sudah sepi.

Mencari martabak untuk kekasih hatinya yang sedang mengidam. (Padahal cuma karena lagi halangan aja:>)

...

23.03,

*anggep aja jamnya jam 23

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*anggep aja jamnya jam 23.03*


drrt

drrt

Hasha terperanjat saat telepon masuk dari Marko. Dengan segera ia pun mengangkatnya.

"Halo.." Sapanya pelan.

"Hai, sayang. Aku udah didepan rumah. Martabak kejunya udah aku pegang nih" Ujar Marko dari seberang telepon. Hasha pun segera mengintip ke jendela yang mengarah langsung ke halaman depan.

Terlihat Marko dengan jaket tebal dan helm yang masih dipakainya juga jinjingan kantung plastik berisi martabak ditangan kanannya. Tangan kiri yang sedang memegang ponsel melambaikannya ke arah jendela kamar Hasha.

"Aku turunn" Ujar si manis. Marko terkekeh mendengar suara lucu tersebut.

"Yaa, hati-hati jangan buru-buru"  Panggilan pun terputus. Hasha membuka pintu, dan boom! Marko dengan wajah tampannya yang senang bukan main saat bertemu dengan sang kekasih.

"Makasih.. Maaf aku udah ngerepotin kamu malem-malem, Melk.." Ujar si manis malu-malu. Marko mengusak rambut setengah berantakan itu lalu menarik dagu Hasha untuk dicium bibirnya yang manis itu.

"Gapapa, sama-sama. Kamu gak ngerepotin aku kok, bear. Aku seneng kamu minta sesuatu. Untung masih ada satu tukang martabak yang masih buka tadi, rezeki kamu itu" Hasha mengangguk senang mendengar penjelasan Marko padanya.

"Oh iya, ini susu stroberi nya sayang. Aku beli 6 kotak buat stok kamu dikamar, hehe. Sekalian aja" Hasha menerima kantung plastik yang lain dari tangan Marko. Ia tersenyum senang lalu memeluk tubuh sang kekasih.

"Makasih banyak, Melkk" Hasha pun mengecup bibir tipis itu dan menatap manik Marko yang menatapnya dalam. Marko menarik tengkuk Hasha untuk mengajaknya berciuman lebih intens.

"Hmmhh.. Udah Melkhh" Tautan itu pun terlepas, dengan nafas memburu Hasha menyeka air liur yang menetes dari sudut bibirnya. Marko mengecup sekali lagi bibir ranum tersebut.

"Ya udah, aku pulang dulu ya, bear. Makan martabaknya pelan-pelan, okayy? Oh ya, lain kali kalo keluar pake celana panjang ya, pengen banget aku pukul sampe merah paha kamu aku liatnya" Hasha langsung menutupi kedua kaki jenjangnya yang terekspos dengan dua kantung plastik berisi makanan dan minumannya.

"Haha, lucu. Padahal kalo aku gak nahan, aku bisa nerkam kamu sekarang juga" Ujar Marko dengan tatapan mata yang lapar. Hasha menggeleng.

"Noo, Mark harus puasa dulu!" Marko lagi-lagi terkekeh atas jawaban Hasha.

"Iya iya, buruan masuk gih. Dingin, aku mau pulang sekarang" Hasha mengangguk. Marko pun menaiki motornya kembali.

Tiba-tiba Hasha mendekat lalu menyingkap pakaiannya dihadapan Marko,

"Elus-elus, dedek pengen dielus-elus Ayahnya" Ujar Hasha dengan wajah polos. Marko pun mengulurkan tangannya untuk mengusap permukaan hangat tersebut.

"Kok nonjol, sayang?" Tanya Marko bingung. Hasha tertawa kecil melihat ekspresi Marko yang syok.

"Kan ada isinyaa"

"Hah?" Lagi-lagi Hasha tertawa.

"Enggak sayangg, aku becandaa. Tadi malem aku habis makan banyak, makanya ada isinya" Marko ber-oh mengerti.

"Dedek, baik-baik sama Bunda ya. Ayah mau pulang dulu, udah malem soalnya. Kamu bobo sama Bunda ya, besok Ayah kesini lagi" Ucap Marko sembari mengelus permukaan perut Hasha. Sedangkan sang empu hanya tersenyum manis mendengar penuturan sang kekasih.

"Makasihh" Marko mengangguk lalu mengusap kepala Hasha lagi, lantas pergi dari pekarangan rumah Hasha. Kembali membelah malam yang semakin larut.

"Lucu. Lebih lucu lagi kalo gue isi perut Hasha kan? Bodoh, Marko. Itu masih lama!" Gumam Marko yang bertengkar dengan pikirannya sendiri. Jujur saja, ia ingin memiliki anak bersama pemuda manis itu.

...

TBC.
maaf ya klo agak keju, hehe..

- chanmilkjen

21/04/2024

First Time : I want UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang